22 - The confession

2.9K 319 34
                                    

Tiga bulan berlalu begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan berlalu begitu cepat. Hubungan Iqbaal dan (Namakamu) baik - baik saja. Tidak ada percekcokan lagi. Apalagi Iqbaal selalu memperlakukan (Namakamu) dengan manis yang tanpa bisa (Namakamu) tolak.

Seringkali membuat (Namakamu) gamang. Dia tidak seharusnya terbuai dengan perlakuan Iqbaal padanya. Setiap dia menyadari perasaanya, dia selalu menepisnya. Terutama saat perkataan Zevanya yang kerap sekali melintas di kepalanya di saat dia menyadari perasaanya itu.

Iqbaal suka sama lo

(Namakamu) memejamkan matanya rapat. Menyirnakan kalimat Zevanya yang terngiang di kepalanya.

Selama ini dia tidak melakukan apa - apa untuk memisahkan Zevanya dan Herman. Tidak ada satupun ide yang terlintas di kepalanya. Seharusnya dia menyerah saja dan segera mengakhiri pernikahanya. Tapi dia malah berberat hati.

"Kamu masih disini?" Tanya Iqbaal dari ambang pintu yang terbuka setengah.

(Namakamu) mendongak. "Habis ini aku turun."

"Ada mami juga di bawah." Kata Iqbaal dibalas anggukan oleh (Namakamu).

(Namakamu) membenahi penampilannya sebentar sebelum turun bersama Iqbaal.

Hari ini Herman mengadakan makan besar untuk merayakan empat bulan kehamilan Zevanya. Tidak banyak yang diundang. Hanya Bia, Mina, Mark, serta Vivi yang katanya Zevanya langsung yang mengundangnya.

Semua orang sudah berkumpul di meja makan ketika Iqbaal dan (Namakamu) sampai disana. Seperti biasa Iqbaal akan menarikan kursi untuk (Namakamu).

"Gimana (Namakamu)? Udah ngisi belum?" Pertanyaan Bia terdengar seperti sedang mengejek.

"Belum. Mungkin belum waktunya." Jawab (Namakamu) tenang dan sekenanya. Tanpa ada sedikitpun emosi dalam.nada bicaranya. Dia berusaha bersikap baik meski sebenarnya ingin mencabik mulut perempuan tua itu.

"Udah pernah tes? Siapa tahu salah satu dari kalian ada yang mandul. Kan lebih baik diketahui sejak awal daripada telat." Katanya lagi dengan terang - terangan menyindir (Namakamu). Tampak jelas bagaimana Mina menahan senyumnya.

Vivi sebagai ibu, tentu saja tidak terima jika anaknya dikatai seperti itu. "Saya pikir ini makan bersama untuk merayakan kehamilan anak anda. Bukan membicarakan anak saya."

Zevanya memegang lengan Bia agar tidak berbicara lagi. Dia tidak mau acara yang dibuat Herman untuknya dirusak oleh mamanya sendiri.

Selama acara makan itu, (Namakamu) hanya diam. Selera makannya hilang karena omongan Bia terhadapnya yang terang - terangan mengatainya mandul.

Setelah makan malam itupun (Namakamu) langsung kembali ke kamarnya. Iqbaal tidak langsung menyusulnya. Dia masih ikut berbincang - bincang dengan yang lain sebelum akhirnya memutuskan berpamit untuk menyusul (Namakamu).

Bride X IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang