Bagian 39

4K 267 0
                                    

Semenjak kejadian di restorant, sikap Gendhis pada Arnesh menjadi kaku dan canggung, begitu juga sebaliknya. Jika biasanya Gendhis akan melayangkan candaan-candaan pada Arnesh, kali ini tidak ada kejahilan yang Gendhis perbuat pada Arnesh. Dia bicara dengan Arnesh seperlunya saja. Arnesh pun begitu, dia akan memanggil Gendhis hanya untuk keperluan pekerjaan.

Gendhis kini lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Adrian. Satu hal yang semakin meyakinkan Arnesh jika dua karyawannya itu tengah menjalin hubungan spesial. Cemburu? Tentu saja Arnesh cemburu melihat kedekatan mereka. Tapi Arnesh sadar diri, dia bukan siapa-siapa Gendhis.

Gendhis tidak lagi membawakan Arnesh bekal makan siang lagi. Bahkan Arnesh kerap memergoki Gendhis makan siang bersama Adrian di kantin perusahaan ketika jam istirahat. Gendhis juga tidak lagi datang ke panti asuhan bu Rahma. Padahal itu kegiatan yang rutin selalu Gendhis lakukan tiap bulan.

Seperti hari ini. Hari minggu setelah gajian, biasanya Gendhis akan datang ke panti membawa mainan atau beberapa pakaian baru untuk anak-anak panti. Tapi sampai malam menjelang, Gendhis tidak juga muncul. Hal yang membuat Arnesh kembali menelan kekecewaan.

"Pak Arnesh belum istirahat?" tanya Rahma ketika mendapati Arnesh masih duduk termenung di teras panti.

Arnesh menoleh kemudian menggeleng singkat "Belum, bu! Belum ngantuk."

Rahma beranjak duduk di kursi tak jauh dari kursi yang di duduki Arnesh. Sejenak dia memperhatikan wajah tampan pria itu.

"Nungguin non Gendhis ya?" terka Rahma.

"Dia nggak ke sini ya?" Arnesh balik bertanya.

Rahma menggeleng "Dia tadi cuma telepon, minta maaf hari ini nggak bisa ke sini dan besok dia akan transfer donasi bulanan untuk panti."

Arnesh menghela nafas. Gendhis sepertinya benar-benar menghindarinya. Apa memamg sudah tidak ada celah untuk Arnesh mendapatkan hati Gendhis? Apa Adrian sudah benar-benar bisa membuat gadis itu jatuh hati padanya? Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepala Arnesh.

"Bu, sepertinya mulai besok saya nggak bisa lagi tinggal di sini!" cetus Arnesh.

Kening Rahma berkerut "Maksud pak Arnesh gimana?"

"Sepertinya Gendhis kurang nyaman datang ke panti karena saya masih tinggal di sini." terka Arnesh.

"Memangnya pak Arnesh dan non Gendhis sedang ada masalah apa? Kenapa sampe non Gendhis nggak nyaman pak Arnesh tinggal di sini?" Rahma bingung.

"Ya... Ada lah, bu. Yang jelas, dia sedang menghindar dari saya."

Meski masih bingung, Rahma jmhanya mengangguk saja. Dia tidak mau terlalu mencampuri hal yang bukan menjadi urusannya.

"Terus rencana pak Arnesh apa?" tanya Rahma.

"Besok saya akan pindah ke apartemen saya yang nggak jauh dari kantor." putus Arnesh.

"Tiap bulannya nanti, saya akan tetep berdonasi untuk panti ini dalam bentuk dana. Semua kebutuhan sekolah anak-anak juga kebutuhan harian panti, saya yang akan tanggung. Untuk keperluan transportasi panti, satu mobil dari travel saya siap digunakan free untuk panti kapan saja panti ini butuh. Saya juga akan menambah fasilitas belajar dan bermain untuk anak-anak di sini biar mereka makin semangat." tambahnya.

My Perfect Boss [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang