Chapter 24

11 0 0
                                    

Masa Sekarang
Suatu tempat di Jakarta.

"Mereka berhasil kabur" Leo berkata kepada seorang pria misterius bermantel panjang yang sedang menatap beberapa layar monitor yang menampilkan beberapa sosok penting didalamnya. Di ruangan setengah gelap ini terlihat ada beberapa orang lain yang ikut mendengarkan perkataannya. "Mereka dibantu oleh orang tua yang gue gak bisa ingat jelas wajahnya"

Pria bermantel diam sambil tetap memperhatikan layar monitor didepannya, sementara berdiri tidak jauh dibelakang pria bermantel, seorang wanita dengan rambut panjang dan tindik ditelinga dan bibirnya dan 2 orang pria berbadan tegap berdiri mengelilingi sebuah meja. Satu-satunya sumber cahaya diruangan ini adalah sebuah lampu neon putih yang diletakkan diatas meja dan cahaya-cahaya yang keluar dari monitor yang sedang diperhatikan oleh pria bermantel hitam.

"Cih, lo nya aja yang goblok. Lo better mati waktu itu biar gue yang ngelakuin tugas sepele lo" sang wanita tiba-tiba berkata.

Leo menatap wanita tersebut dengan tatapan marah, tampak luka tusukan dipahanya belum benar-benar pulih sekarang. Jejak-jejak memar juga samar masih terlihat diwajah tirus berhidung lancip dengan bekas luka sayatan memanjang di pipi kiri diremang cahaya ruangan ini. Ditengah ruangan terdapat sebuah meja bundar berukuran cukup besar dengan beberapa kertas-kertas penuh coretan diatasnya. Beberapa botol kecil mirip vaksin juga terlihat berserakan diatas meja yang dikelilingi setidaknya 3 orang misterius dengan tubuh tegap seolah siap untuk membunuh kapanpun.

"Lo ngerti kan Leo seberapa bahaya-nya cewek itu?" Seorang pria yang berdiri disamping sang wanita sekarang berbicara. Pria dengan setelan serba hitam dan rambut lurus panjang berbelah tengah ini menatap Leo tajam. "Lo ngerti kan rencana kita bertahun-tahun bisa hancur berantakan cuma karena satu orang cewek sialan yang bahkan gak bisa lo bunuh malam itu?"

"Udah gak guna banyak bacot sama si goblok ini" Pria terakhir yang ada diruangan ini lanjut berkata sambil tiba-tiba menodongkan pistol kearah Leo bersiap untuk menembak. Pria yang terlihat paling tenang diantara ketiga ini hanya memakai singlet putih untuk menutupi tubuh kekarnya yang memiliki banyak tato-tato. Banyak bekas-bekas luka dilenganya yang mengisyaratkan seolah-olah dia yang paling berkuasa diantara keempat orang yang mengelilingi meja. "Kita bunuh aja dia sekarang, dia jelas udah gagal dan gak berguna. Biar gue yang ngelakuin tugas dia setelahnya"

"Lo tembak gue sekarang, kita bakal liat apa yang tersisa diruangan ini 5 menit kedepan" Leo dengan cepat menodongkan balik pistol miliknya dan menjawab perkataan pria tersebut dengan nada mengancam. Sejenak ruangan menjadi hening. Bayang-bayang serangan yang terjadi beberapa hari sebelumnya digelapnya ruang tamu sebuah rumah seakan-akan mengingatkan Leo kembali akan sebab dia harus menderita luka tusuk.

Pria bermantel tiba-tiba membalikkan tubuh dan memandang ke-empat orang bawahannya dengan tatapan tenang. Keheningan semakin menyelimuti ruangan ini. Beberapa latar kehidupan orang-orang penting yang sedang mereka mata-matai menjadi salah satunya tanda-tanda kehidupan yang ada diruangan.

"Siapa pria tua yang lo maksud?" Pria bermantel tiba-tiba berbicara ke Leo. Dibawah remang cahaya lampu terlihat kalau pria ini sudah tidak muda lagi. Dibalik usianya yang sudah menua, tubuh kekar dan aura berani-nya terpancar lewat tatapan dan nada suara yang dia keluarkan."Lo inget ciri-cirinya?

"Gue gak inget apa-apa" Leo berkata tanpa menurunkan pistolnya dan masih menatap tajam ke-3 orang yang berada didepannya. "Yang bisa gue inget adalah gue tiba-tiba pingsan setelah hampir membunuh cowok yang sedang bersama cewek targetan kita. Setelahnya gue dikunci di gudang dan dengan kepala tertutup mereka pergi kesuatu tempat lalu membuang gue kejalanan dengan tangan dan kaki terikat. Mereka jelas bukan orang biasa"

Pria bermantel diam setelah mendengar penjelasan Leo. Adegan-adegan terus berganti dilayar monitor dibelakangnya menampilkan beberapa kehidupan orang-orang penting yang sedang mengurusi kerusuhan di negara ini.

"Lo nya aja yang goblok" Sang wanita dengan tindik berkata. "Lawan satu orang cowok biasa aja bisa-bisanya lo dapet luka tusukan"

"Gue udah bilang" Leo mengganti arah bidikan pistol dengan membidik wanita yang baru saja menghinanya. "Mereka bukan orang biasa, cowok itu bisa ngerasain kehadiran gue jauh sebelum gue berhasil menerobos rumah"

"Cukup" Pria bermantel memotong pembicaraan mereka. "Turunkan pistol kalian sekarang, gue gak mau ada keributan gak penting hari ini. Leo lo punya informasi apa tentang keberadaan mereka?"

Leo dan pria dengan banyak tato menurunkan pistolnya dengan perlahan setelah mendapat perintah dari pria bermantel hitam.

"Yang gue bisa denger mereka sekarang menuju Sumba" Leo menjawab perkataan pria bermantel dengan nada sedikit tenang. "Gue bisa cari mereka sekarang. Gue gak butuh bantuan 3 orang idiot ini"

Sang wanita penuh tindik meludah mendengar perkataan "idiot" dari Leo.

"Bukan, mereka bukan ke Sumba" Sang pria bermantel berkata. "Lo ke Wamena sekarang, ambil penerbangan reguler, sembunyi dihutan disana beberapa hari sampe lo dapet petunjuk dimana keberadaan wanita itu, bawa 2 orang untuk bantu lo. Gue kenal siapa kakek tua yang lo maksud dan lo gak bisa sendirian"

"Mereka bukan ke Wamena" Leo dengan cepat menyanggah perkataan pria bermantel. "Mereka ke Sumba, gue denger jelas."

Pria bermantel tiba-tiba mengacungkan pistol ke arah Leo setelah mendengar sanggahan darinya. Tatapannya terlihat marah sekarang.

"Lo jangan pernah menyanggah omongan gue, bocah idiot" Pria bermantel berkata. "Lo ikutin perintah gue, cari mereka di Wamena, dan bawa informasi yang cewek itu punya ketangan gue atau kepala lo yang bakal gue penggal sekarang juga. Waktu lo cuma seminggu. Gue juga bakal mempercepat beberapa rencana sekarang, kalian bertiga stay disini dan bantu gue. Cewek sialan itu bisa aja merusak rencana kita kapanpun"

Leo dan ketiga orang misterius diruangan tersebut terdiam, tanpa berkata-kata Leo pergi meninggalkan ruangan untuk bersiap menuju Wamena

Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang