Hay, udah lama aku nggak update di lapak ini ya?Yang nama nya doyoung tertawa keras, memukul bangku kantin di barak sambil menutup separuh wajah nya yang memerah. "Anjir" umpatnya. Beruntung tidak ada bawahan yang lewat saat itu, hanya tersisa dirinya, jeffrey, dan jhonny.
Mulut milik doyoung di pukul pelan. Lupa bahwasannya ia sedang berpuasa dan dilarang berkata kotor oleh arissa.
"Nggak ada yang lucu" itu jeffrey yang air wajah nya sudah berbentuk masam, menatap tajam teman—merangkap atasan.
"Kebetulan macam apa ini? Jadi selama ini yang mau dijodohin sama lo itu salwa?!" tanya jhonny memastikan, sikap yang dibuat sedramatisir mungkin. Jhonny patut mendapatkan best award tahun ini.
Jeffrey tersenyum, tak percaya bahwa minggu kemarin saat ia berhasil di jodohkan oleh sang ayah dengan anak temannya—yang merupakan salwa. Kekasihnya sendiri!
Seakan-akan keberuntungan sedang berpihak kepada Jeffrey, bahkan saat itu dirinya terkejut dengan hebat. Jantung yang sudah siap akan jatuh kelambung dan hendak bersujud syukur.
Tuhan maha membulak-balikkan perasaan.
Salwa pun sama hal nya. Dengan mulut yang terbuka lebar, matanya berkaca-kaca. Meremas sebelah tangan sang kakak sambil berbisik. "Ini beneran?"
Pandangan keduanya saat itu bertemu, dengan air mata yang ingin mendesak keluar salwa tersenyum dengan manis nya. Menghangatkan relung batin Jeffrey. Bahkan kedua bilah pihak pun terkejut melihat ekspresi yang diberikan Jeffrey dan salwa sendiri.
"Kalian sudah kenal?" tanya papa salwa, yang langsung diberikan anggukan kompak. Semuanya tersenyum. "Bagus, berarti perjodohan ini bisa berlangsung"
Arissa merapihkan berkas yang terlihat berantakan di kubikel meja. Dengan tergesa-gesa ia menarik gagang pintu, mark sudah menunggu nya sedari tadi. "Lama banget sih mbak? Lagi ada banyak pasien?"
Yang dibalas anggukan serta senyum lelah milik arissa. Keduanya melesat, pergi menuju mall yang sudah dijanjikan oleh doyoung. Mark yang bertugas mengantar arissa sampai tempat tujuan. Sebab sepupu nya itu sedang dalam kondisi tidak sehat.
Pun dengan doyoung, lelaki itu sama lelahnya. Melatih para anggota khusus yang dalam waktu dekat akan dikirim untuk menjaga perbatasan.
"Makasih mark, kamu mau langsung ketemu temen?"
Anggukan bule itu didapat, dengan cengiran khas nya mark menarik tangan arissa untuk berpamitan. "Yes sis, she wait me"
"Temen mu perempuan mark?!"
Pertanyaan itu masih bercabang di kepala arissa. Setahu dia, mark adalah tipikal orang yang jarang berbaur kepada lawan jenis. Cenderung kaku, dan susah mengekspresi kan perasaan yang dirasa.
Yang ada dipikiran adik sepupunya adalah sebuah semangka. "Efek puber kali ya?" monolog arissa. Tanpa sadar doyoung yang sudah duduk manis di salah satu meja makan di ujung sana melambaikan tangan.
"Mikirin apa sih? Kok melamun?" seperti karakter monyet dora di serial kartun kesukaan jhonny, doyoung kepo. "Nggak pa-pa mas, kepikiran sama mark aja"
Dahi doyoung mengerut halus "Mark? Sekarang anaknya mana? Langsung pulang?"
Arissa menggeleng "Lagi di lantai atas, sama temen nya"
🍭🍭🍭
Mark mengusap tengkuk nya canggung, melangkah maju lalu mundur, dirinya sedang cosplay menjadi syahrini sesaat. Seakan-akan nyali sedang menciut. Ia hanya bisa memandang seorang wanita dari jauh.
"Kenapa juga gue ngajak dia nonton film, anjir. Mbak help me!" itu yang dikatakan dewa batin mark. Bermodal keberanian yang hanya tinggal 1 persen, diri nya mendekat dan hendak berbalik ketika pasangan mata itu menatap mark.
Mina—wanita—teman mark yang hari ini ia ajak untuk menonton bioskop bersama sedang berjalan mendekat. "Hai mark? Baru sampe ya? Aku udah duluan disini dari tadi, sebab abis main ke rumah temen"
Persis seperti orang yang sedang melapor kegiatannya kepada sang pacar, mina menjelaskannya dengan detail. Membuat mark berkali-kali menghirup nafas gusar. "Oh ya? sorry im—eh maaf aku habis jemput my sister because—aku habis jemput mbak sepupu tadi. Sorry kamu jadi nunggu sendirian!"
Mina mengerjapkan mata pelan saat mendengar mark yang barusan selesai bicara. Seperti seorang rapper, mark mengatakan nya dengan tempo cepat.
Masalah bilingual pun menjadi faktor utama. "It's okey, kalo gitu kamu mau nonton apa? Sembari nunggu waktu buka puasa"
Mark Nampak terkejut, sedetik kemudian ia berusaha mengendalikan ekspresinya membuat gaya se-cool mungkin. Dirinya lupa dan tidak mempersiapkan rencana untuk menonton apa.
Maka dengan berbekal insting yang kuat ia menunjuk salah satu gambar yang tertera di bingkai dinding. Film horror.
"Kayak nya capek banget? Mau dipesenin apa?" seperti biasa, doyoung selalu saja memberikan perhatian yang cukup tanpa diminta.
"Lagi pengen makan yang seger, bakso aja deh. Sama es teh ya mas" doyoung mengangguk, berbangkit dan berjalan menuju meja pemesanan. Gawai yang berdenting menandakan telfon masuk. Bukan dari handphone milik arissa tetapi milik—
—Doyoung. "Nomor tidak dikenal?"
Memangku tangan, pandangan arissa masih setia melirik gawai sang kekasih. Tangan besar yang melambai di hadapan wajah, membuat arissa hampir memekik sebab terkejut. "Jangan bengong, udah azan nih. Buka dulu" seraya membuka tutup botol, doyoung memberikannya.
"Mas tadi ada tefone masuk, dan... dari nomor nggak dikenal"
Menghela nafas kasar, lelaki itu memilih untuk mematikan sang handphone. Pandangan nya focus menatap arissa. "Nggak usah dipikirin, itu nomor spam nanti mas blockir" bohong. Arissa tahu itu.
Sebab kiranti pernah berpesan padanya, selalu saja ada nomor yang tidak dikenal meneror doyoung. Menelfon bahkan mengirim pesan untuk doyoung dengan nomor berbeda setiap harinya dan itu adalah—bunda.
Seseorang yang selalu meneror doyoung adalah bunda nya sendiri. Setelah sekian lama menghilang, wanita itu baru baru ini muncul ke permukaan.
Hal itulah yang membuat seorang doyoung menggeram kesal, senja yang trauma nya kambuh belakangan ini adalah karna sang ibu—lupa, bahkan doyoung tak pernah menggap wanita itu sebagai ibunya.
"Okay, ayok dimakan bakso nya keburu dingin" ucap arissa.
Mengangguk—menurut mereka menghabiskan santapan berbuka tanpa ada salah satu kata yang keluar dari bilah bibir. Merasakan aura sedikit canggung, doyoung menggenggam tangan arissa.
"Takut kamu nabrak orang nanti" klise, doyoung tidak bisa menggombal batin arissa.
Menikmati waktu malam di mall setelah selesai melaksanakan sholat magrib, keduanya menghabiskan waktu mengitari ruang permainan anak-anak—timezone.
Tanpa sadar seseorang mengamati mereka dari jarak jauh. Dengan mata yang berlinangan cairan bening, ia meremas ujung telapak tangan nya sendiri. "Ridho..." dengan suara bergetar ia memanggil.
Asing, suara itu—membuat doyoung dan arissa kontan memutar badannya dengan cepat.
Jantung yang bergemuruh dengan hebat, tangan arissa di genggam kuat oleh doyoung. Membuat gadis nya sedikit meringis, bahkan tatapan kilat marah, kecewa, rindu, semua nya Nampak di wajah tampan doyoung.
"Kita pulang sekarang aja ya dek?"
Tbc
Aku double update nanti ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Cold ; With Doyoung (√)
FanfictionTentang dia, lelaki yang banyak menyimpan kenangan buruk akibat masalalu nya. Ketika perkataan dan perbuatan orang terdekat yang bisa melukai perasaan nya sendiri. Dia doyoung dengan segala perasaan yang ada di hatinya. Mendeklarasikan kata menjadi...