Angga

89 12 0
                                    

Rayanpun memberanikan dirinya, ia mengangkat tangannya. Semua mata tertuju padanya termaksud Hanan dan Devano.

Mata elang Angga menatap tajam kearah Rayan dan...

"Ikut gue," ujar Angga lalu menuju keluar ruangan.

Rayan menatap Devano dan Hanan, lalu tersenyum. Menunjukkan bahwa ia akan baik-baik saja.

"Hati-hati bro!" Ujar Hanan dan hanya dijawab dengan anggukkan Rayan.

Rayanpun keluar dari UKS menyusul Angga, mereka pergi kebelakan sekolah.

Jantung Rayan berdebar tak karuan seperti orang jatuh cinta, namun ini lain, ia sedang tidak jatuh cinta pada Angga seperti biasanya. Ia malah takut.

Bugh!

Bugh!

Plak!

Baru saja ia sampai, ia sudah disambut dengan hantaman yang bisa dibilang berasal dari emosi yang terpendam sedari tadi.

Rayan memegang perutnya yang kena hantaman maut Angga, bibirnya mengeluarkan darah segar. Dia tidak ingin membalasnya, karna dia tahu bahwa disini dia salah dan ini pantas untuknya.

"Maaf, kak." satu kata itulah yang keluar dari mulut Rayan.

"Apa lo bilang? Maaf?! Cuih!" Ujar Angga dengan nada kasar

"Gua gak tau kal-"

Bugh!

Plak!

Bugh!

Bugh!

Belum sempat Rayan mengahabiskan katanya, Angga sudah memukulinya berkali-kali hingga hidung Rayan mengeluarkan darah segar.

Angga menjambak rambutnya sendiri lalu berteriak. "Aaaarrrrrggggghhhh!!!"

Dengan langkah gontai, Angga mengambil cambok yang berada disudut tembok.

Rayan kaget saat melihat Angga mengambil benda itu. Ia pasrah dengan keadaannya.

Ctas!

Satu cambokkan lolos dibadan Rayan.

"Ambil posisi push up! Cepat!" Perintah Angga. Rayanpun menuruti perkataan Angga.

Ctas!

Ctas!

Ctas!

Ctas!

Ctas!

Cambokkan demi cambokkan Angga layangkan pada Rayan. Walaupun sakit, Rayan tetap menahannya.

Tes

Satu tetes air mata lolos dipipi Rayan, lemah? Iya. Dia lemah, ia tidak bisa lagi menahannya sekarang. Walau bagaimanapun ia juga manusia, bisa ditebak sekarang badannya membiru karena cambokkan dari Angga.

Sebenarnya Angga tidak tega melakukan hal ini pada Rayan. Tapi emosi mengalahkan segalanya.

"Hiks... maafin aku kak, aku gak tau ini bakal terjadi hiks, PUKUL AKU KAK! PUKUL SESUKA KAKAK! Aku berhak mendapatkan itu hiks hiks..." tangis Rayan pecah

Angga ingin memukul Rayan lagi, namun aksi itu ia hentikan.

"Pergilah" ujar Angga dengan suaranya yang parau.

"Tapi kak-"

"PERGI!" Bentak Angga

Rayanpun pergi dari tempat yang akan menjadi kenangan buruknya itu. Ia pergi dengan keadaan mengenaskan.

My Sun || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang