21| PRAHARA

1.5K 293 121
                                    

"Yang namanya masalah itu di selesaikan, bukan di tinggalkan, apalagi nambah masalah baru, maruk etaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang namanya masalah itu di selesaikan, bukan di tinggalkan, apalagi nambah masalah baru, maruk etaa." - Jiwono Arga Wiguna.



















📍📍📍📍


























Hava menenggelamkan wajahnya di bantal. Merebahkan tubuhnya terngkurap. Hava menangis, bukan karena foto yang terlihat tidak senonoh, namun ucapan pak Hikmal yang menyinggung diskualifikasi namun tidak menyeret Ardoyo.

Hava melewatkan makan malamnya. Meminta siapapun untuk tidak mengganggunya. Namun kalau yang seperti Hava tidak menunjukkan batang hidungnya sudah pasti teman-temannya akan terus membicarakannya dan mungkin sudah tersebar insiden Hava menampar Doy.

Tidak Hava, tidak Doy. Beni juga sedang runyam pikirannya. Beni yang selalu bertingkah tidak normal tiba-tiba senyap, membuat Satria dan Yuan khawatir. Takut Beni kenapa-kenapa.

Tok Tok Tok

Hava setengah sadar mendengar pintu kamarnya diketuk. Tubuh Hava mengeliat lalu bangun, sesekali menyedot hidungnya yang masih berair. Akhir-akhir ini, hobi Hava jadi menangis ketimbang melawak.

“Siapa?” Suara Hava serak, kelelahan menangis beberapa jam lalu, sebelum kelelahan melelapkan matanya yang kering. Sesekali Hava mengucek matanya sambil duduk berselimut dikasur.

“Aljeyun.” Suara bariton itu lebih dekat, sepertinya berbicara sambil mencium pintu kamar Hava.

“Ngapain Yun, sorry gue lagi nggak enak badan, skip dulu ya joggingnya.”

Hava lalu menyalakan hpnya, sudah jam 10 ternyata, umumnya Aljeyun rutin jogging jam 8, dan jam segini biasanya sudah kelar joggingnya. Hava mendengus, nafas Aljeyun masih terdengar dibalik pintu.

“Yun...,” panggil Hava lirih.

“Hmm.”

“Masih disitu.”

“Ya masih lah, kalau nggak siapa yang berguman barusan? Masa wewe.” Akhirnya Hava tersenyum walaupun sangat tipis.

“Ya udah balik kamar gih.”

“Keluar dulu bentar, aku mau ngajak kamu keluar, ada yang mau aku ceritain,” pinta Aljeyun, tangannya sibuk menarik-narik ganggang pintu yang terkunci dari dalam.

“Besok aja deh, gue habis tidur, muka gue acak-acakan.”

“Aku rapiin sini.” Haduh! Apa Aljeyin tidak dipikir dulu kalau ngomong. Hampir membuat Hava tenggelam lagi.

“Ya udah, aku cuci muka bentar. Tunggu.”

“Siap.”

Hava beranjak menuju kamar mandi, membasuh wajahnya berkali-kali, lalu menatap kaca dihadapannya. Matanya memerah walaupun samar, kantungnya menghitam sedikit. Hava membasuh lagi wajahnya berkali-kali agar terlihat segar.

OLYMPIC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang