"Seperti magnet yang tidak berarti jika sendiri, Alta tidak berarti tanpa Zora, begitupun sebaliknya."Pertandingan basket akan dimulai sebentar lagi. Team Alta dan Team Abigail sudah bersiap dengan strategi masing-masing di lapangan. Wajah mereka menggambarkan semangat akan mengalahkan team lawan, mereka memiliki tujuan tersendiri untuk kemenangan perlombaan ini.
Pertandingan dimulai dan berlangsung sengit. Namun naas waktu pertandingan berlangsung usai, perolehan nilai dari Team Abigail masih dibawah Team Alta.
"Sial," umpat Abigail pada akhir pertandingan. Dia mendekat pada Alta.
"Lo jangan senang dulu. Ini cuma kebetualan dewi fortuna memihak ke lo. Gue bakal menang lain waktu. Ingat itu di otak dangkal lo." Abigail serta teamnya melanggang pergi dari lapangan setelah itu.
"Otak dangkal? Huh! Yang bener aja." Alta mendengus geli, mungkin pikiran Abigail tertinggal di bola basket. Dia hanya mengedikkan bahunya acuh, tak mau ambil pusing.
Selanjutnya diumumkan pertandingan antara Team Alta dengan Team Arza. Pendukung masing-masing bergemuruh meneriaki jagoan mereka.
"Kya! Kak Alta."
"Semangat My Ketos."
"Semangat beib beib Alta."
"Kak Arza horeeee!!"
Saat itu Zora yang ikut melihat jalannya pertandingan meski atas paksaan Ara, merasa ingin ke kamar kecil. Sehingga Zora bangkit dari duduknya kemudian berlari.
Brukk!
Zora dan Arza bertabrakan karena Zora berlari dengan terburu-buru, dia tidak bisa menahan lebih lama. Zora jatuh dan masuk dalam pelukan sang ketos dalam beberapa detik sebelum ada suara...
Akhem!
Deheman dari anggota Team Arza di belakangnya menyadarkan mereka dan segera menarik diri masing-masing. Tampak wajah memerah Zora setelah terlepas dari pelukan sang ketos. Hal itu tak luput dari pandangan Alta yang membuatnya mengepalkan telapak tangan menahan gejolak diri.
"Sampai segitunya ya lo pengin kasih semangat untuk gue? Sampai lari-lari. Santai Zo, gue nggak keburu kok." ucap Arza sambil mengedipkan sebelah matanya.
Zora hanya melongo mendengarnya.
"Geer ya lo! Gue tuh mau--"
"Udah bilang gitu aja susah banget sih buat nyenengin temen." Ucapan Arza memotong jawaban dari Zora. Dia pura-pura merengut.
"Iya iya, semangat untuk Ketosnya SMA Tunas Bakti. Moga-moga kalah. Hahahaha..."
"Wah temen lucnut lo. Nggak papa deh yang penting lo ketawa itu udah cukup buat gue. Sono lo pergi. Hushus..." Arza mengacak rambut Zora lalu menyuruhnya pergi.
Kemudian dirinya bergabung bersama teamnya yang sudah siap di lapangan.
"Sorry bro biasa cari moodboster."
"Yoi! Santai belum mulai juga." ujar perwakilan dari Team Arza sambil menepuk pundak Arza.
Semua anggota team bersiap di posisi masing-masing, pertandingan akan dimulai sebentar lagi.
Sebelum itu,--
"Gue dapat dukungan dari dia, lo lihat tadi kan? Gue pasti manang kali ini." Dengan percaya diri Arza berkata demikian pada Alta.
"Cih! Ke-PD-an nggak baik untuk kesehatan diri sendiri, tapi terserah lo juga. Gue yakin dia dukung gue dan team gue bakalan menang lawan team lo. Inget selama pertandingan nanti." peringat Alta pada Arza dengan seringaian yang muncul di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAZORA (Complete)
Roman pour AdolescentsDari balik kacamata berbingkai abu-abu itu Zora selalu memperhatikan Alta dalam diam. Sang Badboy dingin yang memiliki sejuta pesona. Tak hanya berbekal wajah tampan, Alta juga memiliki otak yang cerdas, sehingga membuatnya tak hanya dikagumi remaja...