Gendhis berjalan cepat keluar restorant. Beberapa titik air mata jatuh tak tertahan. Dengan cepat Gendhis menghapusnya, berharap tidak seorangpun melihatnya selemah ini.
Melihat Gendhis melangkah dengan terburu-buru, Adrian segera menghadang sepupunya itu.
"Ndhis!"
Gendhis menghentikan langkahnya tanpa menatap Adrian. Dia tidak ingin Adrian memergoki mata Gendhis yang memerah menahan tangis.
"Gimana pak Arnesh?" tanya Adrian dengan wajah antusias.
Tentu saja Adrian tahu jika Arnesh hari ini akan menyatakan perasaannya pada Gendhis. Arnesh meminta bantuan Adrian untuk menyiapkan segalanya termasuk memaksa Gendhis untuk ikut dengan pemuda itu ke restorat ini dengan dalih akan meeting dengan klien.
Gendhis mendongak menatap Adrian tajam. Seketika senyum Adrian meredup melihat mata Gendhis yang sudah berkaca-kaca. Bahkan ada jejak air yang mungkin tadi sudah menetes di pipi Gendhis.
"Jadi lo tau rencana pak Arnesh ini?" tanya Gendhis dengan suara bergetar.
"Ndhis, lo...."
"Lo jahat!" geram Gendhis.
Gendhis akan melangkah pergi ketika tangan Adrian menahannya. Pria itu langsung mendekap Gendhis dalam pelukannya. Gendhis sempat meronta ingin melepaskan diri, tapi kekuatan Adrian lebih besar dari Gendhis.
"Ndhis, maafin gue. Kalo tau lo bakal disakiti, gue nggak akan bantu pak Arnesh!"
Gendhis berhenti memberontak. Pertahanan Gendhis seketika runtuh, tangis Gendhis langsung pecah. Gadis itu meluapkan segala kesedihan di hatinya dalam pelukan sang sepupu.
Adrian tidak pernah melihat Gendhis serapuh ini selama Adrian mengenal Gendhis. Dia tidak ingin bertanya apa yang terjadi di dalam. Melihat keadaan Gendhis saja, Adrian sudah bisa menyimpulkan apa yang sudah terjadi di dalam ruang VIP tadi.
"Maafin gue, Ndhis! Gue nggak tau semuanya bakal jadi begini!" sesal Adrian.
"Harusnya lo nggak perlu bantuin dia, Yan. Harusnya dia nggak boleh nyatain perasaannya ke gue!" ujar Gendhis dalam isakannya "Kita nggak bisa pacaran, Yan!"
"Lo.... Nggak mau sama dia?"
"Bukan gue nggak mau, tapi gue nggak bisa..." Gendhis menjeda kalimatnya beberapa detik "Gue..... Gue nggak bisa..."
Tangis Gendhis semakin pecah. Gadis itu sampai tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Adrian sebenarnya ingin mendengar kelanjutan kalimat penjelasan dari Gendhis. Tapi dia tidak ingin memaksa sepupunya itu. Keadaannya benar-benar sedang payah. Yang harus Adrian lakukan saat ini adalah menenangkan gadis itu.
"Luapin semuanya, Ndhis! Biar lo lega!" pinta Adrian sembari mengusap lembut punggung Gendhis.
Gendhis tak bergeming. Dia hanya terus menangis dalam pelukan Adrian. Lidahnya terlalu kelu untuk berkata-kata lagi.
Sementara di sudut yang lain, sepasang mata mengamati Adrian dan Gendhis yang sedang berpelukan. Hatinya yang sudah sakit kini bertambah perih melihat pemandangan di depannya.
"Seharusnya gue sadar sedari awal, Adrian nggak sepenuhnya mau bantuin gue. Dia ternyata juga berharap Gendhis mau sama dia!" geram Arnesh bergumam.
Arnesh tersenyum getir "Dia menang! Gendhis sepertinya lebih tertarik dan lebih nyaman sama dia. Muda, ganteng, perhatian. Nggak kaya gue yang kaku dan tua!"
Arnesh menghembuskan nafas kasar "Asal lo bahagia, gue ikhlas kalo lo mau sama Adrian, Ndhis!"
"Walaupun gue..." Arnesh menyeringai sinis "Gue nggak penting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomansaBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...