02_Ksatria

4.9K 685 160
                                        

Alisandria Cinta, nama yang Ayah dan Bundanya berikan ketika ia terlahir di dunia ini melalui proses yang panjang dan melelahkan. Bunda harus berjuang melawan sakitnya injeksi karena janin yang tidak juga keluar, padahal sudah pecah ketuban namun pembukaan tidak juga sempurna. Setelah delapan belas jam berjibaku dengan rasa sakit, akhirnya Dokter melakukan operasi caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan, energi Bunda hampir habis, dan itu berbahaya bagi keselamatan Ibu dan bayi.

Ayah menangis terharu tatkala bayi perempuan berbobot tiga koma enam kilogram itu terlahir. Segera setelah dibersihkan, Ayah Farhan mengadzani dengan khusuk. Melantunkan asma Allah sepenuh hati, berharap putri mereka kelak akan menjadi manusia yang taat beragama, berbakti pada orang tua dan agamanya.

Ayah Farhan dan Bunda Shinta menunggu kehadiran buah hati setelah mengalami kekecewaan. Alisa merupakan anak ketiga yang dikandung Bunda. Dua sebelumnya memilih untuk kembali bersama Allah sebelum sempat dilahirkan di dunia. Itulah mengapa kelahiran Alisa menjadi hal yang paling ditunggu. Anak perempuan yang tumbuh sehat itu menjadi kebanggaan orang tua.

Memasuki TK di usia empat tahun, butuh satu tahun saja untuk ia masuk ke jenjang sekolah dasar karena kemampuan calistung dan membaca yang luar biasa. Menjadi murid paling muda di kelas tidak menjadikan Alisa rendah diri. Dengan tubuh yang tidak bisa dibilang bongsor -meskipun kenyataannya terlahir dengan berat badan luar biasa, Alisa mampu menyesuaikan diri dengan kawan-kawan yang lebih tua satu tahun darinya.

Saat ujian caturwulan pertama Alisa duduk di bangku kelas empat, Ayah memberitahu jika mereka akan pindah. Bagi Ayah, bukan perkara mudah memberitahu Alisa tentang kepindahan mereka, karena perempuan kecil itu memiliki sahabat-sahabat yang menyenangkan. Sahabat yang selalu berangkat dan pulang bersama, menghabiskan waktu belajar dan bermain bersama.

"Ayah mau kasih kabar apa?" Alisa kecil duduk bersila di atas kursi bulat. Tempat yang biasa ia pakai ketika mendengarkan Bunda memainkan melodi pada piano.

"Cinta mau dengar sekarang?"

"Iya, tentang apa sih, Yah?"

Bunda dan Ayah duduk berdampingan, di hadapan mereka ada Alisa yang siap mendengar kabar yang akan Ayah ucapkan. "Eum.., Cinta tahu pekerjaan Ayah apa?"

Alisa tampak berpikir, "Ayah seorang hakim."

"Iya betul," Ayah melirik Bunda sekilas, lalu kembali menyelami dua binar sang putri. "Cinta tau sebentar lagi jadi kakak?"

Alisa mengangguk, wajahnya terlihat senang. "Bunda akan melahirkan tiga bulan lagi." Jari Alisa dibuka, menunjuk tiga.

Ayah tersenyum, "itu juga betul sekali."

Alisa menatap satu per satu orang tuanya, "terus kenapa, Yah?"

Ayah Farhan terlihat menegakkan tubuh, "Ayah menerima tugas dari atasan, Kak." Panggilan untuk Alisa yang telah Ayah dan Bunda persiapkan sebelum adik lahir nantinya.

"Tugas apa?"

"Tugas yang mengharuskan Ayah bekerja di Bandung."

"Bandung? Ayah setiap hari pulang pergi ke Bandung?"

Ayah Farhan tampak berpikir. "Ya gak gitu juga."

"Terus? Ayah menginap di sana?"

Bunda berpindah duduk di samping Alisa. "Ayah harus tinggal di Bandung, bukan menginap." Jelasnya.

Alisa menatap wajah Bunda, "Maksudnya gimana, Bunda? Ayah tinggal sendiri di Bandung?"

Ayah Farhan menggeleng, dicondongkan tubuh hingga mendekati sang putri. "Semua ikut ke Bandung. Bunda sama Kakak juga."

Cinta Untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang