PART 3 - HUT SMA Tunas Bakti

1.3K 103 0
                                    

"Keberuntunganku menjadi kesialan, tapi kenapa aku bahagia ketika tahu aku melakukannya bersamamu?"

Hari Senin. Apa yang dipikirkan setiap pelajar ketika mendengar dua kata itu? Bangun lebih pagi, atribut lengkap, tidak terlambat, dan upacara. Benar, upacara. Salah satu kewajiban setiap manusia ketika mereka masih berstatus pelajar di Indonesia.

Karena itulah seorang gadis ber-name tag Zora Syafira L. sengaja bangun jam 3 pagi untuk meminimalisir keterlambatan, karena aktivitas pagi di rumahnya yang terkadang melebihi ekspetasinya.

Dia sudah mandi, ibadah wajib, juga bersiap dengan atribut lengkap SMA Tunas Bakti. Sekarang saatnya dia menyiapkan sarapan untuk dirinya dan sang kakak. Asisten Rumah Tangga? Keluarganya sengaja tidak mempekerjakan ART, karena didikan orang tua untuk hidup mandiri.

Kebetulan kedua orang tuanya tidak ada di rumah sejak dua hari lalu. Mereka sedang ke tempat nenek-kakeknya untuk menghadiri Reuni Keluarga yang selalu di adakan setiap setahun sekali. Sebenarnya kakak-beradik itu ingin ikut, tapi keadaan tidak memungkinkan. Abangnya itu sedang masa ujian di kampus, sehingga tidak bisa ditinggal. Dan Zora diminta untuk menemani Abrisam di rumah.

Sesampainya di dapur, secepat yang Zora bisa gadis itu membuat sarapan. Nasi goreng telur mata sapi untuk dirinya sendiri dan sang abang.

"ABANG! BANGUN! SARAPAN!  Gue duluan makan, takut telat." Teriakan melengking Zora memenuhi setiap sudut rumah bernuansa biru itu.

Tepat ketika Zora telah menghabiskan sarapannya Sam datang dari kamarnya, "Enak tuh nasi goreng kesukaan gue." Ucapnya seraya duduk si tempatnya.

"Hm, gue duluan ya. Assalamualaikum."

Setelah Zora meletakkan piring kotor di wastafel, dia segera berpamitan, kemudian berjalan keluar rumah menuju sekolah.

Sampailah Zora di tempat pemberhentian angkot yang tidak terlalu jauh dari rumah.

"Eh, kok burem?" Bingung Zora ketika melihat jalanan yang buram.

"Bodoh! Kacamata gue ketinggalan."

Zora pun langsung berbalik kembali ke rumahnya. Dia berlari kencang karena keburu waktu. Di perjalanan dia tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri yang lupa membawa kacamata.

"Gue yakin gue bakalan telat."

•••

"Huh..huh..huh"

Dengan nafas ngos-ngosan Zora berdiri di dalam lingkungan sekolah, tepat beberapa detik sebelum gerbang ditutup. Dia bersyukur usaha larinya secepat kilat tidak sia-sia.

"Zora kenapa kamu diam begitu?! Cepat ikuti upacara!" Peringat Bu Bilqis -guru kedisiplinan SMA Tunas Bakti-

Zora mengangguk patuh, sepatu hitamnya segera membawanya ke resepsionis untuk menitipkan tas, karena jika dia ke kelas terlebih dahulu dapat dipastikan dia dihukum karena telat mengikutiku upacara.

Dirasa tidak ada yang kurang, Zora pun berlari menuju lapangan utama.

"Selamet..." gumam Zora ketika sampai di barisan paling belakang kelasnya.

"Dateng juga lo, Zo." Ucap Nindy yang dibalas anggukan oleh Zora. Karena lelah dia tidak sanggup mengucapkan apapun.

"Pengurus OSIS disuruh kumpul."

Zora menoleh ke belakang karena suara bisikan seseorang. Dan ternyata Arza yang melakukannya.

Lagi-lagi Zora membalasnya dengan anggukan. Diikutilah Arza kemanapun laki-laki itu berjalan.

ALTAZORA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang