Bagian 11

6.7K 413 4
                                    

Arnesh berjalan santai memasuki lobi rumah sakit. Baju yang dikenakannya juga tidak seformal biasanya. Arnesh hanya mengenakan ripped jeans dengan atasan kaos lengan panjang saja. Meski begitu, tak juga menyurutkan aura kewibawaan Arnesh. Memang kalau sudah keturunan sultan, apapun yang dikenakannya tak akan berpengaruh apapun pada penampilan. Tetap tampan, cool, dan menawan.

Kening Arnesh mengerut ketika netranya menangkap soksok yang dikenalnya sedang berdiri di depan meja resepsionis rumah sakit. Arnesh pun memutuskan untuk menghampiri orang itu.

"Ngapain lo di sini, Cel?"

Marcel menoleh "Eh, bro! Mau jengukin Gendhis. Kata Dita, Gendhis di rawat di sini. Bener kan?"

Arnesh mengangguk dengan tatapan yang menyiratkan ketidak sukaannya sang sahabat berada di tempat ini.

"Lo sendiri?"

"Sama kaya lo!" sahut Arnesh singkat "Lo nggak ikut tour?"

"Ada tour-guide magang yang gantiin gue, jadi gue bisa ke sini. Gue khawatir sama Gendhis." jelas Marcel.

Marcel memperhatikan penampilan Arnesh sesaat. Ada yang aneh dengan sahabatnya itu hari ini. Bajunya kelewat santai.

"Lo nggak ngantor?" tanya Marcel.

"Gue cuti sampe Gendhis sembuh!" jawab Arnesh seperlunya.

"Cuti?" Marcel bingung "Bukannya lagi banyak klien baru yang mau kerjasama sama travel kita ya?"

"Gue minta Dita buat reschedule meeting gue sama klien kalo Gendhis udah masuk kerja lagi!"

"What?!" Marcel terbelalak.

"Biasa aja kali! Segitu kagetnya!" sewot Arnesh.

"Nesh, lo kenapa sih? Ini bukan lo banget deh! Arnesh yang gue kenal itu gila kerja banget!" heran Marcel.

"Gue kan manusia biasa. Gue juga punya capek kali, kerja terus-terusan! Emangnya gue robot!"

Marcel memicing curiga "Apa gara-gara Gendhis?"

"Paan sih, Cel!" jengah Arnesh.

"Kalo bener cuma gara-gara Gendhis sakit lo cancle semua meeting sama klien, lo berlebihan tau nggak!" protes Marcel.

"Berlebihan gimana?"

"Sebelum Gendhis magang jadi sekretaris lo, biasanya juga lo meeting sendiri aja! Jangan-jangan lo mulai suka ya sama Gendhis?" tebak Marcel.

"For your information, semua bahan konsep promo yang pegang Gendhis. Lo tau sendiri gimana klien langsung percaya kalo Gendhis yang presentasi. Kalo sekarang gue meeting tanpa gue paham konsep yang Gendhis bikin, yang ada klien bakal batalin semua kontrak kerjasamanya sama travel kita!" tutur Arnesh panjang lebar.

Marcel diam, memahami semua yang dikatakan Arnesh. Yang dikatakan Arnesh bukanlah sebuah kebohongan. Memang Gendhis terlampau pintar mengambil hati para klien dengan gaya presentasinya yang beda dari presentator yang lain. Dan memang semenjak Gendhis masuk ke Perwira travel, semakin banyak kontrak kerjasama yang ditanda tangani klien lama maupun yang baru.

"Yaudah, deh! Terserah lo aja!" serah Marcel.

"Mau masuk?"

Marcel mengangguk "Yuk!"

Arnesh dan Marcel pun beranjak berjalan beriringan menuju kamar rawat Gendhis.

***

"Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam!"

Gendhis dan Santi yang tadinya sedang mengobrol ringan segera menoleh ke arah pintu masuk. Arnesh dan Marcel berjalan memasuki ruang rawat Gendhis. Santi segera berdiri untuk menyambut dua tamu istimewa sang putri.

My Perfect Boss [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang