2✌ - Menyesal

47.4K 3.4K 90
                                    

"Luka yang teramat dalam itu ketika orang yang kita percayai ikut membenci juga"
•Nasya•

Happy Reading

📕📕📕

***


Nasya sudah mulai sadar dari pingsannya, dan sekarang pandangannya terarah pada seorang lelaki yang memegang tangannya dengan erat, Fernan.

"Arghhh" jerit Nasya mampu membangunkan Fernan yang tertidur karna menunggu Nasya bangun, karna Nasya yang pingsan cukup lama.

"Sya, kamu udah bangun? apa? apa yang sakit? mau aku panggilin dokter?" tanya Fernan dengan rasa takut jika terjadi apa-apa pada kekasihnya ini.

"Nggak, aku baik-baik aja. Cuma kepala aku masih sakit, dikit" jawab Nasya coba untuk menenangkan.

"Aku minta maaf Sya, aku nyesal hukum kamu terlalu berat, maafin aku" mohan Fernan yang merasa bersalah karna terlalu memberikan hukuman yang begitu berat, dengan alasan agar kekasihnya ini tidak pernah lambat lagi.

"Iya, ngga papa Nan, disini aku juga salah kok, udah buat kamu marah" ucap Nasya seadanya.

Fernan terlarut dalam hayalannya yang memikirkan ada apa dengan gadisnya ini, kenapa tadi ia banyak mengeluarkan darah dari hidungnya, apa kah gadisnya baik-baik saja? Dia harus mencari tau apa saja yang telah gadisnya sembunyikan di belakangnya saat ini, dia tidak mau menyesalinya nanti.

Fernan kembali memfokuskan tatapannya pada Nasya. Fernan menggenggam tangan pacarnya itu dengan penuh kasih sayang "Sya?" panggil Fernan lembut.

"Yaa?" jawab Nasya seadanya.

"Kamu jujur ke aku, apa yang kamu sembunyiin dari aku?" tanya Fernan dengan tatapan kawatir.

Nasya mengerutkan keningnya "Gak ada yang aku sembunyiin, Nan." jawab Nasya memastikan.

Fernan beralih mengekus rambut Nasya manja "Kamu gak sakit kan?" tanya nya sekali lagi.

Nasya tersenyum, ternyata Fernan mengkhawatirkan keadaanya sekarang. Tangan Nasya beralih untuk mengelus pipi Fernan sambil tersenyum simpul "Gak sayang, aku gak sakit. Mungkin aku hanya kecapean" ujar Nasya menangkan Fernan dari kekhawatirannya.

Fernan membalas senyum Nasya, lalu mengambil tangan Nasya yang berada di pipinya, mengecupnya sejenak.

Nasya sudah terbiasa dengan sikap romantis Fernan pada dirinya. Yah, walaupun itu jarang, karna Fernan yang sibuk dengan kegiatan osis dan turnamen basket.

"Kamu ngga masuk kelas?" tanya Nasya dan membuyar kan lamunan Fernan.

"hmm, gak. Aku gak masuk, aku nungguin kamu sampe sadar" jawab Fernan jujur.

"Yah ampun Nan, udah gih masuk sana, nanti kamu ketinggalan pelajaran loh".

"Buat aku kamu lebih panting dari semua itu, nanti juga bisa minta catatan sama Dino" ucap Fernan malas untuk mengambil pusing

"Ya tapi kan-" ucap Nasya terhenti ketika dokter Fitry datang memeriksa keadaannya.

"Sudah baikan? " tanya dokter Fitry yang kini berada di samping Nasya, sambil memeriksa detakan jantung Nasya dengan menggunakan Stetoskop.

"Iya udah dok, aku udah boleh ke kelas?" tanya Nasya.

"Lebih baik kamu istirahat dulu disini, karna saya takut kamu mengeluarkan darah lagi" jawab dokter Fitry dengan raut wajah kawatir.

"Darah?" tanya Nasya yang kaget atas pernyataan dokter Fitry barusan.

"Iya, tadi saat Fernan membawa kamu ke sini, darah sudah mengalir banyak dari hidung kamu, jadi kamu istirahat saja dulu di sini"

"Iya dok" jawab Nasya lesuh.

"Baiklah. saya sudah siapkan kamu bubur, kamu makan bubur itu lalu minum obat yang ada di nakas, agar bisa mengurangi pusing di kepala kamu" titah dokter Fitry lalu beranjak pergi dari ruangan UKS.

"Baik dok" ucap Nasya. Fernan melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Tatapan tanya, kecewa, dan lainnya, Nasya tidak bisa mengartikan semuanya.

"Nan?" Nasya membuka suara dan menyadarkan lamunan Fernan

"ehh iya, kenapa?" tanya nya, tercengang.

"Suapin aku dong, tangan aku di infus jadi ngga bisa makan sendiri" minta Nasya dengan raut wajah menggemaskan, tentu saja ekspresi itu mampu membuat Fernan tersenyum. Tangan Fernan beranjam untuk mengacak-acak rambut Nasya saking gemasnya ia pada kekasihnya ini.

"Ihh jangan di acak Fernan, nanti rambut aku rusak tau" protes Nasya yang tidak terima, dan itu mampu mengundang tawa Fernan.

Fernan menyengir tanpa dosa "iya maaf, sayang"

"Bisa bangun, kan?" tanya Fernan, dan di balas anggukan oleh Nasya.

Nasya asik menerima suapan dari Fernan. Nasya sangat menyukai suasana ini, ia merasa nyaman jika berada di samping pacarnya ini, itu membuat Nasya tidak ingin jauh-jauh dari Fernan, entah kenapa saat ini pikiran Nasya bahwa Fernan akan meninggalkannya sendiri, nanti! Dan itu, sudah bisa di pastikan jika Fernan meninggalkan nya nanti itu akan membuatnya benar-benar hancur,karna hanya Fernan lah yang ia punya saat ini dan ke tiga temannya yang selalu bersama dengannya.

Lamunan Nasya buyar seketika, karna dorongan pintu yang sangat keras.

BRAK !!

"Astagfirullah Sya, lo ngga papa kan?" tentu saja itu Clara yang selalu bar-bar dalam keadaan panik.

"Sya sumpah kita sampe mau pingsan dengar kabar lo masuk UKS" kini vely yang bersuara dengan kata-katanya barusan yang terdengar sangat berlebihan menurut Nasya dan yang lainnya, memang Vely seperti itu.

"Ehh upil badak, gak sampe mau pingsan juga kali" cetus Geby yang mendorong sedikit tubuh Vely.

"Heheh. Gak, gue baik-baik aja kok, ini udah mau balik ke kelas, tapi habisin makanannya dulu" ucap Nasya.

"Siapa? Siapa yang ngijinin kamu balik ke kelas, gak! Gak ada, pokonya kamu harus di sini sampe pulang sekolah!" titah Fernan, tidak setuju dengan ucapan Nasya barusan.

"Tapi Nan, kalau aku di sini aku bosan tau" ujar Nasya dengan raut wajah lesuh.

"Aku nemenin kamu di sini" ucap Fernan yang membuat Nasya senyum-senyum sendiri.

"Aelahh lanjut aja lo berdua kita bertiga udah di lupain" cetus Vely yang membuat Nasya terkekeh.

"Iya, iya maaf" ucap Nasya, menyengir.

"Ohh iya, Sya. Kita kekantin dulu yah,soalnya nih cacing udah demo minta asupan" ucap Geby, mengelus perutnya.

"Iya" ujar Nasya seadanya.

"Oke babayy Nasya, Fernan" pamit mereka bertiga, lalu beranjak dari UKS.

***

Tidak terasa sekarang sudah jam pulang sekolah dan kini Nasya sudah bersiap untukvpulang, kini masih ada Fernan yang setia memegangi pundak Nasya untuk berjaga-jaga bisa saja Nasya terjatuh atau apalah. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap kejadian itu dengan tidak suka, bahkan sekarang mukanya tampak merah dan tangan yang terkepal kuat.

"Gue gak suka lo, kenapa sih bukan lo aja yang mati, kenapa harus bang kevan". ucapnya emosi. Tentu saja dia Grey adik Nasya, Grey memang menyukai Fernan sejak masuk di SMA ini. Dan yang buat ia tambah marah lagi, cowok yang ia cintai ternya pacar kakaknya sendiri, dan ia sama sekali tidak suka itu.

Hay, Up lagi nih.

Satu kata buat:
Nasya?
Fernan?
Clara?
Vely?
Geby?
Dan
Author?

Jangan lupa vote and Comment❤
.
.
.

JANGAN JADI PEMBACA SILENT READERS YAH:'(

Kasian ke aku dong, udah nulis panjang lebar tapi gak di kasih semangat juga, sedih tau. Hiks😔

*Jangan lupa juga Follow ig:
@natalyaanastsy
@aurellianasyava

NASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang