Bukan sebuah akhir

46 8 7
                                    

Arissa memasang senyum lebar, seakan memberi tahu seluruh dunia bahwa ia sedang bahagia saat ini. Dengan keberadaan Doyoung di sisi kanannya, mengapit lengan Arissa. Membantu dirinya untuk melewati beberapa pasang pedang tajam yang panjangnya hingga dua meter ke depan.

Sebab saat ini ia bersama Doyoung sedang melakukan prosesi pedang pora. Yaitu berjalan di bawah junjungan pedang panjang yang di angkat oleh para prajurit. Ritual turun-temurun yang selalu di lakukan oleh keluarga militer.

Manik Arissa bahkan sempat menangkap keberadaan para tamu undangan yang sepertinya ikut bahagia. Melihat Gita dan Arnan yang sedang berbicara dengan keluarga besan. Mark yang berdiri di tengah-tengah mingyu dan Mina. Juga Salwa yang menatap Jeffrey bahagia.

Gadis itu menoleh kala merasakan tangannya di genggam erat sekaligus lembut. Melihat Doyoung yang melempar senyum lebar serta raut wajah bahagia. Membuat Arissa ingin kembali menangis untuk yang kesekian kalinya hari ini.

Kenapa Doyoung tampan sekali?!

Doyoung terkekeh pelan, "Jangan nangis...."

"Aku nggak nangis. Cuma kelilipan bulu mata aja, tebel banget sih!" sungut Arissa yang berusaha membuang arah pandangannya. Menyeka sudut mata pun sedari tadi terus ia lakukan.

Sungguh, demi tuhan rasanya Doyoung ingin berlari saja saat ini. Merasakan bahwa perasaannya terlalu membuncah sehingga membuatnya seperti salah tingkah. Beruntung akal sehat masih berfungsi. Doyoung berusaha beristigfar dalam hati.

Memberanikan diri untuk menatap tepat di manik mata Arissa. Mengapa ia menjadi pengecut seperti ini? Padahal tadi pagi di saat ia mengucapkan ijab Kabul terlihat santai-santai saja.

"Mas?" panggil Arissa yang berusaha mengalihkan atensi.

"Iya?"

"Kenapa melamun?"

"Siapa yang melamun? Aku lagi mikirin kamu kok!"

"Gombal terus!"

Terperanjat, keduanya hampir saja memekik kuat. Doyoung dan Arissa yang kala itu langsung menoleh cepat ke arah samping. Menemukan keberadaan Johnny yang sedang menggendong Moza dengan satu tangan.

"Dipanggil ke atas panggung tuh!" ujar Johnny memberi tahu.

Melihat seluruh pasang mata yang berada di aula ruangan sedang melempar tatapan memuja kepada Doyoung, belum lagi di saat mulut MC berkoar panjang lebar. Memanggil dengan cara tak biasa.

"Dimohon untuk para kedua mempelai yang berada di depan sana, kita tunda dulu prosesi tatap-tatap manjanya ya? Nanti malem kan bisa," ujar Haechan dengan senyum dan raut wajah menggoda. Membuat Arissa memejamkan mata pelan, berusaha menahan malu dengan mulut temannya yang tak biasa.

"Sekarang mempelai prianya silahkan maju ke atas panggung sini. Persembahin lagu untuk istri, dan juga banyak yang request nih!" Mendengar hal itu, Doyoung menatap Arissa sekilas. Seakan meminta persetujuan untuk naik ke atas panggung sana.

Bunyi tepuk tangan menggema, Doyoung yang baru saja menaiki tangga pertama di bantu oleh Yuta dan Haechan. "Oke, sudah ada lagu yang mau dinyanyiin?" tanya laki-laki itu lagi. Yang dibalas oleh Doyoung dengan anggukkan kepala pelan.

"Sudah...."

Intro musik sudah mulai mengalun. Doyoung berusaha menyamakan posisi duduknya. Sempat melempar kedipan mata manja kepada Arissa di sana. Mengakibatkan banyak teriakan dari para penonton di sana.

Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu

Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak kusangka

Half Cold ; With Doyoung (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang