EXTRA PART 1

58.5K 3K 605
                                    

"Saya Berjanji akan Follow Akun Author"

Udah janji yahh, jangan lupa Vote And Comment sebanyak-banyaknya.

H A P P Y R E A D I N G

"Jangan pernah putus asa hanya karna masalah kecil yang kita hadapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah putus asa hanya karna masalah kecil yang kita hadapi. Karna takdir sudah di tentukan, beruntung atau tidak. Semuanya harus kita jalani"

-Aurellia Nasyava Zelmand-

Mereka semua menangis sejadi-jadinya saat melihat Nasya yang sudah menjadi salah satu pasien kanker yang meninggal dunia di rumah sakit Kasih Bunda. Ana yang terus menangis di atas kursi roda nya dengan Bagas yang terus menenangkan Ana. Rasa menyesal itu, sangat membuat keluarganya sangat tersiksa. Di dalam benak Ana dan Bagas hanya satu, kenapa mata mereka selalu di butakan dengan masa lalu yang sudah sangat lama.

Reyhan terus menangis di sebelah Nasya, perawat dan dokter Erik masih membuka alat-alat medis dari tubuh Nasya, alat yang membantu Nasya untuk sembuh. Tapi, kini alat itu juga menjadi saksi rasa sakit dari semuanya.

"Hiks hiks, bangun sayang. Mama gak bisa Asya, mama gak bisa" tangis Ana dengan suara parau.

"Syaa" panggil Reyhan lirih. "A-adik abang bangun, hiks. Please" mohon Reyhan yang masih terus menangis di depan semua orang.

Bagas terus berusaha menghapus air matanya, rasanya sangat sakit melihat wajah Nasya yang terus tersenyum ke arahnya dan kini wajah itu terlihat pucat tak berisi. Bagas merasakan ada yang begitu sakit saat mengetahui Nasya mengidap kanker Leukimia. Begitu bodoh nya dia sebagai seorang ayah tidak becus untuk menjaga putry cantik seperti Nasya.

Bagas terisak mengelus kepala Nasya yang sudah di tutupi kupluk berwarna biru. "Ma-maafin papa sayang, maaf papa gak bisa jadi ayah yang baik buat kamu, hiks hiks" tangisnya, menyesali semua perbuatannya yang selama ini ia perbuat pada anaknya sendiri.

Fernan tidak tahan lagi, kenapa saat Nasya berada di ambang kematian ia tidak bisa berada di sampingnya.

Fernan berjalan, menuju sebelah ranjang Nasya. Reyhan sontak berdiri, mungkin Fernan akan menangis sekarang. "S-syaa?" lirih nya, suara Fernan hampir tidak terdengar, membuat tangisan di dalam ruangan itu semakin terdengar menyedihkan.

"S-sya? Ba-bangun hiks. Bangun, aku janji! Aku janji akan buat hari-hari kamu penuh kebahagiaan sya. Ta-tapi please, please bangun. BANGUN NASYA!" histeris Fernan menggenggam erat tangan Nasya yang sangat terasa dingin.

Semuanya diam saat mendengar suara Fernan yang naik satu oktaf. Mereka ikut merasakan bagaimana rasanya saat berada di dalam posisi Fernan saat ini. Di tinggalkan oleh orang yang sangat ia sayangi, tapi dengan bodohnya ia tidak menghargai rasa itu.

NASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang