Pemukiman suku Dani, Danau Hebbema.
Samuna muna muna keke....
"Ko Rendy kah?" Kepala suku menatap gue tajam. Dibawah sinar matahari sore, didepan sebuah Honai yang punya ukuran lebih besar dari Honai rata-rata, kepala suku meminta gue untuk memperkenalkan diri didepan beberapa orang suku Dani sebelum tarian perang sebagai penyambut tamu dimulai.
"I-iya" gue menjawab terbata-bata. Mr.K, Bibi, dan Karin sedang berada didalam sebuah tenda kecil yang letaknya bersebelahan dengan Honai kepala suku. Tenda ini hanya digunakan sebagai tempat peristirahatan sementara sebelum nanti gue dan yang lain harus pindah ke sebuah pondok kayu sederhana yang katanya dulu Mr.K, Ayah, dan Yani Mabela pernah bangun sewaktu mereka muda di daerah sekitar pinggir hutan.
"Ko pu ayah dimana sekarang?" Kepala suku bertanya. Kalung-kalung tulang dan sebuah anyaman jerami menutupi lehernya terlihat bersinar dibawah matahari sore. Rambut gimbal seleher dan tubuh besar dipenuhi dengan coret-coretan putih di sekitar perut ini tampak memancarkan aura keberanian dan tak kenal takut. Mahkota bulu cendrawasih tampak bergoyangan ditiup angin sore Lembah Baliem.
"S-sudah t-idak a-da" Gue menjawab perkataan kepala suku. Pandangan mata pemuda-pemudi suku dani yang mengelilingi gue terasa menusuk-nusuk seluruh bagian tubuh gue sekarang. Kesemua anak muda suku Dani yang ada disini terlihat sudah siap melakukan tarian perang sebagai penyambutan awal tamu yang datang mengunjungi pemukiman suku Dani. Kesemuanya membawa busur panah dan memakai pakaian-pakaian yang merupakan anyaman daun-daunan kering dengan banyak coret-coretan putih ditubuh mereka. "Sudah meninggal, b-berapa hari yang lalu"
"Sa ikut bersedih" Nada bicara kepala suku terdengar agak sedikit menurun. Langit sore terlihat semakin berawan dan udara terasa semakin lembab di lembah ini. "Sa berteman sangat dekat dengan ayahmu. Ko punya ayah orang nya sangat kuat, tidak lemah seperti ko"
"I-iya" gue menyetujui ucapan kepala suku mengingat butuh waktu lama untuk gue memindahkan koper Bibi, Karin, dan sebagian besar barang Mr.K dari mobil yang sekarang terparkir tepat setelah dinding kayu pembatas desa didekat pintu masuk ke tenda dimana Mr.K sedang berisitirahat sementara. "Barangnya terlalu berat"
"Tra usah beralasan" Kepala suku menghardik gue. Beberapa penduduk suku dani mulai memperhatikan gue dan kepala suku setelah mendengar hardikan. Penduduk suku Dani semacam memiliki ritual sore hari mengunyah daun sirih sambil duduk ditangga masuk Honai masing-masing. "Kita orang pu tombak berat sekali dan harus dibawa kemanapun kita orang pergi, harus terbiasa"
"I-iya" gue menjawab singkat masih dengan perasaan takut. Tiba-tiba pintu tenda bergerak dan Mr.K, Bibi, Karin terlihat keluar darisana dengan raut wajah segar. Bibi dan Karin terlihat sudah mulai bisa beradaptasi dengan keadaan sekitar. Sepintas terlihat oleh gue ekspresi kaget Bibi melihat gue berbincang dengan kepala suku. Perbedaan ukuran tubuh gue dan ukuran tubuh kepala suku jelas membuat gue terlihat seperti kurcaci sekarang di mata Karin dan Bibi.
"Setelah ini kita orang bakal kasih lihat tarian perang" Kepala suku lanjut berkata, tapi bukan ke gue, ke Mr.K yang sekarang datang mendekati gue dan kepala suku. "Kita sambut tamu lama kita toh."
"Haha ya" Mr. K berkata sambil tersenyum."Su lama sa tidak melihat talian perang kalian, ko ikut menari Yani mabela?"
"Tidak, tentu saja tidak" Yani Mabela menyanggah perkataan Mr.K "Biarkan anak-anak muda ini yang menari sekarang haha"
"Benar" Mr.K menyetujui. "Kita orang su terlalu tua untuk ikut menari haha"
"Mr.K...." karin tiba-tiba menghampiri Mr.K seperti ingin membicarakan sesuatu dan meninggalkan Bibi sendiri didepan tenda. Kesempatan ini gue gunakan untuk mendekati Bibi dan menanyakan keadaannya sekarang walaupun Bibi terlihat baik-baik saja.
"Rendoy" Bibi berkata setelah gue mendekat. Bibi terlihat belum melepas jaket dan kuncir rambut kebelakangnya masih sama seperti saat berangkat ketempat ini. "Kamu gak apa-apa?"
"Gak apa-apa bibku" gue menjawab perkataan Bibi. Gue sendiri sudah melepas jaket gue atas instruksi kepala suku tadi, saat gue selesai memindahkan barang-barang dari mobil. Katanya gue harus terbiasa dengan udara dingin tanpa jaket karena suku Dani hampir tidak mengenakan selembar kain pun untuk melindungi tubuh mereka dari udara dingin. "Tas-tasnya tadi berat jadi capek banget, disuruh lepas jaket lagi"
"Gak usah ngeluh rendyku" Bibi menguatkan gue. "Bener kata kepala suku kamu gak boleh manja. Gak usah pake jaket juga masih sore kan."
"Iya" Gue menjawab cepat. "Aku bingung deh be, kenapa kepala suku sama Mr.K kayak kenal sama Ayah aku banget, mereka siapa sih sebenernya ya? Ayah sama Ibu aku emang suka pergi sih, tapi setau aku mereka perginya gak ketempat macem-macem kayak gini."
"Gak ada yang tau rendy" Bibi menjawab sambil mendekati dan merangkul lengan gue untuk melindungi gue dari udara sore disekitar danau. "Bisa aja emang ada yang disembunyiin keluarga kamu kan? Kalau menurut aku Mr.K sejauh ini memang mencurigakan, tapi dia baik-baik aja kok. Semua yang dia lakuin sejauh ini beralasan"
"Iya bener" gue menjawab sambil memegang jari-jari bibi yang terasa dingin. Mr.K terlihat sudah selesai berbincang dengan Karin dan melanjutkan perbincangannya dengan kepala suku sambil memperhatikan beberapa anak muda suku Dani mempersiapkan pertunjukan tarian perang. "Kamu sama Karin dulu selama aku gak ada gak apa-apa kan? Aku takut nanti disuruh pergi-pergi"
"Iya, gak apa-apa" Bibi menjawab sambil menahan hawa dingin. "Karin baik kok, aku seneng aku punya temen cewek disini"
"Iya Bibku, aku juga seneng kamu punya temen disini." Gue berkata membalas ucapan bibi.
Suara gue tiba-tiba disambut dengan suara terompet sangat keras yang berasal dari tempat kepala suku berdiri. Suara ini langsung disambut oleh beberapa orang suku Dani yang mulai terlihat mendekat ke tempat kepala suku berdiri.
"Ren, Bi, sini cepet. Tarian perangnya udah mau mulai, Rendy harus nonton kata Mr.K" Karin terlihat berteriak dikejauhan sambil melambaikan tangan kearah gue dan Bibi.
"Iya sebentar" Gue menjawab teriakan Karin dan melirik kearah Bibi.
"Yuk kesana" Bibi berkata masih dengan rangkulan menahan hawa dingin di lengan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
General FictionHighest rank: #2 on chaos (June 5th, 2020) Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sa...