Gendhis berjalan terburu-buru memasuki sebuah gedung perkantoran. Jam sudah menunjukkan 07.15. Sudah lewat 15 menit dari waktu yang diminta pimpinan kantor itu untuk Gendhis datang pagi ini.
"Eh, dek!"
Baru memasuki lobi, seorang satpam menahannya.
"Duh, pak, saya udah telat nih! Nanti saya di omelin pak Arnesh!" keluh Gendhis.
"Adek ini siapa?" tanya satpam dengan nametag bertuliskan nama Abdul, yang tersemat di dada sebelah kiri.
"Nama saya Gendhis, pak! Udah ya, nanti aja kalo mau kenalan. Saya...."
"Saya nggak mau kenalan!" potong satpam bernama Abdul itu "Saya mau tau ada keperluan apa kamu datang sepagi ini ke kantor?"
"Ya mau kerja lah pak!"
"Kerja?" Abdul mengamati Gendhis sejenak "Ini tuh perusahaan besar, adek kecil. Bukan time-zone tempet main-main ABG kaya kamu!"
"Siapa juga yang mau maen ke time-zone?!Saya beneran mau kerja bapak satpam yang terhormat! Saya itu di sini magang jadi sekretarisnya pak Arnesh!" jelas Gendhis.
"Sekretarisnya pak Arnesh?" ulang pria paruh baya itu.
Gendhis mengangguk mantab "Iya. Kenapa?"
"Nggak mungkin!" Abdul mengibaskan tangannya di depan wajah Gendhis "Kalo mau bohong, jangan sama bapak deh dek!"
"Loh, bohong gimana sih pak? Saya serius!"
"Pak Arnesh itu pangkatnya paling tinggi di perusahaan ini. Dia itu super sibuk. Mana mungkin punya sekretaris ecek-ecek kaya kamu. Sekretaris lulusan terbaik aja pada nggak betah kerja sama dia saking padet jadwalnya!" celoteh Abdul meremehkan
"Enak aja saya dibilang ecek-ecek! Gini-gini IPK saya lebih dari 3,5 pak!" Gendhis tidak terima.
"Udah, sekarang lebih baik kamu pulang aja! Perusahaan ini bukan perusahaan main-main!" usir Abdul.
"Bapak kok ngusir saya?!" Gendhis membulatkan matanya "Saya beneran sekretaris pak Arnesh, pak!"
"Nggak percaya saya!"
"Tapi pak, saya beneran...."
"Ada apa ini?"
Suara bariton itu menginterupsi perdebatan antara Abdul dan Gendhis. Keduanya menoleh cepat ke arah sumber suara.
"Eh, pak Arnesh!" Abdul meringis "Ini nih, pak. Ada anak ingusan ngaku-ngaku kerja jadi sekretaris bapak."
Gendhis melotot ke arah Abdul "Enak aja saya dibilang anak ingusan! Saya udah 18 tahun!"
"Tuh, kan bener masih ABG!" sahut Abdul.
"Ini nih, pak! Pak satpam ini nggak percaya saya sekretarisnya pak Arnesh!" adu Gendhis.
"Yeee, mana mungkin bocah ingusan masih bau kencur kaya kamu bisa kerja di sini!" sanggah Abdul.
"Bapak kok ngeselin banget sih?! Dikira saya takut sama bapak?!" kesal Gendhis
"Tuh, nggak punya sopan santun gitu masa bisa jadi sekretaris pak boss!" cibir Abdul.
"Bapak duluan yang mulai! Saya udah bil...."
"Udah cukup berdebatnya!" bentak Arnesh membuat Abdul dan Gendhis kicep.
"Kamu!" Arnesh mengendikkan dagunya ke arah Gendhis "Siapa nama kamu?"
"Gendhis pak!" jawab Gendhis.
"Kenapa baru dateng jam segini?" tanya Arnesh "Ini udah jam setengah delapan dan kamu udah terlambat 30 menit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...