EXTRA PART 2

55.4K 3.4K 1.1K
                                    

"Saya berjanji akan follow akun author!"

Udah janji yahh🤗

H a p p y R e a d i n g

Masih dalam keadaan yang sama, rasa penyesalan masih mengintari hati mereka semua. Rasanya terlalu cepat Nasya meninggalkan mereka, gadis cantik dan baik hati ini, sudah pergi meninggalkan mereka semua. Tangis? Mereka semua menangisi kepergian Nasya. Kenapa? Karna mereka baru menyadari betapa berharganya Nasya dalam kehidupan mereka.

"Andai semua tidak terlambat, mungkin Nasya akan bahagia sekarang".

Semuanya masih terus menatap mayat Nasya yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Menunggu saat yang tepat, di mana Nasya akan di mandikan. Seakan tidak rela melepas kepergian Nasya, Ana terus mengelus tangan Nasya seperti sedang memberikan kehangatan.

"Bangun sayang, ayoo. Ka-kamu gak boleh lemah. Demi mama, Asya. Hiks, bangun!" isak Ana terus mengelus pipi dan mencium hangat punggung tangan Nasya.

"Sayang, iklasin Nasya. Biarin Nasya tenang di sana" ucap Bagas menenangkan istrinya, walaupun hatinya sama rapuh seperti Ana.

Ana membalikkan kepalanya, menatap ke arah Bagas dengan tatapan kesedihan. "Sa-sakit, kenapa harus Nasya yang pergi. Hiks hiks, ke-kenapa bukan aku" ucap Ana dengan air mata yang mengalir deras.

Sry melepas tangan suaminya dari pundaknya. "Iya! Seharusnya kamu yang pergi, Ana. Karna kecerobohan kamu, cucu saya harus tiada!" sentak Sry masih tidak terima dengan kepergian Nasya.

"Bu, udah cukup! Ini bukan salah Ana sepenuhnya." ucap Bagas membela Ana.

Sry menghapus air matanya yang sempat turun. "Iya, belain aja terus! Andai waktu itu ibu tidak nikah kan kamu dengan dia. Mungkin Nasya akan baik-baik saja sekarang!"
B

agas mengusap wajahnya frustasi. Ia takut kalau ucapan ibunya akan merusak pikiran normal Ana.

"Sudah Sayang, jangan ganggu tidur Nasya. Kasian dia" ucap Toni menenangkan Sry.

"Semuanya terlambat!" ucap Diandra melepaskan pelukan Erik.

Semua tatapan tertuju padanya, Diandra tersenyum getir. Menatap dalam-dalam wajah pucat Nasya.

"Andai kalian tidak egois, mungkin Nasya tidak akan berjuang melawan sakitnya. Kenapa?" Tanya Diandra menatap Raga dalam.

Raga yang di tatap hanya menunggu kelanjutan dari ucapan Diandra. "Kenapa kalian begitu bodoh untuk membuang sebuah berlian dari pada sampah!" pekik Diandra, mencoba menenangkan deruh napasnya yang tidak beraturan.

Raga menundukkan wajahnya, ia cukup sadar untuk semua kesalahannya. Itu sebabnya, ia tidak bisa merelakan kepergian Nasya. Apa lagi saat tau, Nasya memberikan salah satu organnya untuk dirinya.

Erik mengelus pundak Diandra, mencoba menenangkan kekasihnya itu. "Udah, Di" ucap Erik.

Diandra menggeleng lirih, menghapus air matanya. "Enggak, Er. I-ini semua terlalu sakit bu-buat Nasya. Hiks hiks, aku gak bisa bayangin gimana perasaan nya dulu. Di kasari, di hina, tidak di pedulikan. I-itu keterlaluan! Dimana? Dimana hati nurani kalian?" tanyanya sedikit menaikan nada suaranya.

NASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang