Gendhis membuntut di belakang Arnesh keluar dari restoran menuju mobilnya yang sudah terparkir di lobi.
"Kita harus gerak cepet, Ndhis. Abis ini kita ketemu klien yang sedikit rewel soalnya!" pinta Arnesh.
"Iya-iya, pak!" Gendhis membenahi tumpukan file si tangannya yang membuatnya sedikit kesusahan berjalan.
Baru Arnesh membuka pintu mobil, tiba-tiba....
BRRUUUKKKK!!
Arnesh urung masuk ke dalam mobil dan membalikkan tubuhnya. Mata Arnesh membulat mendapati Gendhis sudah tersungkur di lantai sembari meringis kesakitan. File-file yang tadinya berada di tangan Gendhis kini sudah jatuh berantakan.
"Astaga, Gendhis!"
Arnesh segera membantu Gendhis berdiri.
"Pak, Slamet!" panggil Arnesh sembari menahan tubuh Gendhis yang belum bisa seimbang sepenuhnya.
Sang supir yang merasa dipanggil namanya langsung keluar mobil dan beranjak mendekati Arnesh dan Gendhis.
"Iya, tuan?"
"Tolong beresin file-file itu ya!" pinta Arnesh sembari mengendikkan dagu ke arah file-fila yang berserakan di lantai.
"Eh, nggak usah pak! Saya aja!" tolak Gendhis.
Gadis itu melepas tangan Arnesh yang mencekal kedua tangannya, kemudian berusaha untuk berjongkok dan mengambil file yang letaknya paling dekat dengannya. Tapi nyeri di lututnya membuat Gendhis kembali jatuh terduduk sembari meringis kesakitan.
"Kaki kamu masih sakit, Gendhis!" hardik Arnesh sembari kembali membantu Gendhis berdiri "Jangan sok kuat deh!"
"T-tapi kan itu tugas saya!"
"Biar pak Slamet yang beresin. Saya nggak mau dibilang boss yang nggak punya hati karena ngebiarin sekretarisnya tetep bekerja dalam kondisi sakit!" tegas Arnesh "Sekarang kamu masuk mobil!"
"I-iya, pak!"
Dengan dibantu Arnesh, Gendhis masuk mobil. Setelah menutup pintu mobil sisi samping kemudi, Arnesh masuk dan duduk di jok tengah seperti biasanya. Pak Slamet juga ikut masuk mobil setelah membereskan file yang berserakan di lantai kemudian menyerahkannya ke Gendhis.
"Makasih ya, pak! Maaf, merepotkan!" ucap Gendhis.
"Sama-sama non!"
"Ini!" Arnesh mengulurkan kotak P3K ke arah Gendhis.
Gendhis menoleh sembari menerima kotak berwarna putih itu dari tangan Arnesh.
"Diobatin lukanya. Kita masih ada beberapa meeting lagi. Saya nggak mau kamu ketemu klien dalam kondisi luka kaya gitu!" titah Arnesh.
"M-makasih, pak!" ucap Gendhis sembari kembali menghadap ke depan.
Gendhis menghela nafas, mengatur irama detak jantungnya yang kembali berpacu cepat. Beberapa kali kontak fisik dengan atasannya itu membuat dada Gendhis bergetar aneh. Getaran yang tak pernah Gendhis rasakan sebelumnya.
***
Di sebuah ruangan VIP restoran mewah, empat orang duduk berhadapan. Satu orang menjelaskan lembaran-lembaran kertas yang dibawanya, dua orang sibuk mmperhatikan, dan satu orang menulis apa yang perlu di catatnya. Meeting siang itu berlangsung begitu serius.
"Interupsi!" potong klien yang bernama Johan "Sebenarnya saya tertarik dengan konsep yang pak Arnesh diskusikan, tapi promosi yang bapak anjurkan sepertinya kurang menarik. Saya ragu akan banyak yang berminat dengan tour ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...