PART 17 - pernyataan

627 67 0
                                    

"Aku teh, kamu es...es teh ngak akan lengkap tanpa adanya es ataupun teh. Seperti Zora yang ngak akan lengkap tanpa kehadiran Alta, begitupun sebaliknya."

"IKUTI GERAKAN INSTRUKTUR SENAM DI DEPAN KALIAN."

Pagi ini lapangan utama SMA Tunas Bakti disibukan oleh kegiatan senam untuk menyehatkan tubuh, tidak hanya itu pelaksanaan senam pagi dilakukan sebagai upaya membakar semangat para murid sebelum melaksanakan serangkaian acara hari kedua yang akan di mulai nanti pukul 09.00 WIB.

Di salah satu ruangan berkumpul empat orang yang sedang mendiskusikan sesuatu. Di antaranya Arza, Zora, Pak Ridwan selaku Kepsek, dan Bu Bilqis selaku guru kesiswaan.

Mereka sedang berdiskusi perihal acara puncak untuk esok hari. Acara yang tidak diketahui oleh para murid SMA Tunas Bakti, kecuali pengurus Osis dan para guru.

"Benar, Pak. Kami akan mengalihkan perhatian siswa agar tidak menyadari rencana yang telah kita persiapkan." jelas Arza tegas, tapi sopan.

"Kegiatan apa yang akan kalian lakukan untuk pengalihan?" tanya Bu Bilqis.

Arza menoleh pada Zora, pandangan itu menjelaskan agar saja yang menjelaskannya. Gadis itu mengangguk.

"Pihak Osis sepakat untuk mengadakan perlombaan permainan tradisional, Pak-Bu. Seperti balap karung, makan kerupuk, memasukkan pensil dalam botol, tarik tambang, dan lain-lain hingga menuju acara puncak." ucap Zora.

"Kami sengaja memilih permainan tradisional sebagai salah satu upaya melestarikannya, Pak-Bu." lanjut Arza.

Pak Ridwan serta Bu Bilqis mengangguk disertai senyuman bangga. Murid mereka bisa berfikir sekreatif itu. Pikiran seperti mereka lah yang harus ditanamkan pada para pemuda zaman sekarang. Karena seperti yang kita ketahui, di zaman globalisasi ini selain dampak positif ada dampak negatifnya.

Sangat disayangkan jika tradisi Indonesia sampai tergeser oleh tradisi luar negeri.

"Baiklah, kami percaya pada kalian." ucap Pak Ridwan sebelum mereka memutuskan keluar dari dalam ruangan.

Senam pagi masih terlaksana hingga satu jam ke depan. Setelah itu ada waktu istirahat 15 menit, waktu istirahat tersebut dimanfaatkan oleh pengurus Osis untuk menyiapkan acara hari kedua.

"Gue ke tenda bentar ya, Za." pamit Zora seraya berjalan meninggalkan Arza tanpa menunggu jawaban sang ketos.

.
.

"Eh, Ra." panggil Zora.

Ara yang berjalan berlawanan arah berhenti atas panggilan Zora. Sahabatnya itu berjalan mendekati Zora.

"Ada apa, Zo?" tanya Ara singkat.

Zora diam sesaat. Entah perasaannya saja atau bukan, saat ini aura dari Ara terasa berbeda.

"Lo nggak ikut senam pagi?" tanya Zora berusaha bersikap biasa.

"Oh, nggak Zo. Gue diminta sama Osis untuk bantu dokumentasi." balas Ara.

Kedua sahabat itu saling berpandangan sesaat. Menyalurkan emosi tanpa tindakan. Zora melihat mata Ara yang memancarkan kebimbangan, sedangkan Ara melihat mata Zora yang memancarkan kebingungan.

ALTAZORA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang