Happy Reading
📕📕📕
Satelah kejadian beberapa menit yang lalu. Sekarang ia sudah berada di dalam kamarnya, memegang berbagai jenis obat dan segelas air putih, mencoba menghilangkan rasa sakit yang sangat mendalam. Rasa pusing dan rasa sesak terus menyelimuti dirinya, sakit yang ia rasakan mungkin tidak ada dua nya jika harus di bandingkan dengan siapa saja. Sungguh, rasa sakit ini tidak bisa di hilangkan dengan cara apa pun. Rasanya ia ingin menyerah, menyerah untuk selama-lamanya. Entalah, di pikirannya hanya ada dua pilihan. Pergi atau bertahan.
Acara di rumahnya sudah selesai, itu sebab nya dia sudah berada di dalam kamar. Tidak, setelah kejadian kekerasan yang di berikan adik nya sendiri. Nasya tidak lagi kembali ke dapur, berpura-pura menjadi pelayan. Tapi ia langsung masuk ke kamar nya dengan cara menaiki tangga yang di gunakan untuk memperbaiki atap rumah.
Merenungi setiap hari-harinya yang selalu ia lalui dengan berbagai warna-warni kesengsaraan, membuat dirinya mampu untuk menyerah. Kenapa bukan dengan warna-warni kebahagiaan, kenapa harus kesengsaraan? Itu yang selalu ia pertanyakan saat seperti keadaan seperti ini. Ini sangat menyakitkan buat anak seusia nya, walaupun sudah bisa di bilang dewasa. Tidak ada anak yang ingin di telantarkan oleh orang tuanya. Tapi, Nasya sih gadis yang suka berkorban untuk siapa saja, memutuskan untuk menyerah, dia hanya akan menunggu waktu yang tepat untuk segalanya.
Tok !!
Tok !!
Tok !!
Terdengar ketukkan pintu dari luar, membuat lamunan Nasya buyar. Sebenarnya ia membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya. Bukannya tidak suka, tapi ia sedang ingin beristirahat untuk sebentar saja, jika yang mengetuk pintu adalah keluarganya, tidak ada kata istirahat untuk hari ini. Tapi ia berharap semoga yang mengetuk pintu adalah bik Inem.
"Masuk!" perintah Nasya dari dalam kamar.
Ceklek ...
Pintu sudah terbuka, melihatkan wanita tua yang sedang memang kotak P3K. Dia bukan Mama nya, Ana. Tapi ia pembantu di rumah milik keluarganya, doanya terkabul! Malam ini berpihak padanya, walau tidak seutuhnya.
"Non? Boleh bibi masuk?" tanya bik Inem yang masih berdi di ambang pintu.
Nasya menoleh, lalu mengangguk mengiyakan. Bik Inem mulai berjalan, menelusuri kamar milik majikan kesayangannya. Terlihat rapih, di setiap dindingnya banyak di hiasi dengan catatan-catatan kecil, apakah ini karyanya? Sungguh sangat sempurna.
Bik Inem duduk di samping Nasya, di tempat tidur milik nya. Bik Inem memperhatikan wajah pucat milik Nasya, yang terlihat sempurna. Tapi kesempurnaan itu mulai menipis karena sudah terlihat tirus tak berisi lagi. Tatapan bik Inem tertuju pada obat dan segelas air putih di tangan Nasya. Sempat berfikir yang tidak-tidak, tapi pikiran itu segera ia hilangkan.
Bik Inem memegang tangan Nasya yang terasa sangat dingin. "Non? Non Nasya lagi sakit? Kok minum obatnya banyak banget?" tanya nya, berulang kali.
Nasya menoleh sambil memberikan senyum manisnya. "Nasya ngga sakit kok bi, Nasya kan kuat. Masa iya Nasya sakit." Jawabnya, lalu memperhatikan dengan saksama obat yang sedang berada dalam genggamannya.
"Terus? Itu obat apa?" tanya bik Inem yang belum puas.
"Ini obat penambah stamina bi." Jawab Nasya ramah, pertanyaan itu harus membuat Nasya berbohong.
Bik inem mengangguk paham, ia tidak ingin mencampuri urusan orang lain jika itu sudah sangat di privasikan.
"Bibi obatin yah lukanya." Ujar bik Inam menarik tangan Nasya untuk duduk di lantai kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NASYA
Teen FictionBEBERAPA PART DIHAPUS KARENA PROSES PENERBITAN!! [FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA!!] PLAGIAT TOLONG MENJAUH YAH!! Siapa yang tau bagaimana rasanya berkorban demi keluarga yang sama sekali tidak pernah memberikan kasih sayang? Rasa kasih sayang b...