06 - Pengkhianat

2.2K 250 2
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Namakamu) menggandeng lengan Herman dan Vivi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Namakamu) menggandeng lengan Herman dan Vivi. Mereka berjalan memasuki ruang yang sudah direservasi oleh (Namakamu) dengan diantar seorang waitress. Mereka duduk di sana dan menunggu pesanan mereka juga Iqbaal.

"Udah lama banget kita gak kesini bareng kaya gini. Untung restorannya belum tutup." Kata (Namakamu) memperhatikan ruangan bernuansa China itu.

"Sama. Mami juga udah lama gak kesini. Bahkan restoran ini gak banyak berubah." Vivi juga memperhatikan ruangan iti dengan takjub.

"Mungkin ini yang terakhir kita makan bareng disini." Kata (Namakamu) terdengar putus asa. Vivi menatap (Namakamu) iba.

"Iqbaal. Baru sampe?" Tanya Herman saat Iqbaal datang dengan diantar waitress.

Iqbaal tersenyum menghampiri mereka. "Iya om."

"Duduk." Herman mempersilahkan.

Baru saja Iqbaal duduk, yang dinanti (Namakamu) juga tiba. Zevanya yang awalnya masuk dengan senyum lebar perlahan luntur ketika mendapati siapa saja yang ada di ruangan itu. Sangat berbeda dengan ekspektasinya yang mengira hanya akan ada Iqbaal disana.

Iqbaal dan Vivi bersamaan menoleh pada (Namakamu) karena merasa (Namakamu) memiliki rencana lain dari sekedar makan malam bersama.

"Zevanya, eum tante Zevanya mungkin lebih sopan untuk perempuan yang sudah menjadi pacarnya Papi. Aku ngundang tante buat minta maaf sekaligus minta tolong. Duduk dulu tan." (Namakamu) tersenyum menantang.

Zevanya menatap tidak suka ke arah (Namakamu). Dia melangkah maju. Herman berdiri untuk menarik kursi di sampingnya.

Vivi mencubit lengan (Namakamu) membuat (Namakamu) mengaduh lirih. Menatap maminya dengan pandangan protes yang malah dibalas pelototan dari maminya. "Kamu ngerencanain apa?" Tanya Vivi setengah berbisik.

"Gak ada." Jawab (Namakamu) ringan.

"Tante Zevanya. Seperti yang aku bilang tadi aku mau minta maaf atas kejadian beberapa hari yang lalu. Tente mau kan maafin aku?"

Zevanya tampak menatap Herman sebelum mengangguk tidak ikhlas. Wajahnya kentara sekali jika dia tidak senang.

"Dan aku mau minta tolong tante buat dateng ke acara tahunan perusahaan sebagai calon istrinya ayah. Tante gak keberatan kan hadir?"

Bride X IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang