Bagian 10

7.7K 439 4
                                    

Arnesh duduk di samping brankar rumah sakit tempat Gendhis berbaring tak berdaya. Selang infus tertancap di tangan kiri gadis itu. Sejak Arnesh masuk ruang rawat itu, Gendhis masih saja tertidur pulas. Mungkin karena efek obat penenang yang diminumnya.

Ayu kembali ke tempat magang setelah mengantar Arnesh ke ruangan Gendhis. Sedangkan Santi sedari tadi tidak nampak, mungkin sedang pulang mengambil baju ganti untuk Gendhis atau mengurus administrasi rumah sakit.

Arnesh mengamati wajah ayu Gendhis. Wajah gadis itu pucat pasi. Mata Gendhis senantiasa tertutup. Nafasnya teratur meski sesekali kening gadis itu berkerut. Entah apa yang dimimpikannya.

Baru kali ini Arnesh mengamati dari dekat setiap inci lekuk paras sempurna milik Gendhis. Pria itu baru menyadari, Gendhis sangatlah cantik jika sedang tidur begini. Kecantikannya benar-benar terkamuflase oleh sifat Gendhis yang cerewet dan konyol.

Melihat Gendhis tak berdaya seperti ini, membuat hati Arnesh terasa perih. Dia memang sering kesal mendengar celotehan Gendhis yang tidak kenal keadaan. Tapi keterdiaman Gendhis seperti sekarang, menjadi hal yang lebih menyakitkan.

Jujur, Arnesh merasa kehilangan soksok gadis periang yang hampir seminggu ini membuat harinya berisik tapi justru lebih berwarna.  Jika boleh dia meminta pada Tuhan, dia ingin menggantikan posisi Gendhis. Dia tidak sanggup melihat gadis itu terkulai seperti sekarang.

"Gendhis itu jarang banget sakit, pak. Kalo dia sampe sakit, berarti beban pikirannya lagi banyak banget. Terakhir kali dia begini, waktu papanya meninggal."

Otak Arnesh kembali memutar percakapannya dengan Ayu di mobil tadi. Ya, Ayu memutuskan untuk menceritakan semua yang Gendhis alami pada Arnesh. Harapan Ayu, setidaknya untuk kedepan boss Gendhis itu tidak dulu membebani Gendhis dengan tugas-tugas yang over-time.

"Dia kemaren mergokin pacarnya selingkuh. Parahnya lagi, pacarnya mutusin Gendhis secara sepihak. Itu bukan pertama kalinya Gendhis di selingkuhin. Tapi tetep aja Gendhis bertahan. Padahal Gendhis udah berkorban banyak banget buat tuh cowok!"

Tiba-tiba saja hati Arnesh menggeram ketika mengingat cerita Ayu tentang pacar Gendhis yang berselingkuh. Ada rasa tidak terima atas apa yang sudah cowok itu lakukan ke Gendhis.

"Si Doni itu dulunya sahabatan sama Gendhis. Setelah papa Gendhis meninggal, cuma dia yang terus ada di samping Gendhis. Nenangin Gendhis, kasih support, kasih perhatian yang Gendhis butuhin. Mungin karena terlalu nyaman, Gendhis jadi suka sama cowok itu. Akhirnya mereka resmi pacaran setahun yang lalu. Padahal cowok itu nggak pernah cinta sama Gendhis."

"Brengsek tuh cowok!" umpat Arnesh penuh emosi.

"Gue nggak akan biarin orang yang udah nyakitin Gendhis hidup dengan tenang!"

***

Gendhis mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya ruangan yang masuk menembus retinanya. Setelah menemukan titik fokusnya, mata Gendhis mengerling mengamati ruang rawat yang hampir satu hari ini ditempatinya.

Gendhis berusaha duduk dengan sekuat tenaga. Setelah bisa menyeimbangkan tubuhnya, Gendhis mengamati setiap sudut ruang bernuansa hijau muda itu. Tatapan Gendhis kemudian jatuh pada seseorang yang sedang tidur di sofa yang terdapat di sudut ruang rawat itu.

"I-itu... Pak Arnesh?" gumam Gendhis ragu "Masa sih?"

Gendhis mengucek matanya beberapa kali. Mengusir kantuk yang mungkin saja masih bersisa hingga membuat penglihatannya sedikit terganggu. Setelahnya, Gendhis kembali memperhatikan sofa di sudut ruangan.

My Perfect Boss [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang