Awal

608 132 79
                                    

"Udah siap belom?" Devano sedari tadi menunggu di depan pintu kamar Jesica sambil sesekali melirik jam tangannya.

Sudah setengah jam ia berdiri di depan pintu kamar Jesica. Namun, yang di tunggu malah gak tau diri. Ckckck.

"Bentar lagi iihh ..." kesal Jesica yang sudah bosan dengan pertanyaan yang sama. Entah sudah berapa kali Devano mengulangnya.

"Ntar kita telat loh Je, inikan hari pertama kita PLS" kesal Devano yang sedari tadi melirik jam tangan hitam yang melingkar di tangannya.

"Iya iya, dikit lagi astagahhh ... " Jesica pun dengan tergesah-gesah memakai sepatunya, ia tidak enak dengan Devano yang sudah setengah jam berdiri di depan pintu kamarnya.

Mereka turun ke lantai bawah, disana terdapat Ayah dan Ibu Jesica yang sedang berbincang di ruang keluarga sambil menikmati secangkir teh.

"Ma, Pa, gua pamit," ucap Jesica sambil berjalan keluar dari rumah dan diikuti Devano di belakannya.

Orang tua jesica hanya melihat kepergian anak semata wayangnya itu.

***

Parkiran sekolah

"Turun!" perintah Devano pada Jesica yang masih saja duduk di atas motornya.

Jesica menggelengkan kepalanya dengan muka yang sedikit ketakutan.

"Kenapa?" tanya devano

"Tuh," tunjuk Jesica menggunakan dagunya ke sekelompok wanita yang sedang bercengkrama.

Devano paham apa yang di maksud Jesica. Namun, Jesica harus turun dulu dari motornya jika tidak, mereka akan mendapatkan banyak sorotan dari orang-orang sekitar.

Dengan terpaksa, Devano turun dari motornya lalu berjongkok di depan Jesica.

"Ngapain Dev? Lu mau berak?" tanya Jesica dengan nada polosnya.

"Iya gua mau berak." Ketus Devano mendapatkan tatapan dari beberapa orang yang melihat tingkah mereka.

"Sini turun, gua bakal bawa lo ke ruangan. Cepet!" kata Devano yang sudah siap dengan posisinya.

Jesicapun turun dari motor Devano dan langsung mengambil posisi di belakang Devano sambil mengalungkan lengannya di leher Devano.

Beberapa siswi yang melihat tingkah mereka berdua merasa cemburu.

Devanopun mulai berjalan menyusuri koridor sekolah baru mereka sambil menggendong Jesica. Jesica yang sedang ketakutan itu hanya bisa menyembunyikan wajahnya di leher Devano.

Siapa dia? Ganteng banget!!!

Woaahhhh drama apa lagi ini?

Calon siswa yah?

Sepertinya cewek yang ia gendong itu cantik.

Uwwwuuwww romantis bangettt hhhuaaaa

Itulah beberapa bisikan-bisikan yang terdengar di telinga Devano. Bukan bisikan sih, lebih tepatnya omongan-omongan para siswa-siswi yang melihat kelakuannya.

"Dia kenapa?" tanya seorang cowok yang memakai rompi berwarna hitam ditambahkan lambang OSIS di bagian dada sebelah kanannya.

Saat melihat cowok itu saja, Devano yakin bahwa cowok itu adalah kakak kelasnya dan salah satu pengurus OSIS yang akan membimbingnya bersama calon siswa baru selama PLS berlangsung.

"Teman ku sakit kak." ucap Devano dengan nada yang sangat sopan. Ia tahu harus bertingkah bagaimana didepan kakak kelasnya ini.

"Oh ... yaudah, ikut gua!" perintah cowok itu sambil berjalan menyusuri koridor. Devano pun mengikutinya.

Sesampainya di UKS, Devano menurunkan Jesica dari gendongannya ke ranjang UKS, Jesica sedari tadi menahan ketakutannya. Mukanya terlihat sangat pucat, tubuhnya berkeringat dingin, dan badannya gemetar ketakutan.

Melihat keadaan Jesica yang hampir parah itu, Devano dengan sigap mengambil air hangat untuk mengompres Jesica dan beberapa obat yang memang berada di saku Devano.

"Minum dulu obatnya" ucap Devano sambil memberikan obat kepada Jesica.

"Tapikan, Jesi belum makan" ucap Jesica dengan suara yang sangat parau.

Devanopun melihat kearah cowok yang mengantarkan mereka ke UKS tadi.

Cowok itu paham dengan keadaan, lalu keluar ruangan sambil berkata "Lo urus aja dia, ntar gua beli makanan dulu"

Saat mendengar perkataan cowok itu, seketika Devano berteriak mengucapkan "TERIMA KASIH KAK"

"Jangan panggil gua kakak, panggil aja gua Angga" ucap cowok itu dan menghilang di balik pintu UKS.

Devano menganggukan kepalanya pertanda ia paham yang di maksud oleh Angga tadi. Devano pun mulai mengompres kepala Jesica menggunakan air hangat yang ia ambil tadi.

"Makasih Dev," ucap Jesica sambil tersenyum simpul.

"Iya bawel ..." balas Devano

"Dih, malah dikatain bawel" cemberut Jesica.

"Eh Jes, btw lo tadi berat banget dah, sumpah!"

"Ih nggak kok! Jesica gak berat"

"Lo mana tahu, guakan gendong lo"

"Tapikan Jesica langsing, gak bentet. Jadi Jesica ringan dong"

"Gak ringan mata lo! Berat gitu, mau patah nih tulang gua"

"Jesica gak gendut! Devano aja yang kurus"

"Iya dah iya ... mengalah dah gua ama anak mami"

"Iya dong gua anaknya mami, gak kayak lo anak pungut"

"Sembarangan amat tuh mulut"

"Hehehe ... "























































Kalau ada tulisan yang gak kalian paham,silahkan komen nanti gua bakal perbaiki ok?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada tulisan yang gak kalian paham,silahkan komen nanti gua bakal perbaiki ok?

Jangan lupa tinggalkan jejak kaliaaannn ...

See you next chap guysss ...
Lopyu ...

20 Mei 2020

My Sun || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang