Ps. : flashback dulu ya hyung
(Namakamu) memejamkan matanya sambil mengelus perutnya yang terasa nyeri juga keram. (Namakamu) pikir ini wajar untuk usia kandungannya yang menginjak enam bulan.
Dia meringis ketika rasa keramnya bukan mereda tapi malah semakin terasa parah. Dia menggigit bibirnya menahan getar.
Ini kehamilan pertamanya dan (Namakamu) tidak tahu penyebab rasa keram di perutnya. Mungkin sebaiknya dia bertanya kepada Bi Asri. Siapa tahu Bi Asri tahu mengenai hal - hal semacam ini.
Saat dia berdiri, dia merasa tidak nyaman dengan tubuh bagian bawahnya. Dia mengusap bagian belakang roknya.
Ada darah. Mata (Namakamu) membulat terkejut. Kecemasan mulai melingkupinya.
Dia segera meminta tolong pada Bi Asri dengan tertatih berjalan keluar kamar.
"Bi. Bi Asri." Panggil (Namakamu) sambil menahan rasa nyerinya.
Bi Asri datang dengan tergopoh - gopoh. "Non. Non (Namakamu) kenapa?"
"Tolong panggilin taksi. Bibi temenin aku ke rumah sakit ya." Kaki (Namakamu) sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Dia jatuh terduduk di lantai.
"Ya ampun. (Namakamu), kamu kenapa?" Zevanya yang mendengar keributan datang menghampirinya.
"Aku gak tahu. Kayaknya pendarahan." Jawab (Namakamu) merintih.
"Bentar aku panggilin sopir dulu. Untung tadi sopirnya langsung balik habis nganterin mas Herman." Zevanya berjalan cepat ke luar rumah untuk memanggil sopir. Sedang Bi Asri membantu (Namakamu) berjalan ke luar rumah.
***
Iqbaal berlari di lorong rumah sakit. Begitu mendapat kabar dari Zevanya mengenai (Namakamu), dia langsung meninggalkan pekerjaannya dan bergegas ke rumah sakit.
Dia cemas. Tentu saja. Dia terus berdoa untuk istri dan calon anaknya agar mereka baik - baik saja.
"Bi, gimana?" Tanya Iqbaal pada Bi Asri yang duduk di depan ruang UGD dengan wajah tidak kalah cemas.
"Masih di dalam, Den. Semoga aka non (Namakamu) dan bayinya baik - baik saja."
Iqbaal mengusap wajahnya. Selama menunggu dokter keluar dari ruang UGD, dia terus mondar - mandir di depan pintu.
Suara langkah mengalihkan perhatian mereka. Vivi berjalan cepat ke arah mereka. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang sangat kentara. Sebagai seorang Ibu sekaligus calon nenek tentu dia merasa khawatir.
"(Namakamu) dimana?" Tanyanya pada Iqbaal. Matanya berkaca - kaca ingin menangis.
"Masih di dalam, Ma." Jawab Iqbaal.
Tidak berselang lama seorang dokter dan beberapa perawat keluar. Iqbaal segera menghampirinya. "Gimana keadaan istri saya, Dok?" Tanya Iqbaal tidak sabaran.
"Nyonya (Namakamu) mengalami pendarahan karena plasenta previa. Tapi untungnya pendarahannya tidak parah. Jadi bayi dalam kandungan nyonya (Namakamu) masih bisa bertahan."
"Plasenta previa itu apa, Dok? Bahaya gak?" Tanya Vivi.
"Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta atau ari - ari berada di bawah rahim. Jadi saya sarankan untuk melahirkan dengan operasi cesar demi keselamatan ibu dan anak. Karena kalau memaksa melahirkan secara normal tidak hanya akan membahayakan bayinya, tapi juga ibunya. Untuk saat ini nyonya (Namakamu) harus besrest dulu. Setelahnya bisa melakukan perawatan mandiri dengan lebih banyak berbaring, dan tidak mengerjakan pekerjaan berat."
"Boleh saya ketemu istri saya, Dok?"
"Kami pindahkan dulu ke kamar rawat inap ya, Pak."
Iqbaal, Vivi, dan Bi Asri menghela napas lega. Setidaknya (Namakamu) dan kandungannya baik - baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride X IDR
Fanfiction"Ini cara gue membalas dendam. Membalas dua orang sekaligus." - (Namakamu) "Aku yang akan membuat kamu sadar. Balas dendammu cuma akan berakhir sia - sia." - Iqbaal 🌻🌻🌻 Cerita ini 11:12 dengan drama Thailand Game Saneha