28| TEGAL, TEN, AJENG

1.5K 224 84
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


























📍📍📍📍



























Guys, ada yang ingin gue sampaikan.” Semua yang di aula langsung fokus menatap Ten yang ingin menyampaikan sesuatu.

“Jangan bilang lo pindah cabor penjulidan.” Lagi-lagi Yuta memang menunjukan betapa buruknya hubungannya dengan Ten.

“Lama-lama gue bikin lo perkedel Yut.”

“Sabar-sabar, Tuhan bersama orang woles.” Beni mengelus dada Ten pelan, untuk meredamkan emosinya.

“Apa yang mau lo sampaikan?” Johnny kembali menfokuskan tujuan Ten yang ingin mengumumkan sesuatu.

“Gue jadian sama Ajeng.” Entah kenapa suasananya seketika hening dan senyap, Ajeng yang disebut namanya justru malah kaget.

“Kok gue merinding ya, ini pengumuman hari kiamat apa gimana?” celetuk Juwu.

Ten menghela nafasnya kesal. “BENERAN ANYING!”

Joyri langsung memeluk Ajeng sembari beracting menangis hiperbola. “Sabar ya Jeng, mulai sekarang hidup lo penuh siksaan.” Hava ikut memeluk Ajeng. Ajeng hanya diam tersenyum tak tau apa-apa.

“Selamat brother selamat. Di Jepang ada yang ngurusin. Pantesan tiap Ajeng komentarin kejulidan Kak Ten, Kak Ten cuma diem, ternyata oh ternyata.” Mark menepuk bahu Ten bangga. Yang jadian Ten dan Ajeng, tapi yang bahagia Mark.

Sudah cukup meledek Ten, akhirnya semua atlet dan ketiga panita regu 3 memberikan selamat, ada yang heran bagaimana mereka bisa jadian.

Namun Ajeng menjelaskan pada Hava, Seana dan Joyri, bahwa hari dimana Ajeng merasa tertekan karena performa latihannya tidak baik. Ten datang dan memberinya dukungan, dan tanpa sepengetahuan siapapun Ten juga selalu menemani Ajeng latihan dimalam hari. Sejak itulah Ajeng dan Ten menumbuhkan benih-benih perasaan.



📍📍📍📍

Bapake, ini namanya Altena.” Ajeng mengenalkan Ten yang baru saja tiba di rumahnya, di Tegal, masih di teras rumah Ajeng, wajah oriental ayahnya yang terlihat ramah langsung menyalami Ten.

Owalah iki pacar mu, Nduk?” Ayah Ajeng langsung meyalami Ten terlebih dahulu. Ten pun membalasnya.

“Iyo, seko Jakarta Pak, atlet tembak, kemarin nang Jepang gowo balik mendali.” Ajeng bangga menceritakan prestasi pacarnya. Ten yang sepenuhnya tidak paham bahasa Jawa hanya senyum-senyum sendiri.

Owalah, masuk-masuk Nak Ten, ibune Ajeng lagi budal nang Wonosobo. Biasa piknik e ibu-ibu PKK kompleks.” Ten hanya mengangguk. Toh, ia sama sekali tidak tau apa yang ayah Ajeng ucapkan.

OLYMPIC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang