Chapter 19

11 0 0
                                    


"Yang ini sekarang namanya upacara bakar batu" Karin menjelaskan ke gue dan Bibi ritual apa yang sedang dilakukan oleh suku Dani sekarang dikejauhan. Malam ini beberapa orang suku Dani terlihat sedang mengumpulkan kayu dan batu-batu besar untuk dibakar. Batu-batu yang telah dibakar tersebut nantinya akan digunakan untuk memasak ubi dan beberapa makanan lain dengan cara dikubur didalam tanah. Batu-batu tersebut dimasukkan kedalam tanah lalu ditutupi oleh daun-daunan terlebih dahulu baru setelahnya diletakkan ubi-ubi an untuk dimasak menggunakan panas dari batu. Ubi dan batu yang panas lalu dikubur beberapa saat sampai ubi terasa sudah masak. "Malam ini kita makan ubi dulu"

"Makan apa aja boleh deh" Gue berkata pada karin sambil menahan hawa dingin karena Yani Mabela memutuskan untuk tidak memperbolehkan gue memakai jaket selama berada di pemukiman suku Dani. "Gue masih bisa hidup disini beberapa hari kedepan juga udah syukur"

"Gak boleh ngomong gitu sih" Bibi menghardik gue pelan. Bibi, Gue, dan Karin sedang duduk didepan sebuah api unggun sederhana yang gue buat dengan mengumpulkan beberapa ranting dan daun kering yang ada di sekitar pondok. Dengan bantuan korek dan beberapa teknik membakar daun kering yang Karin punya, akhirnya api unggun ini menyala. "Kita masih lama disini, hampir 4 bulan lagi, belum juga beberapa jam kamu udah ngeluh"

"Gak ngeluh gimana Be" gue berkata dengan sedikit menggigil. "Siapa juga yang tahan hidup disini gak pake jaket berhari-hari. Mike Tyson juga nyerah pasti aku yakin."

"Gak mungkin Mike Tyson nyerah segampang itu" Bibi menyanggah. Gue, Bibi dan Karin duduk berdampingan dengan posisi Bibi ditengah. "Kalau dia gampang nyerah dia gak bakal jadi juara dunia tinju"

"Dia jadi juara dunia tinju karena belum ketemu kepala suku aja bebe" Gue menjawab. "Kepala suku itu tenaganya 10 kali tenaga gorilla, keliatan dari sorot matanya. Satu ekor gorilla aja megang gelas bisa langsung pecah, apalagi kepala suku. Aku yakin banget kalau dia ngamuk pasti ancur udah semuanya"

"Nah kalau gitu kita adu Mike Tyson sama Gorilla dulu aja. menang siapa kira-kira nanti" Karin tiba-tiba berkata sambil melempar beberapa daun kering agar api tetap menyala. "Kalau Mike Tyson menang baru kita bikinin ring buat berantem sama kepala suku"

"Iya kalau dianya mau" Gue menjawab. "Kalau dia gak mau? Kalaupun mau sih gue tetep pegang kepala suku. Gue yakin banget sama pilihan gue."

"Bentar" Bibi berkata cepat. "Kita jadi adu domba orang sekarang?"

Dibelakang gue pondok terlihat sepi. Lampu pijar bagian teras yang menyala redup karena mendapat tenaga listrik dari sungai yang letaknya tidak terlalu jauh tampak dikerubungi oleh serangga-serangga terbang kecil. Gue, Bibi, dan Karin sudah membersihkan diri dan berganti pakaian di pondok pinggir hutan yang katanya dulu dibangun oleh ayah, Mr.K, dan Yani Mabela sewaktu muda ini. Pondok kayu sederhana yang hanya punya beberapa ruangan ini terlihat masih kokoh walaupun sudah berdiri lebih dari 25 tahun. Dengan 3 ruang kamar ukuran kecil, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi sederhana, pondok ini bakal jadi tempat istirahat gue dan yang lain selama beberapa bulan kedepan. Gue dan yang lain masih menunggu Mr.K membersihkan diri sebelum nanti kembali berkumpul dengan suku Dani pada upacara bakar batu.

"Gue pegang Mike Tyson kalau gitu" Karin berkata. "200 ribu. Deal?"

"200 ribu? Dosa judi lebih besar" Gue berkata sambil menelungkupkan kedua lutut dan meremas jari-jemari Bibi untuk menahan dingin "Sorry, 200 ribu + udang selingkuh pas pulang, itu baru oke"

"Deal" karin menjawab cepat. Dikejauhan terlihat api sudah mulai membesar dan beberapa batu dilemparkan oleh penduduk suku kedalam nyala api.

"Kok kalian malah taruhan beneran?" Bibi berkata. "Ah lagian mana mungkin Mike Tysonnya juga mau kesini"

"Mike Tysonnya kita anggap Mr.K aja." Tiba-tiba terlintas ide cemerlang di otak gue untuk merubah konsep peradu-dombaan dari Mike Tyson VS Kepala Suku menjadi Mr.K vs Kepala Suku. "kan lebih apple to apple dan lebih real rasanya."

"Ide lo lumayan sekarang." Karin membalas. "Berarti lo megang kepala suku, gue megang Mr.K. Bibi megang siapa?"

"Bibi megang gue, lah" gue jawab cepat. "Tenang aja bibku kalau aku menang hadiahnya kita bagi dua ya."

"Hmm" Bibi bergumam. "Oke terserah. Tapi kan mereka temenan gak mungkin berantem?"

"Yang paling mungkin berantem sih Rendy vs Mr.K sih Bi" karin tiba-tiba berkata. "Ya gak sih, mereka kan gak akur banget."

"Iya bener" bibi menyetujui perkataan Karin sambil mengangguk. "Pas banget. kalau disuruh milih diantara keduanya gue lebih milih Mr.K sih"

"Gue apalagi" Karin menjawab. "Lo aja pacarnya lebih milih Mr.K ya gue ikut lo lah"

"Bentar-bentar" Dengan ekspresi bingung gue menyanggah obrolan mereka berdua. "Kok jadi gue sekarang? Gue juri, gue yang taruhan masa gue yang di adu domba?"

"Udah ah rendy" sambil mendekap lengan gue Bibi menjawab. "Kamu diem aja ikutin omongan kita. Sekarang kita taruhan siapa yang lebih kuat Mr.K atau Yani Mabela. Kalau rencana gagal terpaksa pake rencana cadangan kamu Vs Mr.K"

"Deal banget ini" karin menutup pembicaraan dengan nada menyetujui."Udah yuk, itu Mr.K udah keluar."

Gue cuma bisa diem

Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang