Jeffrey dan Salwa II

60 8 2
                                    

Masih seputar jeffrey dan salwa ya!

Silahkan dinikmati!


Menghela nafas kasar pagi ini salwa lakukan. Gerakan malas beranjak dari tempat tidur pun seakan menjadi kegiatan rutin setiap harinya. Berjalan lunglai menghadap cermin sebelum lanjut ke kamar mandi.

Salwa meringis pelan. Tampilannya kini seperti bermetamorfosis menjadi zombie. Menakutkan. Sang gawai bergetar hebat menampilkan nama seseorang disana.

Arissa is calling...

"Halo risa kenapa?"

"..."


"Waalaikumsalam. Gue gak papa, anterin kemana?"

"..."


"Sayangnya gak bisa, gue...harus pergi ke suatu tempat nanti malem"

"..."


"Hmm... maaf ya. Assalamualaikum"

Panggilan tertutup begitu saja bersamaan dengan helaan nafas lelah dan pasrah lagi-lagi salwa lakukan. Hari ini dan kemarin sungguh berat untuk batin dan jiwanya. Ketukan serta panggilan lembut dari sang ibu terdengar.

"Nanti awa turun! "

Dua puluh menit sudah berlalu. Kini salwa duduk mantap di kursi sofa yang ada. Hawa canggung menguar, mungkin itu bagi dirinya. Melihat sang papa dan mama nya yang terlihat biasa saja membuat ia ngin sekali mengumpat.

Elusan lembut di punggung tangan yang berada di bawah meja gadis itu rasakan. Senyum hangat milik Audri—kakak perempuannya menyapa indera penglihatan salwa. Membuat dirinya berangsur-angsur tenang.

Diketahui salwa memiliki dua saudara, Audri dan Febie. Kakak perempuan yang lebih tua empat tahun darinya itu ternyata mengalami hal serupa dengannya. Hidup yang di atur sedemikian rupa hingga berujung asmara pun diikutinya tanpa ada bantahan atau elakan.

Berbeda dengan Audri. Kakak nya yang satu ini, febie lebih memilih untuk menolak hal serupa—perjodohan hingga urusan pekerjaan. Bermodal nekat, gadis itu pergi—kabur ke negeri paman sam.

Sungguh iri hidup salwa. Andai dirinya memiliki keberanian yang cukup, mungkin sejak sekolah dulu ia memilih berlari mengikuti jejak sang kakak.

"Nanti malam kita ketemu sama temen papa"

Yang tidak salwa tanggapi, dirinya sibuk memainkan sang gawai. "Pakai baju yang bagus wa, biar calon suami mu terkesan" masih saja rupanya dilanjutkan.

"Nggak perlu dandan, untuk membuat mereka terkesan juga gak papa, jodoh nggak bakal kemana"

Setelah itu dirinya bangkit diikuti dengan segudang rasa amarah. Meninggalkan sang ibu di ujung sana yang menitikkan air mata nya iba tanpa melakukan pembelaan.

Ponsel milik Jeffrey terus berdering. Telefon masuk dari sang ayah tidak ia tanggapi. Pikirannya sedang bergelut tentang kejadian kemarin malam. Menggunakan pakaian serba loreng menambah kesan tampan pada dirinya.

"Kenapa?" itu doyoung, komandan merangkap sebagai teman sedang memandang dirinya dengan tatapan tanya.

"Nggak pa-pa" bohong, sudah menjadi kebiasaan Jeffrey sejak pergi ditinggal sang kakak.

"Karena papa?"

Pintar, semenjak doyoung menjalin kasih dengan arissa. Kadar kepekaan lelaki itu banyak meningkat. Contohnya seperti sekarang.

Half Cold ; With Doyoung (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang