Pelukan rindu

53 7 3
                                    

Salwa mematikan kompor sebab bunyi teko panas yang berisikan air sudah mendidih disana. Berjalan dengan langkah cepat dan tidak melihat jalan hampir saja membuat ia menumpahkan air tersebut. Beruntung ada Jeffrey, yang tidak sengaja datang menghampiri.

Jeffrey berdecak pelan lalu menaruh teko tersebut di atas meja yang ada. Melihat pergelangan tangan kekasihnya, takut-takut jika terkena air panas tersebut "Pelan-pelan bisa nggak sih?!"

Agaknya bentakan dari Jeffrey berefek besar bagi Salwa, sebab gadis itu langsung beringsut mundur dan menarik tangannya dengan gerakan cepat. Membuat Jeffrey seakan baru menyadari bahwa suaranya yang perlahan naik hingga satu oktaf.

"Maaf..." ucapnya penuh sesal.

"Nggak apa-apa, nggak ada yang luka juga kok," jawab Salwa pelan.

Saat ini keduanya sedang berada di kediaman atau rumah besar Jeffrey. Hanya berdua, sebab orang tua lelaki itu harus pergi dan terpaksa meninggalkan keduanya dirumah karna sebuah alasan.

Ingatkan Jeffrey untuk tidak melakukan hal-hal yang aneh, ya!

Salwa yang sedang menyeduh teh hangat untuk menemaninya dirinya dan Jeffrey akan mengobrol nanti. Gadis itu melempar senyum tipis saat Jeffrey masih terdiam dengan kaku disana.

"Kok diem? Ayo, ke depan." Ajak Salwa.

Dengan cepat Jeffrey mengambil nampan yang berisi dua teh hangat tersebut.

Bunyi suara Tivi mengisi kekosongan serta keheningan. Entahlah, Salwa masih merasa bahwa ini adalah mimpi indah semata, ia takut terbangun dan mempercayai bahwa kekasihnya sudah kembali. Bahkan sudah hampir seminggu lebih Salwa mendiamkan Jeffrey.

"Ternyata ini bukan mimpi ya?" gumam Salwa yang berhasil mengundang atensi Jeffrey. Lelaki berwajah tampan itu sedikit menyerongkan arah duduknya supaya dapat melihat wajah Salwa dengan utuh "Mimpi?" tanya ia.

Salwa menoleh dan memasang senyum lebar "Fakta kalau kamu sudah kembali kesini."

Jeffrey melepaskan senyum tipis, tidak lama tangannya terbuka dengan lebar. Seakan menyuruh dan mengundang Salwa untuk masuk kedalam rengkuhan hangatnya.

"Coba, sini dulu. Aku kangen," ucap Jeffrey. Seperti itu saja, sudah membuat wajah Salwa merah padam. Kekasihnya yang selalu tampan bahkan jika sedang memakai pakaian rumahan.

"Ini bukan mimpi. Ini juga bukan khayalan semata," Jeffrey yang berucap demikian, sedang Salwa masih berusaha mendengarkan. Yang dapat gadis itu pastikan saat ini jantung milik kekasihnya sedang berdetak dengan cepat.

"Karna aku memang sudah kembali, Salwa... dan sebagai bukti, kamu ada didalam pelukan aku."

Sudah, ingin menangis saja Salwa saat ini. Mendengar sekaligus dua suara yang dihasilkan oleh kekasihnya, Jeffrey. Yang dapat Salwa lihat dari bawah sini adalah jakun milik lelaki itu sedang naik turun karna berbicara panjang lebar.

Membuat sisi liar dalam diri Salwa meminta, meronta bahkan memaksa untuk dikeluarkan. Secepat kilat ia menggeleng dan beristigfar di dalam hati. Sedikit berdecak karna para pekerja dirumah Jeffrey seketika pada hilang bak ditelan bumi. Kemana perginya para pembantu itu?

"Kenapa?" tanya Jeffrey saat merasakan Salwa menggeleng pelan.

"Hah?"

Percayalah, posisi yang sangat membahayakan saat ini sedang terjadi di antara mereka. Salwa juga merasakan tangan besar Jeffrey berusaha menyingkirkan anak rambutnya yang sudah mulai panjang dan sebentar lagi akan menjelma menjadi rambut.

"Kenapa tadi geleng kepala?" Jeffrey mengulang pertanyaannya. Membuat Salwa memutar otak dengan cepat memikirkan jawaban. Mana mungkin ia berbicara jujur pasal pikiran kotornya. Bisa mati berdiri Salwa.

Half Cold ; With Doyoung (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang