Arthur berjalan cepat menuju meja kerja Gendhis. Dia harus berbicara pada gadis itu. Arthur tidak mau karena kejadian semalam, Gendhis jadi benar-benar membencinya. Tapi pria itu harus menelan kekecewaan ketika mendapati meja kerja Gendhis kosong.
Arthur segera beranjak memasuki ruang pimpinan. Gendhis juga tidak ada di sana. Yang terlihat kini malah wajah frustasi Marcel, membuat Arthur mengerutkan dahinya heran. Pasalnya sahabat kakaknya itu tidak pernah seberantakan itu.
"Kenapa lo kak?" tanya Arthur "Pagi-pagi muka udah kusut kaya kanebo kering aja!"
Marcel menoleh dan beranjak mendekati Arthur "Gimana nggak kusut gue, barusan Gendhis telepon katanya dia ngundurin diri magang di sini!"
"Hah?!" Arthur terbelalak "Gendhis bener-bener mau cabut dari sini?"
Marcel memicing curiga "Lo tau sesuatu ya, tentang Gendhis yang cabut mendadak begini?"
"G-gue...."
"Jangan bilang lo yang udah bikin Gendhis sampe ngundurin diri!"
"I-ini salah paham, kak!" jelas Arthur "Semalem ada sedikit kejadian yang bikin Gendhis marah sama gue. Dan...."
"Kalo dia sampe cabut dari sini gara-gara marah sama lo, berarti lo udah buat kesalahan yang fatal ke dia!" terka Marcel
"Dia nggak pernah marah sampe ngorbanin kerjaan begini. Bahkan semarah apapun dia sama Arnesh dulu, dia cuma ngediemin Arnesh nggak sampe ngundurin diri kaya sekarang!"
Arthur menghembuskan nafasnya lelah "G-gue emang salah sih, kak. Dia minta nilai magang ke gue, tapi gue kasih syarat dia harus makan malem sama gue. Dan gue.."
"Dan lo kasih syarat lagi setelah dia ngelakuin syarat yang udah lo kasih sebelumnya?" tebak Marcel.
Arthur mengangguk pelan "G-gue... Gue cuma mau kenal lebih deket sama dia, kak!"
"Nggak gitu caranya, Thur!" kesal Marcel "Kalo udah begini, gimana dong kerjaan? Semua konsep buat meeting sama klien yang paham dia. Kerjaan juga semua dia yang bisa handle. Jadi berantakan kan sekarang jadinya!"
"Terus gimana dong, kak?"
"Jangan tanya gue! Gue juga bingung harus gimana." Marcel menghela nafas kasar "Gendhis itu kalo udah marah banget, bakal lama ilangnya!"
"Yaudah, gini aja. Gue ke rumahnya, gue coba minta maaf sama dia."
Marcel menaikkan sebelah alisnya "Emang lo tau rumahnya?"
Arthur menggeleng "Enggak. Tapi gue tau toko kue mamanya!"
"Jangan lo deh, yang ke sana!" larang Marcel.
"Terus siapa dong?"
"Cuma Arnesh yang bisa bujukin Gendhis. Dia paling nurut tuh sama Arnesh! Andai aja gue tau gimana caranya hubungin Arnesh...."
"Kak Arnesh ya?" potong Arthur "Gue tau dia dimana!"
"Dimana?"
Tanpa menghiraukan pertanyaan Marcel, Arthur segera beranjak pergi meninggalkan ruang pimpinan itu. Marcel kini tercengo menatap kepergian Arthur.
"Dasar bocah! Ditanya malah maen pergi gitu aja!" gerutu Marcel "Untung lo anak sultan!"
***
Arnesh dan Tora kini duduk berhadapan di sofa ruang pimpinan Samudera travel. Netra keduanya saling mengunci. Semuanya saling menyorotkan keteguhan hati mereka masing-masing.
"Lo harus percaya sama gue, Nesh! Gendhis nggak sebaik yang lo liat selama ini!" Tora mencoba meyakinkan.
"Gue kan udah bilang, lo cuma salah paham aja sama Gendhis!" ujar Arnesh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...