Chapter 22

12 0 0
                                    

"Lo udah pernah belajar manah sebelumnya?" Mr.K berkata sambil menghisap rokoknya dihalaman samping pondok menghadap langsung ke hutan. Sebuah papan sasaran berbentuk oval milik suku Dani telah dipasang disalah satu pohon yang letaknya beberapa meter didepan gue dan Mr.K berdiri. Setelah mandi dan sarapan sekedarnya, gue langsung menyusul Mr.K untuk memulai latihan memanah seperti yang dia janjikan sebelumnya. "Memanah bukan urusan sekedar tarik string, memanah jauh lebih ribet dari itu"

"Belum, megang juga belum pernah" Gue menjawab sambil mengamati busur panah sederhana yang diberikan Mr.K sebelumnya. Busur sederhana yang terbuat dari kayu dan serat dedaunan sebagai string (tali busur) ini biasanya cuma gue liat sekilas di TV atau film tapi sekarang gue bisa merasakan langsung bagaimana sensasinya memegang busur panah. "Gimana mau latihan memanah kan background gue bukan atlit panahan"

"Background ayah lo bukan kedokteran" Mr.K menjawab perkataan gue sambil memegang beberapa anak panah di genggaman tangan kirinya. Anak panah yang terbuat dari kayu ini punya ujung runcing berupa logam dan bagian nock (ujung belakang) yang dibuat dari beberapa helai bulu-bulu ayam untuk bisa menempel pada tali busur. "Tapi dia tahu teknik-teknik pengobatan tertentu kadang malah lebih tahu dari dokter beneran. Lo terlalu banyak beralasan"

"Iya kalau emang latihan memanah penting pasti gue belajar kok" Sambil mencoba menegakkan busur tegak lurus dengan tubuh dan membidik papan target dikejauhan, gue menjawab perkataan Mr.K "Cuma kan buat apa juga dulu gue belajar, kalaupun ayah bisa pasti ayah gak bakal ngajarin juga karena skillnya gak bakal kepake."

Mr.K menatap gue sejenak. Ketika hembusan rokok terakhirnya selesai dilakukan, dia meminta gue untuk memberikan busur dan memasang salah satu anak panah di tali busur. Setelah mengambil kuda-kuda dan membidik dalam hitungan detik, kurang dari 10 detik berikutnya anak panah telah menancap ditengah papan sasaran yang jaraknya gue perkiran 10 meter dari tempat gue berdiri.

"Ayah lo terlalu meremehkan situasi" Mr.K berkata setelahnya. "Harusnya dia tahu hal-hal kayak gini, hal-hal kalau lo bakal berhubungan sama kekacauan kayak yang lo alamin sekarang, bakal terjadi cepat atau lambat. Dia selalu ngehindarin hal kayak gini setelah bertemu ibu lo, dan lo liat pada akhirnya tetap aja gue yang ngeberesin masalah yang timbul karena keputusan dia, selalu begitu, dari dulu"

Gue diam. Gue masih belum mengerti hubungan antara ayah dan Mr.K sebenarnya. Apa yang terjadi dengan Mr.K disaat ayah memutuskan untuk berkeluarga dan meninggalkan kehidupan yang penuh konflik? Apa dia juga ikut menikah? Kenapa gue belum pernah denger secuil informasi pun tentang kehidupan pribadi Mr.K dalam beberapa hari ini? Gue se-enggaknya berhak tahu hal-hal kayak gini mengingat gue bakal menghabiskan banyak waktu dengan kakek tua ini beberapa bulan kedepan.

"Ntah, gue juga jarang ngobrol sama Ayah. gue aja baru tahu kalau ayah pernah berhubungan sama suku Dani, pernah ngebantu mereka, dan pernah bikin pondok ditempat ini." Gue menjawab perkataan Mr.K. Gue dan Mr.K saling berhadapan sekarang. "Ayah pernah ke Paris? itu juga gue baru tahu dari foto lo kemaren Silvester."

Ntah kenapa nada suara gue sekarang seolah terdengar sebagai penyesalan karena selama ini gue gak pernah memperhatikan Ayah.

"Ini yang terbaik menurut dia" Sambil memberikan busur dan satu anak panah, Mr.K mulai mengajari gue bagaimana cara memanah yang baik. Menjauhi topik bagaimana tidak akurnya hubungan gue dan ayah. "Sekarang lo latihan memanah dulu, gue udah bilang kalau memanah bukan sekedar urusan menarik tali busur, bukan. Lebih rumit dari itu. Ada beberapa step yang lo harus pelajari. Stand, Nocking, Extend, Drawing, Anchoring, Tighten, Aiming, Release, dan terakhir After Hold"

Gue melongo. istilah nya pake bahasa standar emang tapi feeling gue gak enak tentang kesederhanaan istilah yang barusan Mr.K jabarkan. Stand? Berdiri? Hampir tiap saat dihidup gue kan selalu berdiri? Gak bisa kah gue ngelakuin berdiri sambil memanah?

"Sekarang lo berdiri disini, sejajar sama pohon yang ada papan targetnya" Mr.K mengarahkan gue untuk meluruskan posisi tubuh agar sejajar dengan papan target dikejauhan. "Ini teknik kuda-kuda standar, namanya Open stand. Setelahnya pegang busur dibagian grip batang busur dengan jari telunjuk, jari manis, dan jari tengah, jangan sampai menutup satu sama lain. Setelahnya pasang ekor panah atau nock di tali busur dengan pas, biasanya ada tandanya. Setelah terpasang, tarik lengan kanan lo sejajar dagu untuk menarik tali busur dan tahan serileks mungkin. Sambil menahan tali busur, fokuskan bidikan ke papan target, lepas tali busur perlahan sambil tetap menahan posisi selama 5 detik."

Mr.K terus memberi penjelasan sambil mengatur bagian-bagian tubuh gue supaya sesuai dengan posisi tubuh yang benar dalam memanah.

"Yang penting lo harus rileks" Mr.K menambahkan. "Gimana sekarang? Coba bidik papannya. Tahan lengan kanan lo yang sedang menarik tali busur supaya tetap sejajar dagu. Setelah dapat bidikan yang pas, lepas tarikan serileks mungkin"

Gue coba untuk mengikuti instruksi Mr.K dan memfokuskan pandangan gue ke satu titik dikejauhan. Semua hal yang terlalu cepat berubah melintas dibenak gue. Bayangan akan malam saat kejadian penyerangan terjadi muncul seketika membuat jantung gue berdegup cepat. Ketakutan akan nasib hubungan gue dan Bibi dimasa depan setelah kejadian ini membuat gue akhirnya hilang fokus dan membuat busur yang sedang gue pegang bergoyang sehingga membuat arah anak panah melaju tak terkendali setelah gue lepas dari tali busur.

"Kuncinya tenang" Mr.K menjelaskan setelah diam beberapa menit menyaksikan percobaan memanah pertama dalam hidup gue. "Lo harus bisa fokus, lo harus bisa berpikiran jernih. Buang semua cemas, ketakutan, dan marah yang ada di pikiran lo."

Gue terdiam, jantung gue masih berdegup dengan cepat. Semua bayang-bayang ketakutan masih melintas dipikiran gue.

"Tarik nafas dulu sekarang" Mr.K berkata. "Denger, lo mau nembak apapun percuma kalau lo gak punya ketenangan. Ini bukan tentang senjatanya, ini tentang siapa yang megang senjata tadi. Panah, pistol, tombak, semua gak bakal berguna kalau dipegang sama orang gegabah yang gak bisa berpikiran jernih. Jangan takutin Bibi, dia aman sekarang. Ada Karin sama Mariana putri kepala suku yang bakal jaga dia. Tapi setelah ini, setelah lo gue lepas, gak ada yang bisa jaga kalian berdua selain diri kalian sendiri."

Perkataan Mr.K barusan mengingatkan gue lagi akan tujuan awal gue ngelakuin semua ini.

"Lo coba terus sekarang, gue bakal ngeliatin lo sambil ngobrol sama kepala suku dibelakang, sampai sore pun gue temenin." Mr.K berkata sambil berjalan menjauhi gue dan menghampiri Kepala Suku yang baru saja tiba menghampiri kami.

"Ko latihan yang benar atau sa hukum mendaki puncak trikora" Kepala Suku terdengar berteriak sekarang disambut suara tawa Mr.K.

Gue gak punya pilihan, gue harus coba memfokuskan pikiran gue sekarang. Dengan satu tarikan nafas panjang gue ambil kuda-kuda untuk melepas anak panah kedua kalinya.

Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang