Bagian 33

4.5K 309 8
                                    

Gendhis tersenyum girang. Ijazah serta pakaian dan topi toga yang dikenakannya menjadi saksi bahwa dirinya kini sudah bukan lagi seorang mahasiswa. Tepat di usianya yang menjelang 19 tahun beberapa hari lagi, Gendhis lulus dengan nilai terbaik.

Hari ini tentu saja Gendhis teramat bahagia. Lulus dari perguruan tinggi, nilainya terbaik, dan lagi Santi sang mama menemaninya hari ini. Akhir-akhir ini memang Santi banyak meluangkan waktu untuk Gendhis. Hal yang membuat Gendhis heran sekaligus senang dalam satu waktu.

"Gendhis!"

Santi dan Gendis menoleh.

"Mama tunggu di mobil, ya!" pamit Santi ketika melihat Ayu berjalan ke arah Gendhis.

Setelah mendapat anggukan dari sang putri, Santi melenggang pergi. Gendhis segera menyambut Ayu dengan senyuman lebar. Ayu mempercepat langkahnya kemudian memeluk Gendhis erat.

"Selamat ya!" ucap Ayu girang.

"Lo juga!" balas Gendhis.

Keduanya saling merenggangkan pelukan kemudian saling bertatap mata.

"Abis ini kita cari kerja bareng?" tanya Ayu.

Gendhis terkekeh "Nyari jodohnya juga barengan ya?"

"Hmmmm.. No no no no!" Ayu menggeleng "Jodoh lo ada di belakang lo tuh!"

Gendhis mengerutkan keningnya sembari membalikkan badannya. Seketika matanya membulat melihat soksok tampan dengan badan tegap berjalan ke arahnya sembari membawa satu buket bunga mawar merah. Gendhis tersenyum kaku melihat kedatangan pria itu. Gadis itu tidak menyangka dia akan datang. Ini benar-benar kejutan.

"Selamat ya, Ndhis!" ucap pria itu sembari menyerahkan buket bunga kepada Gendhis.

Gendhis menerima buket bunga itu dengan senyuman yang masih sedikit dipaksakan "Makasih kak Marcel!"

"Ehmmm..." Ayu berdeham kencang, membuat Gendhis menggeser sedikit posisinya agar tidak membelakangi Ayu.

"Kayanya ada yang mau ngobrol penting nih!" celetuk Ayu "Gue ngasih selamat ke temen yang lain dulu ya!"

Gendhis menahan tangan Ayu "Lo di sini aja dulu kenapa sih?!" bisik Gendhis.

"Lo nggak liat muka kak Marcel udah ngebet banget pengen nembak lo?" Ayu juga ikut berbisik "Udah, nikmati aja momen kalian!"

"Tapi gue..."

"Udah ya!" potong Ayu dengan suara yang sudah kembali normal "Gue mau nyapa temen yang lain dulu. Kalian ngobrol berdua nggak papa kan?"

"Iya,Yu. Thanks, ya!" sahut Marcel.

Ayu mengangguk singkat.

"Eh, Yu! Jangan per-- Ayu!"

Seruan Gendhis tidak dihiraukan sang sahabat. Ayu melenggang pergi dan pura-pura tidak mendengar panggilan Gendhis. Gendhis mendengus kesal. Kini tinggal dirinya dan Marcel berdiri berhadapan.

Jujur, sekarang Gendhis sering merasa tidak nyaman jika sedang berdua dengan Marcel. Akhir-akhir ini sikap Marcel sedikit aneh kepadanya. Perhatiannya berbeda, bukan lagi perhatian yang seperti kakak kepada adiknya. Tapi lebih menyerupai perhatian seseorang kepada pasangannya. Bahkan sikap Marcel kadang sedikit overprotektif terhadapnya.

"Aku mau ngomong sama kamu!" ujar Marcel lembut.

Gendhis menelan salivanya sendiri. Kali ini apa lagi? Panggilannya pun sudah berubah jadi aku-kamu-an saja. Membuat Gendhis merasa gerah sendiri mendengarnya. Rasanya sangat aneh setelah sekian lama mereka berteman, baru kali ini Marcel memakai panggilan itu.

My Perfect Boss [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang