29_Bimbang

4.3K 473 294
                                    

Update! 200+ komen, saya update tiga hari lagi.

..

"Aila mau Abi!"

Bagaimana Hisyam tidak langsung beranjak dari kursi kerja mendengar jeritan putri sulungnya dari rumah sebelah. Aira yang belum genap berusia tiga tahun terlihat kacau dengan wajah memerah dan isak tangis diantar oleh pengasuh.

"Aira kenapa, Bi?" Hisyam menghampiri Aira dan menggendong putri kecilnya itu. Ada pengukur suhu tubuh yang masih dijepitkan di ketiak. "Panas," gumamnya sambil membawa Aira ke sana ke mari namun anak itu tidak juga mau diam.

"Tadi padahal tidak apa-apa, Pak. Barusan kok anget pas nonton tivi, terus saya ukur pakai tem malah nangis."

Hisyam meneliti wajah Aira namun anak kecil itu menghindar, "Kakak rasain apa?"

Tit, tit. Bunyi termometer menandakan suhu sudah terdeteksi. "Tiga puluh delapan koma lima," Hisyam merasakan nafas panas sang putri. Sepasang tangan mungil itu memeluk erat leher sang ayah.

"Kakak udah makan?"

"Tidak mau, Pak." Pengasuh mengambil termometer dari tangan Hisyam.

"Sama sekali gak makan?"

"Tadi sempat makan bolu sedikit tapi tidak habis."

"Ya udah bawain obat penurun panas, masih ada kan?"

"Masih, saya ambilkan dulu."

Hisyam kembali menimang Aira dalam dekapan, sambil menggendong, ia mengecek laptop untuk menyimpan desain pesanan perusahaan besar.

"Kakak minum obat ya?" Hisyam menjauhkan kepala Aira dari lehernya namun putri sulungnya itu menggeleng semakin mengeratkan pelukan.

"Nanti kalau sakit harus ke dokter, Kakak mau?"

"Nggak mau..," Aira menggeleng. Matanya yang sayu menangkap sosok pengasuhnya mendekat membawa obat penurun panas.

"Ayok minum." Hisyam menepuk punggung Aira, "biar cepet sembuh."

"Nggak mau," Aira yang tadi sudah diam mulai merengek, merajuk.

"Minum susu aja kalau gak mau minum obat."

Aira menggeleng lagi, "nggak mau."

"Terus maunya apa dong?" Hisyam menarik kursi, diposisikan dirinya menjadi duduk supaya lebih mudah meminumkan obat. "Dek Qila di mana, Bi?"

"Sama Kakek nonton kartun, Pak. Mau bobok sudah bawa dot susu."

Hisyam mengangguk. "Tuh Kak dengerin, adek aja mau bobok, Kakak juga ya. Minum obat dulu tapi."

"Gak suka obatnya," Aira masih tidak mau melepaskan pelukannya dari Hisyam.

"Tapi kalau gak minum obat nanti tambah panas, Kakak mau disuntik Bu Dokter?"

"Enggak!" Aira menjawab lantang, ditariknya kepala dari leher Hisyam lalu memukul pelan dada sang Ayah. "Abi nakal."

Hisyam menatap dalam-dalam sang putri, sengaja tidak banyak berkata. Akhirnya Aira menunduk memasang wajah menyesal sudah memukul orang tuanya. "Minum obat habis itu minum susu."

"Cokelat," Aira mengalah, dilihatnya sang pengasuh sudah menunggu dengan sendok dan obat penurun panas sirup.

"Oke, minum obatnya dulu rasa jeruk," Hisyam memberi kode pengasuh kedua putrinya untuk mendekat. "Abi yang minumin."

Aira menatap obat cair berwarna kuning disiapkan oleh sang Ayah di atas sendok lalu ia membuka mulut lebar-lebar berusaha menelan obat kemudian minum air mineral botol milik Hisyam. "Susu?"

Cinta Untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang