Alisa pelan membuka mata saat sayup ia mendengar suara murotal jelang adzan subuh di masjid dekat rumah. Mengucek mata, ia hendak meregangkan tubuh tapi tersadar rasanya berat sekali.
Eh? Alisa berkedip, ada tangan melingkar di tubuhnya. Nafas hangat menyentuh tengkuk leher yang tertutupi rambut hitamnya yang tebal.
Satu.
Dua.
Tiga.
Alisa berusaha menelaah, sialnya si jantung malah berdebar. Alisa tahu posisinya sulit, Raka memeluknya dari belakang. Bahkan kian erat saat Alisa bergerak pelan.
Aduh! Alisa menyipitkan mata. Raka apa-apaan sih? Keluhnya dalam diam. Tidak berani beranjak, Alisa pasrah.
"Ergh...," Raka mengerang pelan. Tangannya sedikit melonggar pada pinggang sang istri.
"Ka?"
Hening, tidak ada lagi pergerakan.
"Raka?" Alisa memberanikan diri bergerak, menyingkirkan tangan Raka dari tubuhnya.
Sret.
Raka menarik tangan, kini tubuhnya terlentang dengan bibir terbuka.
Ya ampun tidurmu, Ka. Alisa sudah membalikkan tubuh, ia tersenyum tanpa sadar. Mengamati setiap jengkal wajah Raka, Alisa mengangkat kepala hingga mendekati wajah Raka. Inginnya membantu menutup bibir Raka. Jarinya menyentuh dagu Raka, lalu ia tersenyum puas saat Raka mengecap-ngecap bibir mirip gerakan makan.
"Raka."
"Eeum?"
"Masih hidup?"
Raka perlu mencerna pertanyaan Alisa, lalu ia mengangguk tanpa membuka mata.
"Bangun."
"Bentar...," suara Raka terdengar parau.
"Temenin joging." Bisik Alisa dengan posisi kepala di atas wajah Raka, surainya menjuntai mengenai telinga sang suami.
"Capek, Ta...."
Alisa mencubit hidung Raka sampai si empunya gelagapan.
"Ta, gak lucu!" Raka akhirnya membuka mata.
"Banguuun!"
"Mau ke mana?" Raka sadar jaraknya sangat dekat dengan Alisa, perempuan itu pada posisi lebih tinggi dari dirinya saat ini.
"Kalau mau kayak Dokter Dio, shalatnya di awal waktu." Alisa berkata seperti ibu guru yang mendongeng. "Yuk ah!" Alisa bangkit duduk, ditariknya selimut.
"Belum adzan."
"Persiapan, Pak Raka. Ayo semangat jadi suami yang kece."
..
Jam menunjukkan angka lima, langit belum terang benar, matahari masih perjalanan menerangi semesta. Alisa menyibak tirai jendela, dibukanya bingkai jendela hingga hawa sejuk pagi menyapa.
"Ta."
"Hem?"
"Celana trainingku yang kemarin kutinggal di balik pintu dikemanain?"
"Tak turunin di cucian." Alisa merentangkan dua tangan ke atas.
"Yah." Raka mengeluh pelan.
"Emang gak bawa celana lagi?"
"Enggak."
Alisa berbalik, ditatapnya sang suami. "Kemarin di koper ada celana piyama kok, udah aku pindahin lemari."
"Masak?"
"Makanya cari dulu."
Raka pernah sekali buka lemari Alisa untuk mengambil kaosnya, tapi salting sendiri lihat ada dalaman Alisa. Itulah kenapa dia menunggu Alisa yang mengambilkan.
"Udah ketemu?"
Raka menggeleng, "pake celana ini lagi juga gak apa-apa, masih bersih."
"Ish, jorok!" Alisa mulai keluar mode cerewet. "Bilang aja gak mau nyari."
Emang. Raka mengikuti langkah Alisa. "Ada, Ta?"
"Iniii," Alisa berdecak, "gak pake manja ya minta diladenin."
Raka hanya tertawa mendengar omelan Alisa. "Suaramu merdu kalo nyanyi."
"Apaan coba, gak lagi nyanyi tauk."
"Tapi lebih merdu lagi kalo diem."
Mata Alisa membulat, dicubitnya pinggang sang suami. "Sumpah ya kamu sering banget bikin aku kesel."
"Mosok sih, Mbak Cinta?" Raka menurunkan celananya mendadak.
"Raka, apaan sih ah!" Alisa buru-buru menaikkan telapak tangan, lalu buang muka.
"Ganti celana, kamu kenapa heboh?"
"Iya.., tapi ngomong dong!"
Raka kian tersenyum. Selesai memakai celana piyama, dia sengaja peluk Alisa dari belakang.
"Rakaa!"
"Apa, Ta? Gak usah lebay."
"Ngapain peluk-peluk?" Alisa menepuk lengan nakal suaminya.
Raka membuka sedikit lebar dua kaki, lalu menaruh dagu di bahu Alisa. "Kan aku suamimu, masak gak dibolehin meluk?"
Alisa rasa mungkin Raka kesambet Jin yang lagi kasmaran. Ini tidak seperti Raka yang ia kenal. "Kayaknya kita harus bikin perjanjian deh, Ka."
"Soal?"
Bibir Raka menyentuh daun telinga Alisa, spontan bulu kuduk Alisa berdiri.
"Geli, Raka." Alisa menggeliat, tapi ia justru mendapati Raka kian erat memeluknya.
"Kamu enak banget dipeluk."
"Raka stop! Kamu kenapa sih? Kita belum resmi loh!" Alisa protes, jangan ditanya bagaimana kinerja jantungnya saat ini.
"Aku sayang kamu, Ta."
Wajah Alisa terlihat kaget, dia mungkin salah dengar. Iya kan?
"Sayang banget." Raka melepas pelukan, lalu membalikkan tubuh Alisa menghadap padanya.
"Aku kalah."
"Ha?"
"Kamu yang menang."
"Gak ngerti." Alisa menggeleng, berusaha menyangkal.
Sudut bibir Raka terangkat, menunduk mengambil nafas, ia menatap mata bulat Alisa. "Kamu udah menangin hatiku."
Alisa menatap tidak percaya, "ngaco nih, kamu sakit kepala? Panas?" Alisa menyentuh kening Raka, mengukur suhu dengan punggung tangan.
"Sini," Raka menarik tubuh Alisa, tambah menunduk, ia mendekat pada wajah di hadapannya.
Lalu Alisa merasakan benda lunak menyentuh bibirnya.
Raka! Mata Alisa membulat, refleks dipejamkan mata saat Raka menuntunnya semakin dalam.
Morning kiss for the first time, he did it. Raka pelakunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Raka
Fanfiction[Tamat] Mengapa bintang bersinar? Mengapa air mengalir? Mengapa dunia berputar? Lihat segalanya lebih dekat, dan kau akan mengerti.... __________ Jeon Jk Kim Yr Min Ygg Song Swn - Cinta Untuk Raka - Highest Ranked #3 jungri 14 feb 2021 #1 jungri 7 o...