19| MATA DAN JARAK

1.6K 287 125
                                    

"Mata nggak bisa bohong, walaupun mulut ngucapin hal lain, mata bakalan tetap menyoroti hal yang sebenarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mata nggak bisa bohong, walaupun mulut ngucapin hal lain, mata bakalan tetap menyoroti hal yang sebenarnya." - Kuncoro Bagas Prasetya.
























📍📍📍📍






















Hava melewatkan latihan malamnya, karena terlanjur lelah bermain di taman bersama Doy. Bahkan Hava merasa bersalah saat tidak menyadari bahwa Aljeyun mengirimnya chat, mengajaknya jogging. Bagaimana lagi, Hava lupa waktu bersama Doy, padahal yang dilakukan hanya saling meledek dan uring-uringan.

Kini Hava melelapkan diri ditidur panjangnya malam ini.


📍📍📍📍

Tanpa di temani coach untuk berlatih karena ada rapat untuk para coach semua atlet. Hava dan Toil malah bermain-main, seakan menyepelekan pesan caoch untuk fokus latihan mandiri.

“Bang, Bang, taraa.” Hava memamerkan split nya yang sempurna. “Udah kek Ajeng kan, besok-besok alih profesi jadi senam ritmik aja ya.”

“Pantesan senam poco-poco lo.”

“Coba Bang, coba.” Suruh Hava yang sebal melihat Toil yang terus meledekanya.

“Gampang mah.” SREEEEK. Celana Toil sobek, Hava langsung tertawa sambil telentang. Toil sibuk menutup celananya yang sobek, untung memakai boxer selutut walaupun motifnya spongbob. Kuning menyala.

“Hav, ambilin celana cadangan gue dikamar gih!”

“Ogah, ambil aja sendiri.” Hava tetap melanjutkan tertawaannya.

“Gitu amat, nggak inget siapa yang selalu ada buat lo, ngrawat lo pas pilek.”

“Ya elah, perhitungan amat, kaya emak-emak kompleks.”

“Buruan!”

Mau tidak mau Hava menuruti perintah Toil. Ya karena memang saat Hava kesulitan, Toil selalu ada. Hava naik ke lantai 8 untuk mengambilkan celana Toil.

Dilorong Hava berpas-pasan dengan Doy. Dilihatnya Doy sedang minum.

“Kalo minum duduk,” celetuk Hava, Doy langsung meliriknya.

“Tukang komen.”

“Katanya makan pake tangan kiri aja nggak sopan, giliran minum aja berdiri.”

“Ya dari pada gue minum sambil naik pohon.”

Hava memasang wajah pias, heran, sekarang Ardoyo kok jadi kaya kelainan. “Fiks, otak lo terinfeksi ayan akut.”

“Masih mending otak terinfeksi tapi masih didalam kepala, ketimbang udah digadai-in buat beli sandal jepit.” Doy masih ingat guyonan receh Hava di ruang latihan saat menangis.

OLYMPIC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang