Perihal Kabar

60 13 11
                                    

Masih dalam posisi sama, Arissa terdiam membisu. Seakan waktu telah berhenti berputar. Suara itu—terdengar familiar. Bahkan tatapan mata serta uluran tangan yang di berikan oleh nya Arissa abaikan. Melihat kalung yang terjuntai bebas di hadapan wajah.

Melengkungkan bibir ke bawah, pergelangan kaki Arissa terasa sangat sakit. Secepat kilat lelaki itu membantu untuk bangkit. "Putri?" Sapaan khusus yang sering di dapat nya dulu. Berusaha menyunggingkan senyum haru. "Iya, kak Wira?"

Maka saat anggukan semangat di dapat, Wira membantu Arissa untuk duduk di kursi yang ada. Mengecek pergelangan kaki yang sedikit terluka. "Maaf, kakak nggak sengaja. Mau ke rumah sakit aja?"

Menggeleng kaku, Arissa berusaha menolak. "Nggak pa-pa kak, nggak usah"

Ah. Bahkan senyum hangat, perhatian yang diberikan serta perlakuan manis Wira membuat Arissa sedikit bernostalgia pada jaman sekolah berlatar putih abu-abu.

Wiratama Sakahendra, lelaki tampan dengan segudang prestasi. Yang disinyalir sebagai mantan pertama Arissa dulu. Bersikap ramah serta taat beragama dan berasal dari keluarga terpandang tidak membuat lelaki itu sombong. Kedua nya berpacaran sejak Arissa memasuki kelas sebelas dengan Wira yang berada di kelas tingkat terakhir.

Dua tahun berpacaran tentu menghasilkan banyak kenangan. Putus hubungan pun termasuk di dalamnya. Perbedaan agama. Alasan klise yang sering terjadi diantara muda-mudi. Wira yang selalu aktif di segala macam kegiatan gereja, dan Arissa yang kala itu termasuk anak Rohis serta PMR.

Sama seperti Jhonny dan Zoya.

Putus secara baik-baik pun tetap membuat mereka kehilangan kontak. Lelaki itu pergi melanjutkan study di luar negeri, dengan alasan berbakti kepada orang tua. Mau tidak mau Arissa berusaha ikhlas.

Menyikapi putusnya hubungan dengan berupaya tegar. Tidak mudah. Harus merasakan galau berkepanjangan, beruntung di jenjang perkuliahan ia bertemu dengan si tampan—Eunwoo. Yang sialnya malah menambah luka di hati.

"Apa kabar... dek?"

"Alhamdulillah baik, kalau kak Wira? Sedang liburan di Indonesia?"

"Puji tuhan, kakak baik. Bukan liburan tapi dikirim tugas harus ngurus cabang yang ada disini"

Hening. Arissa berupaya bangkit. Percakapan itu telah berhenti beberapa menit yang lalu. "Kalau begitu aku pulang duluan ya kak. Silahkan dinikmati waktu nya, kopi disini enak kok"

"Tunggu, biar aku antar"

Salwa memandang figura kecil di atas nakas. Dirinya baru saja selesai menyiapkan berkas serta baju untuk besok kembali bekerja setelah cuti beberapa bulan. Mendapati foto lelaki tampan dengan senyum menawan. Lagi, gadis itu menahan tangis dengan senyum getir.

Mengapa tuhan begitu senang menyiksa hati nya?

Cukup sekali Salwa merasa kehilangan sosok Jeffrey saat mereka putus dulu. Bahkan saat ini, kemalangan menimpa dirinya.

Yang sekarang sedang menangis dalam diam. Sang hati yang masih saja tidak terima dengan kehilangan. Surat di tangan pun sudah lecek di beberapa bagian ujung tempat. Terlihat bahwa surat itu belum pernah di baca sama sekali. Salwa pernah berjanji pada diri sendiri. Enggan membuka apalagi membaca surat yang disinyalir penulisnya adalah Jeffery—sang kekasih hati.

Konon katanya, dari film yang pernah Salwa lihat bersama Arissa dulu. Jika membuka apalagi membaca surat yang biasa para prajurit buat sebelum keberangkatan diyakini sang penulis telah tiada. Maka dari itu Salwa menahan hasrat diri walau ingin membaca.

Half Cold ; With Doyoung (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang