Suasana malam ini di hutan begitu sunyi. Jalan setapak yang gue lewati sehari sebelumnya sekarang tampak gelap gulita kalau seandainya tidak ada cahaya sinar lampu senter yang masing-masing dipegang anggota kelompok ini. Suara jangrik dan kicauan burung hantu terdengar jelas dikedalaman hutan. Hutan ini begitu dingin sekarang. Tanpa alasan yang jelas, gue merasakan kalau banyak mata-mata yang mengintai perjalanan gue dari gelapnya hutan. Mata-mata yang sorotannya seakan sedang mengintai mangsa untuk diterkam sudah gue rasakan ketika gue berjalan keluar dari desa dan memasuki area hutan.
"Jadi cerita lo tentang pengalaman kerja sama Mr. K mau dilanjutin sekarang gak?" Bibi mencoba membuka pembicaraan setelah sebelumnya memecah keheningan malam dengan bersenandung kecil lagu "sajojo" yang beberapa hari terakhir sering dimainkan penduduk suku Dani dalam rangka latihan mempersiapkan festival perang beberapa bulan kedepan. "Lo pernah punya partner atau temen kerja gak selama ini? Atau lo selalu sendirian?"
"Gue selalu sendirian, Bi" Karin menjawab sambil terus berjalan berusaha menyinari jalan setapak yang sebelum dilewati untuk menuju ke sungai. "Gue jarang berpergian. Mr.K udah menyediakan satu ruangan khusus buat gue yang letaknya dipinggiran Jakarta. Dari luar keliatan kayak kos-kosan biasa sih emang, tapi didalemnya ada peralatan komputer lumayan canggih sih, gue cuma kerja lewat sana cari informasi sesuai permintaan Mr.K. ketemu sama Mr.K juga paling sebulan sekali."
"Lo jarang ketemu Mr.K?" gue berusaha menyambung obrolan ditengah perjalanan mencari hewan buruan. "Terus gimana lo bisa mengambil kesimpulan kalau dia gak berkeluarga?"
"Ah elah" Karin melanjutkan. "Info kayak begituan gak mungkin juga Mr.K ceritain kalau ketemu langsung sama gue. Iya gue emang jarang ketemu, sekalinya ketemu-pun biasanya Mr.K cuma ngasih nomer telfon pengganti yang biasanya digunakan untuk ngontak gue dan bilang ke gue kalau gue harus menjaga jarak dari siapapun. Tapi dokumen-dokumen pribadi Mr.K untuk keperluan penting kan seenggaknya gue pernah liat. Dari dokumen ini gue gak pernah liat ada informasi tentang keberadaan keluarga dia selama ini."
"Jadi kerjaan lo murni cari-cari informasi gitu aja dong?" Bibi memberikan pertanyaan selanjutnya. "Enak banget sih. Lo gak pernah jalan-jalan atau nongkrong dikafe bareng temen mungkin?"
"Gak pernah, dulu sering sih sama beberapa temen kantor gue yang lama. Dulu gue lumayan punya track record dibidang per-hangout-an. Hampir semua tempat-tempat keren gue datangin, walaupun harus sendiri. Tapi setelah 2 tahun terakhir gue ketemu Mr.K hidup gue berubah dan gak bisa sebebas dulu lagi. Ya worth-it sih memang dengan pengalaman kerja yang gak bisa gue dapetin dari tempat manapun"
"Pantes lo pinter sih, kayak semua hal lo bisa tau" Gue melanjutkan pembicaraan. Semakin jauh berjalan suasana hutan semakin dingin. Setelah hampir 20 menit berjalan belum ada tanda-tanda terlihat hewan apapun yang melintas, se-enggaknya untuk hewan yang berjalan di daratan karena diatas pohon-pohon yang rindang gue bisa memastikan banyak burung-burung dan hewan terbang lain sedang bertengger untuk beristirahat dalam gelapnya malam. "Kerjaan gue juga gak jauh beda sih, cuma duduk depan PC cari-cari informasi obat. Mau ada virus atau gak sebenernya hidup gue sama aja. Bedanya mungkin dulu gue bisa berbaur sama orang-orang pinggiran buat hunting foto dan video tapi sekarang udah gak"
"Gak perlu lo ceritain gue juga udah tau" Karin membalas perkataan gue. "Gue tau lo aktif nulis bikinin cerita buat Bibi. Gue tahu lo pernah ke Khatmandu. Gue juga tahu lo sempet lama pisah sama Bibi. Kalau lo ngerasa hidup sendiri bisa ngebebasin lo dari opini orang berarti lo salah besar. Gue tetep bisa dapet info tentang lo tanpa perlu banyak usaha."
Karin terlalu pintar. Dia bener. Gue hidup sendiri karena gue gak mau kehidupan gue dipenuhi drama yang gak penting tentang bagaimana kehidupan sosial memperlakukan gue. Dan dia juga bener kalau informasi tentang kehidupan gue bisa dengan mudah didapat di internet karena tulisan gue sendiri.
"Lo baca ceritanya Rendy juga?" Bibi terlihat kaget setelah mendengar perkataan Karin barusan. "Tuh kan Rendoy, tetep aja banyak orang yang baca, kan."
"Iya Bi, gue baca" Karin membalas perkataan Bibi. "Selama ada di internet ya siapapun bisa baca kan? walaupun ceritanya hampir sepuluh tahunan yang lalu. Gak susah sih memang cari identitas seseorang dizaman serba internet kayak sekarang. Gak cuma buat cari identitas, internet bahkan bisa jadi sarana buat sebar provokasi, membentuk opini masyarakat, dan banyak hal negatif lain. Rendy termasuk oke sih make internet cuma buat hal positif kayak gitu. Seenggaknya dia ngasih tahu ke orang-orang kalau kisah hidupnya gak semulus jalan tol purbalenyi."
"Gue gak bisa ngontrol siapapun yang mau baca cerita gue." Gue membalas singkat sambil menyenter beberapa kali kearah sisi kanan dan kiri hutan yang sedang dilewati. Semua tampak gelap. "Kalau ada yang mau baca yang gak apa-apa. Gue juga udah lama gak nulis sih. Gue gak ada niat apapun selain nulis cerita itu aja. Gue pernah punya niatan buat diterbitin tapi kata Bibi gak boleh jadi ya udah."
"Gue juga dulu aktif nulis kok" Karin melanjutkan pembicaraan. Setengah perjalanan menuju sungai sudah dilewati sekarang. "Tapi sekarang udah gak, sama sih alesannya karena gue juga udah gak ada waktu buat nulis lagi."
Semakin lama berjalan udara didalam hutan semakin dingin. Belum ada tanda-tanda hewan liar yang tersorot. Bibi dan Karin terlihat belum berani menyorot keadaan sekitar hutan demi menghindari penglihatan sesuatu yang gak mereka inginkan. Sejauh ini yang mereka berdua lakukan hanya berusaha memecah keheningan malam dihutan yang benar-benar dalam kondisi gelap.
"Eh, kita udah setengah jalan loh. Belum ada tanda-tanda hewan apapun yang keliatan sampe sekarang." Bibi tiba-tiba berhenti dan mengingatkan kembali tujuan awal kelompok ini masuk kehutan. "Kalau kayak gini terus sampai sungai nanti ya kita gak dapet apa-apa."
Gue ikut berhenti setelah mendengar perkataan Bibi dan kembali mengarahkan sinar cahaya senter ke sisi kanan dan kiri hutan untuk melihat keadaan sekitar. Tidak ada satupun objek yang terpapar sinar senter sepanjang gue lihat malam ini.
"Bibi bener, kita gak bisa cuma jalan lewat jalur konservatif yang memang selalu dilewatin manusia. Kita gak bakal nemuin apa-apa bahkan sampe pagi sekalipun" Gue mencoba menganalisa keadaan. "Kita harus masuk ke wilayah hutan yang bukan jadi jalur resmi untuk dilewati manusia."
"Maksud lo masuk ke daerah sana?" Karin membalas sambil mengarahkan sinaran senternya untuk pertama kali ke sisi kiri hutan yang dikejauhan tampak memiliki kerapatan pepohonan dan ilalang tinggi melebihi di area hutan lain. "Yakin lo? Gimana kalau kita stay dijalur ini aja, coba untuk jalan sampai kesungai dan tunggu hewan-hewan yang mungkin haus dan pengen minum disungai?"
"Gue kurang yakin sih" Gue membalas perkataan Karin. "Tapi ya mau gimana lagi? Menurut kamu gimana Be?"
"Aku ikut Karin aja deh Rendoy" Bibi mejawab sambil sesekali mengarahkan senternya kearea hutan yang ditunjuk Karin sebelumnya. "Keliatannya serem banget kalau kita harus masuk kesana. Sekarang kita coba buat jalan sampe sungai dulu deh, tunggu beberapa waktu disana, kalau tetep gak ada baru kita coba buat masuk ke area hutan yang gak jadi jalur lewat resmi"
"Betul" Karin menyetujui usulan Bibi. "Kita masuk kesana setelah memang disini bener-bener gak ada apa-apa. Buat sekarang kita coba untuk duduk dan menunggu disungai dulu beberapa waktu."
"Oke. Ya udah mending kita jalan lagi sekarang" Gue terpaksa menyetujui usulan mereka berdua karena lagi-lagi gue kalah suara.
Karin dan Bibi bener juga dalam beberapa hal. Masuk ke area hutan yang belum dikenali sama sekali memang berbahaya. Gue merasakan kalau beberapa kali semak disisi kiri hutan yang ditunjuk Karin bergerak-gerak ketika sinar senter karin mengenainya. Feeling gue tentang hal ini gak enak.
Perjalanan menuju sungai dilanjutkan dengan pembicaraan Bibi dan Karin tentang bagaimana pekerjaan Karin bersama Mr.K berjalan selama ini. Tidak beberapa lama berselang suara aliran sungai mulai terdengar. Aliran sungai tampak sedikit pasang malam ini. Jembatan kayu yang menghubungkan kedua sisi sungai tampak sedikit bergoyang ditiup angin, sepi. Tidak ada satu orang pun berada ditempat ini sekarang. Cahaya redup sinar bulan dan langit tanpa bintang lah yang membuat suasana disekitar sungai terlihat sedikit gelap.
"Kita istirahat disini dulu aja bentar" Karin duduk disalah satu bebatuan di pinggir sungai sambil melepas tas kecil dari punggungnya disusul dengan Bibi dan gue yang duduk di batu-batu besar lain yang ada di sekitar Karin. "Suasananya tenang banget ya, gue betah deh lama-lama disini kalau kayak gini."
"Iya. Tenang dan adem" Bibi menjawab sambil membuka botol minum dan meminum sedikit air putih malam ini lalu memberikan botol tersebut ke gue. "Sungai kayaknya lagi pasang alirannya lagi besar banget gak kayak kemaren"
Aliran sungai memang terlihat sedikit pasang malam ini. Sekilas terlihat kalau derasnya aliran sungai menghantam batu-batu besar ditengahnya dalam sorotan senter Karin.
"Sekarang mungkin jam 11 malem" Gue mengingatkan mereka berdua. "Kalau mau istirahat jangan lama-lama. Makin cepat kita nemu hewan buru makin bagus"
"Iya tapi makin sembrono kita gerak, makin besar juga kemungkinan kita nyasar rendoy" Bibi mencoba menasehati gue untuk tetap tenang. "Udah santai dulu aja."
"Ssst." Karin tiba-tiba berkata. "Itu rusa bukan sih? Pelan-pelan nyenternya jangan sampe ketahuan"
Gue dan Bibi mengarahkan pandangan gue kearah sinar senter yang Karin tunjukkan. Disisi sebrang sungai terlihat seekor hewan bertanduk berjalan disekitar sisi sungai lalu mencoba meminum air sungai dialiran sisi yang lebih tenang. Rusa ini terlihat tidak menyadari keberadaan gue dan yang lain yang ada di sebrang karena derasnya aliran sungai yang sedang mengalir.
"Iya itu rusa sih kayaknya" Gue menjawab perkataan Karin. "Lo bisa panah darisini gak?"
"Lo gila ya?" Karin membalas perkataan gue sambil melirik kesal. "Lo kira gue Hawkeye di avenger bisa manah ngelewatin aliran sungai yang deras kayak gitu?"
"Mending kita ikutin aja, gimana?" Bibi tiba-tiba berdiri dan terus mengarahkan senternya yang sekarang memperlihatkan kalau rusa disebrang mulai meninggalkan area sungai dan masuk kembali kedalam hutan. "Ayo cepet sebelum telat"
"Yuk yuk" Karin dengan antusias mengikuti langkah kaki Bibi menuju jembatan dan menyebrang ke sisi lain sungai. "Ayo ren buruan"
Feeling gue bener-bener gak enak tentang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
General FictionHighest rank: #2 on chaos (June 5th, 2020) Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sa...