Chapter 26

19 0 2
                                    

Pagi ini suasana disekitar danau Hebbema terlihat berbeda dibandingkan kemarin. Beberapa orang lelaki dewasa suku Dani berkumpul disalah satu sisi danau sambil melakukan beberapa tarian-tarian yang lebih mirip sebagai gerakan bela diri kalau dilihat dari kejauhan. Dikejauhan gue bisa lihat kalau Yani Mabela sedang mengawasi penduduk suku Dani yang melakukan latihan tarian. Gue, Karin, dan Bibi yang telah selesai membereskan peralatan yang dibeli kemarin sekarang harus melanjutkan latihan memanah yang kemarin telah gue mulai. Iya, Karin dan Bibi juga ikut latihan sekarang. Khusus untuk rutinitas mengelilingi danau tiap pagi dan sore, gue tetep sendiri.

Ditempat latihan yang sama seperti kemarin, Mr.K sudah menyediakan busur dan anak panah tambahan untuk digunakan oleh Bibi dan Karin. Papan sasaran juga telah dipasang di 3 pohon berbeda yang letaknya sejajar dan berdiri beberapa meter didepan gue persis di tepi hutan

"Itu persiapan festival perang" Mr.K berkata ditengah hembusan angin sejuk yang membuat rumput dan daun-daun dipohon sekitar hutan bergoyang. Matahari bersinar cerah sekarang. Bibi dan Karin memutuskan memakai kaos lengan pendek dan celana jeans panjang dengan sneaker putih seadanya pagi ini. "Ditiap pertengahan tahun, suku Dani selalu menyelenggarakan festival perang di Danau Hebbema sebagai ajang berkumpul dengan seluruh suku yang hidup di Lembah Baliem. Disini nanti mereka bakal memperagakan tarian-tarian perang masing-masing suku"

"Festival perang?" Bibi berkata dengan nada kebingungan menatap rombongan suku Dani yang mulai melakukan gerakan-gerakan aneh dikejauhan, lagi. "Maksudnya mereka perang beneran? Perang antar suku? Ditempat ini?"

"Yess" Karin menjawab sambil mengelus-elus busur yang sedang digenggamnya. "Gue juga belum pernah liat langsung sih, tapi katanya gak kayak perang beneran kok walaupun nanti ada kemungkinan salah seorang peserta festival bakal mati juga."

"Bakal mati?" Gue yang duduk bersebelahan dengan Bibi menatap Karin tajam yang berdiri tidak jauh disisi lain tempat duduk Bibi. "Perang beneran berarti namanya, gak ada ceritanya perang boongan tapi ada korban nyawa,"

"Pffft" Karin menoleh kearah gue dan memutuskan untuk duduk bersebelahan dengan Bibi, disisi lainnya. "Gimana ya gue ngejelasinnya, jadi mereka tuh perang tapi gak perang beneran. Bisa aja salah satu penduduk terluka, tapi kalau sampai ada yang mati berarti sepanjang tahun bakal ada kesialan yang terjadi di Lembah Baliem"

"Jadi mereka saling serang tapi gak niat ngelukain, gitu kali ya" Bibi mencoba mengambil kesimpulan. "Acaranya sih happy-happy, tapi bisa aja hal buruk kayak ada korban jiwa terjadi, ngerti kan rendoy?"

"Hmmm" gue bergumam.

"Gak cuma itu. nanti juga ada pagelaran perang dimana masing-masing anggota suku berbeda akan saling menyerang dengan menaiki kuda dan membawa tombak." Mr.K melanjutkan perbincangan. "Itulah alasanya kadang festival ini memakan nyawa. persiapan selama 3 bulan ini bener-bener harus dilakukan semaksimal mungkin supaya tidak mencoreng citra suku Dani yang dikenal dengan skill berperang terbaik dilembah Baliem. Itulah kenapa kepala suku gak bisa membantuu untuk melatih kalian. Tapi poin pentingnya bukan itu. yang pengen gue sampein sebenernya adalah, kita balik ke Jakarta setelah Festival Perang selesai, sekitar 3-4 bulan lagi, sekarang waktu yang kita punya harus dimaksimalkan untuk lanjut latihan. Karena dasar itulah sekarang kalian baka mulai latihan sebagai satu tim. Busur dan anak panah udah gue sediain"

"Tim?" gue bertanya kepada Mr.K dengan nada kebingungan. "Buat apa?"

"Buat ngajarin ke lo arti kerjasama" Mr. K menjawab. "Lo mungkin bisa sendiri, tapi sebanyak apapun yang lo bisa kerjain sendiri, bakal lebih banyak lagi hal yang terselesaikan kalau lo kerja sebagai tim"

Karin dan Bibi diam. Dikejauhan kepala suku sekilas terlihat melirik kearah gue sesaat yang lalu.

"Ada kemungkinan masalah ini bakal melebar" Mr.K melanjutkan. "Ada kemungkinan lo gak cuma terlibat sekedar ngelindungin Bibi aja."

"Jelasin yang lengkap mangkanya" Gue bergumam pelan. "Gue dateng kesini niatnya bukan buat perang atau apapun. Gue cuma pengen Bibi aman. Itu aja"

"Terus buat bibi aman gimana caranya?" Mr. K bertanya. "Dengan kabur-kaburan terus? Lo bisa hidup dalam ketakutan kayak gitu selamanya?"

Bibi dan karin masih diam sambil terus menatap gue dan Mr.K bergantian. Gue lirik Bibi yang sedang duduk disamping gue dan terlihat kalau ada raut wajah ketakutan tersirat sekarang. Karin yang biasanya selalu banyak memberi penjelasan sekarang tampak diam.

"Gak bakal ada tempat yang aman buat lo, bahkan disini sekalipun" Mr. K melanjutkan. "Lo bisa jaga diri, itu bagus. Bibi bisa jaga diri itu juga bagus. Tapi nanti bakal ada saatnya dimana lo berdua butuh orang lain dan lo harus kerjasama buat nyelesaiin masalah lo."

"Fine" Gue akhirnya mengalah. Dikejauhan mulai terdengar musik-musik khas papua dinyanyikan oleh masyarakat suku Dani. "Oke kerjasama. Sekarang gimana? Latihan memanah lagi? Latihan manah doang gak butuh kerjasama juga kali"

"Sekarang iya kita bakal latihan memanah" Mr.K menjawab. "Setelahnya, nanti sore, gue bakal ngasih latihan-latihan lain sebelum akhirnya minggu depan kalian bertiga harus pergi berburu dan bawa ke gue satu hewan buruan. Skill memanah lo masih jauh dari sempurna, latihan sehari doang gak bakal cukup, sampai minggu depan setiap pagi sampai menjelang sore kita bakal latihan memanah terus."

Terdengar suara "apa?" disamping gue yang gue perkirakan berasal dari mulut Karin dan Bibi bersamaan.

"B-berburu?" mendengar perkataan Mr.K membuat jantung gue berdegup lebih cepat. "Dihutan? Bertiga aja?"

"Iya" Mr.K menjawab. "Gak cuma itu, berburunya juga bakal dilakuin malam hari. Lo takut? Itu tandanya lo gak siap. Kalau lo buat sekedar berburu aja takut, gak sampe sehari lo bakal tewas ditangan orang yang ngincer lo"

Situasi benar-benar menjadi serius sekarang. Bibi dan Karin masih diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Jantung gue berdegup cepat. Kenapa semua berubah begitu cepat cuma dalam waktu beberapa dihidup gue?

Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang