Part Forty🍃🌼

1.7K 113 8
                                    






Happy Reading
S

Malam imi ruang rawat Arsyad terlihat ramai dan penuh disetiap sudutnya. Beberapa waktu lalu Dini datang bersama Diki, Kano dan juga Cio untuk menjenguk Arsyad, ditambah Langit datang bersama Fasya yang duduk dikursi roda juga Farah yang ikut menjenguk, membuat suasana semakin ramai dengan celotehan riang Cio yang selalu ditanggapi oleh Langit dengan semangat yang memang sangat menyukai anak kecil.

Kini semua sedang sibuk dengan kegiatan nya masing-masing, mulai dari Cio yang bermain puzzle bersama Langit yang entah dapat dari mana, lalu ada juga Kano yang sibuk bermain game onlime bersama Lintang.

Sedangkan Diki mengobrol ringan bersama Eli, Bintang juga Farah, dan Dini duduk di sebelah ranjang Arsyad sambil mengupas apel.

"bun.." merasa terpanggil Dini mengangkat kepalanya dan menatap Arsyad dengan tatapan penuh tanya.

Arsyad tak lantas menjawab memainkan jari-jarinya dan menunduk sedikit sungkan "kenapa?" tanya Dini selembut mungkin, Arsyad mendongak menatap wajah Dini lekat, wajah ayu bundanya sejak dulu.

"emmm...ayah kok gak pernah jenguk aku?" tanya Arsyad cepat dan to the point yang seketika membuat Dini terdiam dengan lidah kelu, bahkan Farah dan Eli yang mendengar ikut menoleh begitupun yang lain.

Dini meraih tangan Arsyad menatap wajah anaknya dan tersenyum tipis "kamu tau bunda dan ayah sayang kamu kan?" Arsyad tak menjawab bingung hendak menjawab apa, karna kenyataan nya ia tak tau bunda dan ayahnya sayang atau tidak dengannya dengan segala yang terjadi.

Dini tersenyum kecut ketika Arsyad tak menjawab pertanyaan konyolnya itu yang ia yakini anak itu sangat ragu dengan jawaban "iya".

"nak...bunda rasa tidak ada yang perlu disembunyikan lagi, kita selesaikan sekarang dan kamu akan memgetahui semuanya, tapi bunda harap kamu dapat menerimanya dengan dewasa, bunda tau kamu bisa." Arsyad terdiam mendengar tutur panjang bundanya itu.

"ayah Fares sudah meninggal nak, ayah kamu meninggal karna kecelakaan dan itu sudah lama sekali." Arsyad terkejut mendengar perkataan Dini.

"tapi...aku pernah ketemu ayah datang kerumah pakde waktu itu." balas Arsyad, Dini menoleh kearah Eli dan kakak iparnya itu mengangguk, Dini menghela nafas nya perlahan.

"dia bukan ayah sayang, itu adalah Farel, kembaran ayah kamu. yang entah kenapa megubah identitas nya menjadi Fares dan mengatakan jika yang meninggal karna kecelakaan adalah dirinya" Arsyad terdiam tak berani memotong ucapan Dini.

"maafin bunda ya...mungkin dulu kalo bunda gak egois semua ini gak akan terjadi dan kamu bisa berkumpul bersama kami" lanjut Dini.

Mendengar segala penuturan Dini membuat Arsyad mendongak dan menatap Bintang yang juga menatapnya dengan tatapan yang entah bagaimana Arsyad tak bisa menebaknya, inikah jawaban dari perkataan Bintang sore tadi untuk tak banyak berharap pada kedua orang tuanya, karna nyatanya mau bagaimanapun ayahnya sudah tidak ada di dunia ini.

Dini memgusap air mata yang tiba-tiba memgalir dari pipi Arsyad, dan memeluknya erat Arsyad pun semakin tersedu menangis entah kenapa hatinya semakin sakit, penantian semuanya akan benar menjadi semu karna tak akan pernah ada ayah dan bunda yang menjemputnya tak akan pernah ada, itu hanya penantian fana yang Arsyad ciptakan.

Merasa tidak kuat melihat Arsyad yang seperti itu kembali, Bintang pun segera keluar mengikuti Langit yang sebelumnya telah mengajak Cio keluar dari ruangan itu.

Sesampainya di luar Bintang menyenderkan punggungnya di dinding putih rumah sakit itu, tak terasa air matanya kembali mengalir, sungguh hal seperti ini yang sangat dihindari nya sejak dulu saat dimana Arsyad menanyakana kedua orang tuanya hingga menangis, bahkan menunggu keduanya seharian penuh di teras rumahnya tetapi tak pernah ada yang datang, ia sakit melihat bagaimana Arsyad terlihat seperti itu.

Ingin ia marah pada tuhan, yang memberi takdir semenyedihkan dan semenyakitkan itu pada Arsyad, marah pada Dini dan Fares yang meninggalkan Arsyad dengan janji yang tidak pernah mereka tepati yang malah membuat luka lebar bernanah pada anak itu, dan juga marah pada dirinya sendiri yang tak bisa berbuat banyak untuk adiknya, ia hanya bisa melihat tanpa bisa membantu atau membawa Arsyad keluar dari kungkungan sakit nya selama ini sungguh jika ia bisa ia ingin segera membawanya keluar.

Pluk...

Bintang terkaget ketika ada yang menepuk pundaknya dan ternyata papa nya sudah beediri di sana dengan senyum teduhnya seperti biasa, membuat Bintang tanpa babibu memeluk sosok luarbiasa dalam hidupnya dan adik-adiknya, sosok panutan nya.

Danu hanya terdiam dan membalas pelukan anak sulungnya itu tanpa banyak berkata, ia tau apa yang dirasakan anaknya karna ia juga merasakannya bahkan lebih, karna melihat semua yang terjadi pada keponakannya.

"menangislah sekarang, namun setelahnya kembalilah dengan senyum mu, tunjukan senyum mu kepada adikmu jangan biarkan dia melihat nya hm." ucap Danu dengan tenang menepuk punggung Bintang.

Tbc


ARSYAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang