Chapter 3

23 1 0
                                    

CHAPTER 3

"Sejumlah ledakan terjadi di beberapa kota besar pada Jumat malam kemarin. Terlihat beberapa tempat di pusat kota mengalami kerusakan akibat ledakan tersebut. Belum diketahui berapa jumlah korban yang jatuh akibat kejadian ini. Sampai saat ini pemerintah belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait peristiwa ledakan tersebut."

Gue terbangun pagi harinya setelah hampir semalaman tertidur disofa ruang tamu sendiri. Pagi ini, setelah membersihkan wajah seadanya, gue kembali menghidupkan televisi untuk mengetahui situasi terkini akibat ledakan kemarin malam. Ledakannya ternyata tidak hanya terjadi di Bandung, tapi juga beberapa kota lain termasuk Jakarta yang artinya disuatu tempat di luar sana Bibi pasti juga mengalami hal yang sama. Kenyataan ini membuat kepala gue serasa mau pecah karena sekarang gue gak cuma mengkhawatirkan ayah dan ibu tapi juga Bibi.

Bibi, partner seperjuangan gue selama 7 tahun terakhir, sekarang berada di Jakarta dan sedang berkerja disana sebagai salah satu analis strategi kementerian kesehatan. Kemampuan bibi mencari informasi dan menganalisa kemungkinan-kemungkinan terburuk dari sistem kesehatan negara ini sangat dihandalkan dalam beberapa kesempatan ditengah maraknya penyebaran virus selama 5 tahun terakhir. Beberapa update perkembangan berita tentang penyebaran virus juga gue dapet dari Bibi karena gue sulit untuk mempercayai berita yang disebar oleh media TV.

"Breaking News, Pemerintah resmi menetapkan keadaan darurat nasional setelah peristiwa beberapa ledakan Jumat Malam membuat lumpuh aktifitas beberapa kota besar di Indonesia. Diperkirakan hampir 5000 jiwa menjadi korban atas peristiwa ledakan masif tersebut. Sementara itu para demonstran masih melakukan aksi penolakan terhadap kebijakan isolasi yang telah berlangsung selama 4 tahun. Belum ada pihak yang secara resmi bertanggung jawab atas peristiwa ini."

"kring.. kring"
Mendadak handphone gue berdering dan nama Bibi tertulis disana.

"Halo Bi, kamu dimana?" gue menjawab panggilan telfon dari Bibi. "kamu gak apa-apa kan?"

"Ren..." suara bibi terdengar merintih. "kamu dimana?"

"Aku dirumah, bi" gue menjawab. "kamu gak apa-apa?"

"aku gak apa-apa" bibi menjawab cepat. "aku kerumah kamu sekarang"

Dan setelahnya telfon langsung ditutup. Jelas terjadi sesuatu pada Bibi. Suasana bener-bener diluar kendali sekarang. Pandemi virus, serangan teror, gue kehilangan kabar keluarga gue, bibi dalam keadaan shock, terus apalagi selanjutnya? Meteor jatuh dari langit bikin tsunami setinggi 30 meter biar musnah sekalian penghuni bumi, iya?

Negara dalam keadaan darurat nasional sekarang. Semua aktifitas bakal dihentikan sampai keadaan membaik. Tapi sampai kapan keadaan baru akan membaik? Siapa yang bakal memperbaiki keadaan ditengah kacaunya situasi seperti saat sekarang?

Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang