Budayakan komen setelah baca
Dan vote sebelum baca 😊SELAMAT MEMBACA
"Penyesalan memang datang terakhir"
"Kak Alta di mana?" tanya Ara tanpa basa-basi.
Farzan menaikkan sebelah alisnya, "Kan lo tunangannya, seharusnya lo tau," sarkas Farzan.
"Bukan gue yang nyari dia, tapi Zora."
Farzan mengalihkan perhatian pada gadis berambut berwarna pelangi itu. Merasa iba mengingat hubungan Zora dan Alta sampai seperti ini.
Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Farzan, "Alta pergi."
.
.
." Pergi kemana Kak?" tanya Zora menatap harap cemas ke Farzan. Jangan sampai yang ada di pikirannya menjadi kenyataan.
Farzan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Pertanda ia tak tahu menahu Alta pergi kemana. Alta hanya mengabarinya malam tadi kalau ia akan pergi jauh.
Pandangan Zora kosong mendengar kebenaran ini. Bahunya terkulai lemas, ia terlambat. Altanya sudah pergi jauh darinya. Kedua matanya berkaca-kaca. Ia sungguh sangat menyesal. Andaikan saja waktu bisa berputar kembali, ia tak 'kan berubah menjadi seperti ini. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, keadaan tidak bisa di kembalikan seperti semula.
Melihat keadaan Zora sekarang, Farzan dan Ara merasa sangat kasihan. Seolah mereka pun bisa merasakan apa yang Zora rasakan. Zora pasti sangat sedih, orang yang dicintainya telah pergi. Ara sangat merasa bersalah kepada Zora. Gara-gara dia menerima perjodohannya dengan Alta, hubungan AltaZora hancur.
"Zo, sekali lagi gue minta maaf ya. Gara-gara gue lo dan Alta jadi begini." Ara menatap Zora sangat menyesal.
Zora hanya diam, tidak menanggapi perkataan Ara. Ia berlalu meninggalkan Farzan dan Ara tanpa menghiraukan teriakan mereka berdua. Sekarang Zora hanya mebutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan kesedihannnya. Zora melangkahkan kakikinya menuju ke taman belakang yang tadi tempat dia dan Ara bertemu.
Sampai di sana keadaannya masih sepi. Cuma beberapa murid saja yang ada di sana itupun bisa di hitung dengan jari.
Zora melangkahkan kakinya menuju bangku yang ada di bawah pohon. Ia menduduk 'kan dirinya di sana.
Zora menghela napasnya sembari memejamkan mata. Kenangan kebersamaannya dengan Alta berputar di kepalanya seperti kaset. Tawa Alta yang hanya untuknya, senyumnya, dan bahkan wajah datarnya. Ia teringat semua kenangannya bersama Alta. Apalagi bangku ini adalah salah satu saksi. Kebersamaan yang tidak boleh dilupakan.
Angin menerpa wajah layu Zora. Setetes air mata jatuh di pipinya. Semakin lama, menjadi aliran sungai kecil.
Hiks..
Tangis Zora akhirnya pecah.
Zora menekuk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di situ. Tangis Zora semakin menjadi. Ia ingin Alta-nya kembali. Menemaninya seperti dulu. Mewarnai harinya dengan begitu indah.
Zora merasakan pundaknya disentuh. Ia mendongak untuk melihat siapa yang menyetuhnya. Ia menatap kosong laki-laki yang ada di sampingnya.
"Nih, hapus air mata lo Zo!" Laki-laki memberikan sapu tangan berwarna biru tua kepadanya.
Zora hanya diam saja. Tidak menanggapi laki-laki itu.
Laki-laki itu menghela napasnya dengan pelan. Ia merasa sangat sedih melihat keadaan Zora sekarang. Matanya yang sembab, kulit putihnya menjadi kemerahan dan rambutnya yang acak-acak 'kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAZORA (Complete)
Teen FictionDari balik kacamata berbingkai abu-abu itu Zora selalu memperhatikan Alta dalam diam. Sang Badboy dingin yang memiliki sejuta pesona. Tak hanya berbekal wajah tampan, Alta juga memiliki otak yang cerdas, sehingga membuatnya tak hanya dikagumi remaja...