Maaf kalau kesannya bosen. Gua cuma ngerasa di apus juga ga mngkin krna udh hampir setengah jalan, jadinya gua coba selesaikan aja sekalipun ga sesuai responnya.
Happy read
****
"Paman tahu dimana appa, kan."
"Paman tidak tahu dimana dia. Pulang lah, paman banyak pekerjaan."
Pintu itu hendak ditutup dari dalam oleh sang pemilik namun si pemuda yang sedang berbicara dengannya dengan sigap langsung menahan nya menggunakan kakinya.
"Paman, berhenti berbohong. Kau sangat tidak ahli dalam hal seperti itu." Mingyu, membuka paksa pintu tersebut, membuat si pria parubaya yang merupakan pemilik rumah terkejut dan lantas memundurkan sedikit langkahnya ke belakang.
"Berhentilah menanyakan hal yang sama, Mingyu. Karena jawaban paman tidak akan berbeda." sang pria parubaya tersebut tetap kekeh dengan ucapannya.
Mingyu berdecak, ia menatap pria dihadapannya dengan begitu menusuk, membuat sang pria yang walaupun lebih tua dari nya itu sedikit merasa takut.
"Paman, hidupmu ada di tanganku. Sekarang aku yang akan memimpin perusahaan sementara appa belum kembali. Aku bisa saja langsung memecatmu dengan mudah." ancaman yang terdengar begitu meyakinkan itu membuat orang yang berada di hadapan Mingyu perlahan mulai terlihat gelisah.
"Aku tidak meminta mu melakukan kejahatan kriminal, aku hanya ingin tahu dimana appa, hanya itu saja. Apa rasanya sangat sulit untuk memberitahuku?"
"Appa mu menyuruhku untuk tetap diam, Mingyu. Paman tidak bisa berbuat apapun selain menurutinya."
"Dan membuatmu kehilangan pekerjaanmu?"
"Appa mu yang akan memutuskan itu."
"Bagaimana dia akan memutuskannya kalau dia tidak ada disini.."
"Terserah apa yang akan kau lakukan padaku. Aku hanya akan mengikuti apa yang diminta oleh appa mu padaku."
Si pria paru baya membalikkan tubuhnya, Mingyu mendecih pelan, "Apa kau akan menghiraukan orang yang sedang meminta bantuan?" tanya Mingyu.
Sang pria terdiam di tempatnya, "Ku pikir kau bukan orang yang sekejam itu, paman." lanjut Mingyu.
"Dia ayahku, aku anaknya. Aku hanya ingin tahu dimana keberadaannya, apa itu salah?"
"Berikan appa mu waktu, Mingyu. Dia butuh sendiri untuk saat ini, kau tidak mengerti apa yang di rasakannya."
"Aku memang tidak mengerti, karena aku hanya anak yang bodoh, yang bahkan tidak bisa melakukan apapun. Sampai kapan dia akan pergi, ini sudah dua bulan dan itu masih belum cukup?"
"Mengapa kau tidak menanyakan itu pada ibu mu? Mengapa kau tidak bertanya mengapa dia harus melakukannya dan membuat keadaan ayahmu seperti ini." ucapan itu membuat Mingyu terdiam.
"Dia hanya ingin menjauhkan dirinya untuk sementara dari istrinya yang dengan teganya mengkhianati kepercayaannya. Coba pikirkan bagaimana hancurnya ayahmu." ucap sang pria parubaya.
Karena merasa tidak ada jawaban dari orang di belakangnya, si pria paru baya kembali melangkahkan kakinya saat merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, namun langkah nya harus kembali terhenti ketika suara itu kembali terdengar.
"Kau benar, paman. Ini memang kesalahan eomma, sepenuhnya kesalahannya." ucap Mingyu.
"Tapi dia sudah dihukum semestinya. Eomma sudah menyesali semuanya dan dia sudah cukup mendapatkan hukumannya. Ditinggalkan oleh suaminya, anaknya yang membencinya dan tidak ingin lagi berbicara dengannya bahkan salah satu dari mereka tidak ingin menemuinya walaupun berada di atap yang sama, apa itu hukuman yang belum cukup?" tanya Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN Love STORY [All Couple]
FanfictionKisah para uke yang menjadi maid para pangeran disekolahnya. Bagaimana kah kisah mereka? Seventeen Couples; Jeongcheol√ Seoksoo√ Junhao√ Soonhoon√ Meanie√ Verkwan√ Dino√ BxB