Happy Reading
📕📕📕
"Astagfirullah, Sya! Hati lo terbuat dari apa sih, Hah!" batin Reyhan kecewa dengan Nasya, yang rela memberikan ginjalnya pada orang yang sudah buat fisik dan batin nya tersiksa.Reyhan mencoba melupakan rasa kecewanya untuk sementara waktu. Reyhan berpikir, ia akan memarahi Nasya jika nanti sudah sembuh sepenuhnya.
"Ayo, masuk! Ini ruangan Nasya" ujar Erik membuka pintu ruangan Nasya yang memiliki nomor 315. Kamar rawat Nasya sengaja berjahuan dengan kamar rawat Raga, takutnya nanti orang tuanya menemui keberadaan Nasya tanpa sengaja.
"Baik dok, dokter duluan aja. Saya masih mau nenangin pikiran saya dulu" ucap Reyhan menundukkan bokong nya di kursi depan kamar rawat Nasya.
"Baik lah, kalau begitu saya duluan" ucap Erik melangkahkan kakinya untuk menemui Nasya. Ia berharap Nasya sudah sadar sekarang.
"Gue gak bisa, gak bisa!" batin Reyhan frustasi ia tidak bisa melihat Nasya kesakitan. "Ck. Cemen bat dah gue" batinnya lagi, meremehkan dirinya sendiri
"Masuk aja deh, gue gak mau kelihatan lemah di depan Nasya." gumamnya, memberanikan diri untuk menemui Nasya.
Ceklek ...
Pintu kamar Nasya terbuka, Reyhan melihat Erik yang sedang memeriksa keadaan Nasya. Sedangkan Nasya, ia masih belum sadar sekarang.
Reyhan berjalan mendekati Nasya, Reyhan tidak bisa menahan sesak di dadanya. Rasanya kali ini Reyhan akan menangis di depan Nasya. "Ayo lah Rey, lo laki. Gak boleh nangis" batin Reyhan menguatkan hatinya.
"Dok? Nasya gak papa kan?" tanya Reyhan, yang sekuat tenaganya menahan air matanya yang akan segera berjatuhan.
Erik mencoba menahan tawanya, pasalnya baru kali ini Erik melihat cowok menangis. "Dia masih belum siuman, mungkin satu atau dua hari lagi" ucap Erik dengan tampang serius, tentu saja Erik berbohong kali ini.
"Kok lama sih dok, gak! Sadarin dia sekarang dok! Gue gak mau Nasya kenapa-napa" lirih Reyhan dengan suara parau. Reyhan sudah tidak menggunakan kata formal kali ini.
"Saya tidak bisa, kita harus tetap menunggu. Kamu sabar aja!" ujar Erik, menepuk-nepuk bahu Reyhan mencoba menengkan Reyhan.
"Sya? Lo bangun dong. Tidurnya jangan lama-lama, lo gak kasian sama abang lo ini, hah?" lirih Reyhan, dengan air mata Reyhan sudah mulai berjatuhan.
Reyhan mengelus tangan Nasya yang tidak terpasang delang infus "Hiks! Gue kecewa sama lo, Sya. Kenapa sih hah! Kenapa lo selalu baik sama orang-orang yang udah buat lo tersiksa. Tolong lah Sya, kali ini aja dengerin apa kata gue. Hiks hiks, stop berkorban demi mereka. Gue gak bisa liat lo kayak gini, rasanya hidup gue ancur sya. Hiks!" tangis Reyhan pecah seketika, tanpa memperdulikan erik yang sekuat tenaga menahan tawa yang tidak lama lagi akan meledak.
"Gue sayang sama lo Sya, ayo bangun. Gue janji, setelah lo sadar gue akan ngelakuin semua apa yang lo mau. Hiks, tapi pliss sekarang lo bangun" isak Reyhan yang sesekali mengecup punggung tangan Nasya.
"Sudah Rey. Biarkan Nasya istirahat dulu" ujar Erik menenangkan Reyhan. "Nanti kalau Nasya sudah sadar, saya akan beri tau pada kamu" lanjut nya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NASYA
Teen FictionBEBERAPA PART DIHAPUS KARENA PROSES PENERBITAN!! [FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA!!] PLAGIAT TOLONG MENJAUH YAH!! Siapa yang tau bagaimana rasanya berkorban demi keluarga yang sama sekali tidak pernah memberikan kasih sayang? Rasa kasih sayang b...