PART 4 - Bully

1.2K 100 1
                                    

"Lo di bully? Udah lah diam aja nggak usah di ladenin toh mereka pun akan cape sendiri."

Ara dan Zora sedang berjalan menuju ke kelasnya. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan gengnya Trisha. Trisha menatap mereka dengan sinis dan merendahkan.

"Eh, guys ada si cupu nih sama selebgram abal-abalan." Ujar Trisha pada teman-temannya.

"Eww, iya nih Tris. Ada sampah masyarakat." Sahut teman Trisha yang berpenampilan tidak beda jauh dengan Trisha. Rok yang panjangnya hanya setengah paha, baju kekecilan, dandanan menor, rambutnya yang di cat warna-warni kayak anak ayam yang di jual di pasar sepuluh rebu dua.

Sedangkan Zora dan Ara hanya diam saja. Percuma meladeni gengnya Trisha. Ngga guna banget kan ya.

"Cih, anak beasiswa aja belagu lo!" Tunjuk Trisha ke Zora.

"Lo tuh nggak pantes sekolah di sini, Woii! Sekolah ini hanya untuk orang-orang yang kaya. Kayak gue gini, nggak kayak lo yang miskin".

Lo belum tau aja siapa gue. Kalo tau pasti lo ngemis-ngemis ke gue. batin Zora.

Zora hanya diam. Biarkanlah Trisha yang mengoceh terus menerus. Biarkanlah anj*ng menggonggong.

"Udahlah guys, kita cabut ke kelas. Enek gue liat mereka." Ujar Trisha pada teman-temannya.

Trisha dan teman-temannya berlalu melewati mereka. Dan dengan sengaja Trisha menyenggol bahu Zora sampai Zora kehilangan keseimbangan yang membuatnya terjatuh. Setelah itu Trisha langsung pergi begitu saja.

"Zo, lo ngga apa-apa?" Tanya Ara yang khawatir dengan keadaan Zora.

"Gue nggak apa-apa kok, Ra. Santai aja."

"Santai-santai pala lu peyang. Emang bener-bener ya tuh Trisha pengen gue bejek rasanya ish!" Greget Ara

"Udah lah, biarin aja. Entar juga mereka capek sendiri."

"Lo terlalu baik jadi orang, Zo."

"Iya dong, gue gitu loh. Hehehe.." Canda Zora.

Ara memutarkan bola matanya.

"Yaudahlah, ayok ke kelas entar telat lagi kita. Apalagi sekarang pelajarannya Pak Regi, yang killernya nauzubillah."

"Anjir, gue baru inget kalo sekarang pelajarannya Pak Regi. Lo si, Zo." Kesal Ara.

"Lah, kok jadi gue?" Bingung Zora.

"Udahlah cepet jalannya!" Titah Ara.

"Iya-iya" Zora menjawab dengan malas.

•••

Kring.. Kring...

Bel pulang sudah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas untuk kembali ke rumah masing-masing. Ada juga yang ikut ekstrakurikuler.

Alta dan Farzan melangkahkan kakinya menuju ke parkiran untuk mengambil motor mereka. Sesampainya di parkiran. Alta mengambil motor ninjanya yang berwarna merah, sedangkan farzan mengambil motor ninjanya yang berwarna biru.

"Woii Al, mau ke warung Bu Neneng nggak?" Tanya Farzan.

Warung Bu Neneng adalah warung tempat mereka nongkrong. Warungnya pun sederhana. Warung itu menyediakan gorengan, kopi, mie , dan masih banyak lagi.

"Hmmm.." Alta hanya menjawab dengan deheman.

Mereka menuju warung bu neneng yang tempatnya ada di sebelah sekolah mereka. Sesampainya disana Alta dan Farzan memakirkan motornya. Setelah itu mereka masuk ke warung Bu Neneng untuk memesan makanan atau minuman.

"Bu Neng, mie rebus pake telor satu sama es teh manis ya." Pesan Farzan pada Bu Neneng.

"Iya, cah ganteng." Jawab Bu Neneng.

"Nak Alta mau pesan apa?" Tanya Bu Neneng kepada Alta karena sedari tadi Alta hanya diam saja.

"Mie goreng satu sama es jeruk satu Bu Neng." Pesan Alta.

"Ditunggu sebentar ya, Nak. Bu Neng mau bikin dulu."

Setelah itu Bu Neneng mulai memasak makanan yang mereka pesan.

"Oh, iya Al. Lo ikut acara nginep di sekolah nggak?" Tanya Farzan.

Yang ditanya hanya diam saja. Alta malah lebih fokus ke ponsel yang dia mainkan.

"WOI! ALTA! LO DITANYA KOK DIEM BAE SI?" Teriak Farzan jengkel karena pertanyaannya tidak dijawab oleh Alta.

"Berisik," ketus Alta.

Farzan memutarkan bola matanya. Dia harus ekstra sabar menghadapi sahabatnya yang dinginnya nauzubillah seperti kutub utara ini. Bersahabat dengan Alta Sedari kecil, mengajarkan Farzan apa itu sabar, karena setiap kali farzan bicara dengan Alta. Alta hanya diam saja tidak merespon. Merespon pun kalo dianggap penting saja. Dan itu membuat Farzan harus memiliki ekstra sabar yang sangat besar.

"Jadi, Altair Gibran Mahendra lo ikut acara nginep nggak di sekolah?" Farzan mengulang pertanyaannya yang belum dijawab oleh Alta tadi.

"Nggak tau liat nanti aja." Jawab Alta seraya mengangkat bahu acuh.

"Pokoknya lo harus ikut! Titik nggak pake koma apalagi spasi."

"Hmmm."

Pesanan mereka pun datang. Alta dan Farzan mulai menyantap pesanan mereka.

Beberapa menit kemudian, makanan yang mereka pesan sudah habis. Mereka pun bangkit untuk membayar makanan yang mereka pesan kepada Bu Neneng.

"Bu Neng, saya teh pesanannya jadi berapa?" Tanya Farzan kepada Bu Neneng.

"Lima belas rebu, Cah ganteng." Jawab Bu Neneng.

"Nih Bu Neng, kembaliaanya buat Bu Neng aja." Farzan memberikan uang pecahan dua puluh ribuan kepada Bu Neneng.

"Oalah, makasi banyak toh, Cah ganteng."

"Sama-sama, Bu Neng."

"Kalau saya berapa Bu Neng?" Alta ganti bertanya.

"Tiga belas ribu, Nak Alta."

"Ini, Bu Neng." Alta memberikan uang lima belas ribu. "Kembaliannya buat Bu Neng aja," lanjutnya.

"Makasih, Nak Alta."

"Hmmm." Alta hanya menjawab dengan deheman saja.

Alta dan Farzan keluar dari warung Bu Neneng. Mereka menghampiri motor mereka yang tadi keduanya parkirkan. Setelah itu mereka memakai helm.

"Al, lo langsung pulang?" Tanya Farzan.

Alta hanya menganggukkan kepala saja.

"Yaudah, tiati ya."

"Hmm"

Alta mengklakson kepada Farzan. Setelah itu, motor Alta melaju memecahkan keramaian kota Jakarta ini.


A L T A Z O R A


-To Be Continue-
Part ini ditulis oleh Leni Fitriani

A Story By Team : Sirius Loeve
Our Member :

callmeRIES
arichan08_
incess_alay
lenifitrianii
putriaisyah028
_syaaa6
izzah_ath

©SiriusLoeveClub

Terimakasih
Vote, comment, and share guyss
See you in next chapter

ALTAZORA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang