22_Kawan Lama

4.2K 498 202
                                        

Saya kembali! 3000+ kata, jangan kendor kasih voment ya! Semoga dua hari lagi bisa update, syaratnya tahu sendiri, minimal 100 komen, Oke!

..

Jakarta, Agustus 2017

Raka mengomel pelan saat lagi-lagi Mama menelepon ponselnya. Dia sudah besar, tahu bagaimana mengatur waktu, apalagi ini weekend, terserah dia mau jalan ke mana. Tapi karena kedatangan tamu spesial –kata Mama, akhirnya ia mengalah untuk kembali ke rumah, padahal baru satu jam dia bermain bowling. Kan nanggung, harus berhenti saat on fire. Benar-benar menjengkelkan.

Dret! Dret!

Ponsel yang sengaja ia buat dalam mode getar kembali memanggil saat ia memarkirkan motor ke dalam halaman. Kali ini bukan nama Mama yang tertera, namun nama lain yang tidak kalah mengejutkan. Tumben sekali kakak iparnya itu menelepon, biasanya juga video call dengan anak-anak dari pasangan Barga dan Wenda, bukan ibunya anak-anak.

"Iya, Mbak?"

"Assalamu'alaikum, Om Raka!"

"Loh Mita? Wa'alaikumsalam."

"Om aku mau ke rumah Uti! Om jemputin ke sini ya?!"

Raka melepas sepatu olah raga yang ia kenakan, ada sepasang sepatu lain yang ukurannya cukup asing, seperti bukan milik Mamanya. "Jemput di stasiun apa di Yogya?"

"Yogya ajaa, nanti ke rumah Uti naik kereta."

"Adek ikut?"

"Enggak, aku aja yang ke sana. Ayah sama Bunda sibuk sih, Om jemputin aku ya?"

"Hm," Raka memasuki ruang tamu, tidak terlihat siapa-siapa, namun terdengar orang mengobrol di ruang belakang.

"Om nanti mau Bundaku buatin apa?"

"Puding gula jawa aja, tapi Mita yang buatin bukan Bunda."

"Mita gak bisa, Om! Bunda aja ya? Kemarin Bunda bikin puding oreo, enaak!"

Raka tersenyum mendengar celotehan Mita yang tidak juga selesai, menengok ke belakang, akhirnya ia menemukan sumber suara. Bukan di dapur melainkan di halaman belakang. Ada Mama duduk di atas kursi dengan satu perempuan memunggungi pintu kaca. Surainya dibiarkan terurai menutupi sampai punggung. Raka belum tertarik dengan si tamu omong-omong.

"Udah ya, Om! Jangan lupa jemputin aku, nanti Ayah yang beliin tiketnya."

"Iya," Raka berbalik ke arah kamar mandi, dia kebelet pipis dari tadi. Biarkan ia buang hajat sebelum menemui tamu yang bikin Mama telepon dari tadi. "Bundamu mana? Om mau ngomong."

"Bundaaa!"

Raka mendengar suara melengking sang keponakan memanggil sang kakak ipar. Tak lama suara wanita terdengar.

"Gimana, Ka?"

"Serius Mita mau nginep sendiri di sini, Mbak Wen?"

"Iya, katanya udah kangen banget sama kamu."

"Kok sama aku?"

"Tau itu, ada maunya. Siapin pajeknya aja, mumpung ada libur kejepit katanya."

"Mau kapan dijemputnya? Kenapa gak kirim paket ke sini aja?"

"Hush! Emangnya barang dipaketin? Ngawur aja," Wenda berdecak. "Ayahnya lagi dinas luar, satu minggu di Makassar, pulangnya besok Jumat. Kalau nganter Mita nanti kecapekan, Sabtunya ada undangan juga sama universitas."

"Bilangin ke Mas Barga, waktunya sama anak-anak ditambah."

"Ini juga udah lumayan, Ka. Tapi gimana lagi, namanya juga dosen. Jadinya gimana? Bisa jemputin?"

Cinta Untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang