Nyatanya perihal kabar tentang kehilangan orang terkasih sedang gemar mendatangi Arissa saat ini. Tangisan ketiga wanita yang menjabat penting di posisi masing-masing itu begitu nelangsa. Arissa, Gita, dan Zoya yang sedang menunggu kabar terbaru dari anak dan suami mereka.
Mengapa di antara semua waktu dan banyaknya manusia harus mereka yang merasakan kesedihan mendalam? Kabar tentang putusnya komunikasi yang sudah terjerat lama semenjak keberangkatan, di tambah berita baru tentang ledakan yang tanpa henti dengan gempa berkekuatan besar melanda Negeri seberang.
Lebanon sedang berduka dan mereka pun merasakan nya.
Arnan dan Bagas yang sejak dua hari kemarin berdiam diri di kantor pusat. Menunggu serta menanti kabar baru—yang setidaknya bisa menjelaskan bagaimana kondisi dari para prajurit serta anak mereka disana.
Namun nihil.
Semua itu sukar di dapatkan. Segala konektifitas diputuskan secara sepihak oleh pemimpin Negara tersebut. Menyebabkan beberapa dari seluruh keluarga yang berada di Ibukota merenung diliputi perasaan gusar karna menunggu.
Wajah pucat dengan kusam pun seakan sudah menjelaskan segala nya dari mereka. Arnan kalut, dan semua nya seperti itu. Telephone masuk dari istri serta menantu yang menunggu dirumah benar-benar membuatnya sedih tak tertolong.
Semesta sedang tidak bercanda kan?
Gita berulang kali mengucap doa, menjelaskan, bahkan tak kuasa hingga memeluk Zoya yang sedang kelimpungan. "Jangan nangis, nak. Berfikir positif, Jhonny pasti baik-baik aja" kata yang sebenarnya menggantung di benak seorang ibu. Berusaha berfikir positif dan menepis segala negative thinking.
"Tapi Jhonny belum ada kabar sama sekali semenjak putusnya komunikasi ma, anak aku nggak mau lahir tanpa seorang ayah"
Ah, memang seperti itu rasanya menjadi istri dari seorang pengabdi Negara. Bahkan Mark yang berusaha menenangkan ketiga wanita yang sangat dicintai nya pun tak kuasa menahan tangis dengan perasaan membuncah di dada.
Segala doa sudah mereka panjatkan.
Hanya tinggal menunggu hasil yang diberikan.
—
Menunggu.
Satu kata yang menjadi jawaban disertai dengan doa sebagai paket lengkap. Air mata seakan sudah mengering di dalam sana. Zoya menunggu panggilan dari sang ayah mertua. Kepulangan anggota yang dipercepat dari perkiraan.
Pikirannya sudah bercabang. Satu kapal terbang yang mengangkut prajurit Ibukota sudah berangkat semenjak kemarin malam. Entah untuk membantu atau menambah daftar korban yang akan kembali tinggal nama.
Tungkainya mengetuk lantai itu dengan tidak sabar. Banyak para wanita yang disinyalir sebagai istri dari para anggota yang diberangkatkan kemarin sedang menangis dengan senyum yang dipaksakan hadir untuk menenangkan para anak mereka. Bahkan dzikiran dengan doa dilakukan.
Keadaan saat ini sedang hujan. Ketika pesawat kiriman dari Lebanon sampai di lapangan landas Batalyon. Payung berbagai warna melindungi kepala mereka dari rintikan air yang akan membasahi tubuh.
Sore itu tangis para istri pecah, begitupun Zoya dan Arrisa yang kembali—menangis di pelukan Gita. Melihat penampilan dari sang kepala keluarga yang sudah pergi entah berapa lama dan kembali dengan beberapa goresan luka besar.
Matanya menelisik para Prajurit yang turun dari kabin pesawat. Dan disanalah, Jhonny sebagai penumpang terakhir yang keluar dari pintu belakang. Banyak yang jatuh hingga pingsan. Harapan serta doa mereka tidak sia-sia rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Cold ; With Doyoung (√)
FanfictionTentang dia, lelaki yang banyak menyimpan kenangan buruk akibat masalalu nya. Ketika perkataan dan perbuatan orang terdekat yang bisa melukai perasaan nya sendiri. Dia doyoung dengan segala perasaan yang ada di hatinya. Mendeklarasikan kata menjadi...