Bagian 45

4.8K 286 6
                                    

Ayu masih diam tak bergeming menatap sang sahabat yang duduk diam termenung di tempat tidur Ayu sembari menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

"Udah tiga hari lo nggak pulang, Ndhis. Mama lo nanyain keadaan lo terus dari kemaren!" ujar Ayu.

"Gue belom mau pulang, Yu. Gue masih pengen di sini!" jawab Gendhis dengan suara parau.

Selama tiga hari ini, Gendhis hanya mengisi harinya dengan menangis. Tidak selangkahpun Gendhis keluar dari kamar Ayu. Bahkan baju Gendhis pun masih sama seperti saat terakhir Gendhis keluar kantor Samudera travel waktu itu.

"Gue tau lo masih sedih, tapi bukan berarti lo bisa kaya gini terus. Lo itu pinter, kerjaan lo oke, lo bisa dengan mudah nyari kerjaan di tempet lain!" ujar Ayu.

"Tapi kenapa rasanya sakit ya, Yu?" Gemdhia menghela nafas "Padahal gue tau, ini semua udah pasti terjadi. Cepat atau lambat, pak Arnesh pasti tau kalo Adrian sepupu gue."

"Lo juga sih, aneh-aneh! Udah tau Om lo kerjasama sama perusahaan pak Arnesh, lo juga maen ngaku-ngaku aja Adrian pacar lo!" sewot Ayu.

"Ya abisnya, cuma itu satu-satunya cara yang terlintas di otak gue waktu itu. Lagian Adrian nggak keberatan!"

"Dia keberatan, lo aja yang nggak paham!" sarkas Ayu.

Gendhis menghela nafas. Mungkin Ayu ada benarnya. Adrian sebenarnya keberatan dengan semua sandiwaranYa dan Gendhis. Bukan sekali dua kali saja Adrian menyuruh Gendhis menyudahi semuanya. Tp Gendhis selalu mengulur waktu.

"Lo sebenernya sakit hati karena di pecat pak Arnesh, atau patah hati gara-gara pak Arnesh kecewa sama lo sih?" tanya Ayu blak-blakan.

Gendhis mengendikkan bahunya "Nggak tau gue juga, Yu! Gue sendiri nggak ngerti sama perasaan gue ke pak Arnesh."

"Terserah deh lo mau kaya gimana ke pak Arnesh, yang jelas lo harus pulang!" titah Ayu "Sorry, bukannya gue mau ngusir lo. Tapi mama lo beneran khawatir. Lo nggak mau kan mama lo jadi tambah pikiran?"

Gendhis menatap Ayu, mencerna semua perkataan sahabatnya itu. Apa yang di katakan Ayu selalu benar, jika dia seperti ini terus pasti akan menambah beban pikiran Santi. Gendhis tidak mau seperti itu. Bahkan dia rela ditinggal Santai sibuk dengan pengalihannya setelah Guntur meninggal, hanya karena dia tidak mau membuat Santi terbebani karena kesedihan Gendhis. Dan akhirnya gadis itu memilih menyimpan semuanya sendiri.

"Tapi.... Lo anterin gue pulang ya?" pinta Gendhis.

"Elaaaah!" jengah Ayu "Kan yang bermasalah lo sama pak Arnesh, kenapa lo jadi takut pulang ke rumah gini sih?"

"Gue masih pengen lo temenin!" rengek Gendhis.

"Manja amat sih lo!" cibir Ayu "Kek anak ke emaknya aja!"

"Lo emak gue dong!"

"Padahal gue lebih imut dari lo!"

"Gue lebih mudaan dari lo kalo lo lupa!" Gendhis tidak terima.

"Serah lo deh!"

"Jadi gimana?" tanya Gendhis.

"Gimana apanya?"

"Lo temenin gue pulang ya? Please!" mohon Gendhis.

"Tapi ada syaratnya!"

Gendhis menaikkan sebelah alisnya "Apa?"

"Mandi dulu sono! Nggak sadar lo bau banget tiga hari nggak mandi?!" sarkas Ayu.

Gendhis meringis sembari menggaruk tengkuknya pelan "Ya... Abisnya males mau beranjak dari kasur lo yang super duper nyaman ini!"

My Perfect Boss [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang