Nungguin yaaa....
Berhubung udah banyak yang baca sampe END, lanjut deh ke extra-part biar nggak ikut sedih dan galau kaya Arnesh yang ditinggal Gendhis...
Jangan lupa vote ya 😘..
------------------------------------------------------------Secangkir kopi panas dan sebatang rokok menjadi teman Arnesh dipagi hari yang dingin ini. Semenjak kepergian Gendhis, dua hal itu tak pernah lepas dari diri Arnesh. Kopi dan rokok menjadi pelarian atas rasa sedih dan rindunya yang tak berobat. Alkohol memang lebih menarik, tapi Arnesh yakin Gendhis tidak akan suka jika dia menyentuh barang haram itu. Meskipun gadis itu tidak lagi di sisinya, Arnesh masih merasa jika Gendhis tetap mengawasi gerak-geriknya.
Arnesh melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah jam 8, saatnya dia berangkat ke kantor. Andai Gendhis masih menjadi sekretarisnya, gadis itu pasti sudah menelepon Arnesh berulang kali karena jam segini pimpinan perusahaan travel itu belum juga menampakkan diri di kantor. Hanya Gendhis yang berani melakukan spam chat dan telepon sampai berkali-kali ke handphone Arnesh. Ah, semua kenangan tentang Gendhis masih terlalu membekas di benak Arnesh.
Hari ini tidak ada meeting yang harus dihadirinya. Hanya ada 2 meeting dengan klien yang sudah di handle oleh assistant dan sekretarisnya yang baru, pengganti Adrian dan Gendhis. Jadi Arnesh bisa lebih santai untuk berangkat ke kantor. Jujur saja, kantor Samudera Travel selalu mengingatkannya pada soksok Gendhis. Arnesh jadi takut berlama-lama di sana. Takut akan semakin rindu pada tingkah konyol gadis itu yang telah membuat hatinya jatuh.
Setelah menyeruput kopinya beberapa kali dan mematikan rokoknya, Arnesh beranjak dari meja makan dan melangkah keluar apartemen. Baru akan membuka pintu, seseorang telah berdiri di balik benda kayu itu.
"Marcel!"
"Nesh, bisa ngobrol sebentar?" pinta Marcel.
"Gue harus ke kantor. Udah siang!"
"Bentar aja!" mohon Adrian "Please!"
Tak ingin berdebat panjang, Arnesh akhirnya mengiyakan permintaan Marcel. Arnesh membuka pintu apartemennya lebih lebar kemudian mempersilahkan Marcel masuk.
"Duduk!"
Arnesh mengendikkan dagunya ke arah sofa ruang tamu apartemennya, kemudian keduanya duduk berhadapan.
"Ada apa?"
Semenjak kejadian di wisuda Gendhis waktu itu, hubungan Arnesh dan Marcel jadi renggang. Arnesh tidak pernah menghubungi Marcel, pun sebaliknya. Jelas saja obrolan mereka kali ini jadi sedikit kaku karena terakhir kali mereka bertemu, mereka terlibat konflik yang cukup pelik.
"Gue mau minta tolong sama lo!"
Kening Arnesh berkerut "Untuk?
Marcel mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku bajunya kemudian memberikannya kepada Arnesh. Arnesh pun menerima kertas itu dan sesaat membacanya.
"Lo coba ke alamat itu dan temui seseorang di sana. Dia mau pake jasa travel lo."
Arnesh menghela nafas sembari mengalihkan atensinya pada Marcel. Bagi Arnesh ini cukup aneh, bukan kebiasaan Marcel membahas kerjaan sampai harus repot-repot sepagi ini ke apartemennya.
"Kenapa nggak pake Perwira Travel aja?"
"Dia mau secepetnya dapet paket city tour, tapi perwira travel udah full buat minggu ini. Makanya gue minta tolong sama lo."
Arnesh memicing curiga "Lo nggak lagi ngerjain gue kan?"
"Negatif thinking terus lo sama gue!" sungut Marcel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...