Part Fourty Six 🍃🌼

1.4K 127 23
                                    






Happy Reading

Tepat pukul 7 malam Arsyad dan Bintang baru menginjakan kaki mereka di rumah, setelah memutuskan untuk sejenak menenangkan diri.

Ketika keduanya masuk, Eli yanh duduk diruang tamu lanhsung berdiri dan menghampiri keduanya "kalian dari mana aja sih, kok gak bilang-bilang Lintang nyariin kalian tadi dirumah sakit ngilang gitu aja." omel Eli sedangkan Danu hanya berdiri dibelakang Eli tanpa banyak bicara.

Arsyad tak menjawab namun tiba-tina ia bergerak dan memeluk Eli dengan erat, Eli tentu saja terkejut namun tak urung membalas pelukan anak itu, Bintang hanya diam begitupun Danu.

"makasih bude... Dan maaf udah ngerepotin selama ini." bisik anak itu yang hanya didengar oleh Eli dan Arsyad seorang, Eli menegang mendengar kalimat pendek Arsyad.

Setelah mengatakan itu Arsyad melepas pelukannya dan tersenyum tipis kearah Eli dan kemudian berlalu masuk kekamarnya, tanpa mengatakan apapun lagi, pun begitu dengan Bintang ia hanya menghela nafas pelan dan ikut menyusul Arsyad.

Lintang yang baru saja turun dari lantai atas melihat Bintang pun langsung menghampiri kakak nya itu "mas kemana aja sih kenapa gak bilang kalo bawa Arsyad coba aku panik banget tadi." berondong Lintang yang hanya ditanggapi senyum oleh Bintang "maaf." setelahnya pun Bintang melanjutkan langkahnya untuk kekamar.

Lintang menoleh kearah Eli "mas kenapa mah?" Eli tak menjawab namun matanya tak lepas dari pintu kamar Arsyad.

"mas kamu capek paling biasa anak semester akhir." balas Danu akhirnya Lintang hanya mengangguk saja.

Eli menoleh kearah Danu "aku kekamar duluan" ucap Eli, Danu menoleh kearah Lintang "kamu makan sendiri gak papa ya Lin... Papa mau bicara bentar sama mama mu, kakak sama adek mu udah makan soalnya tadi." Lintang hanya mengangguk saja, lalu Danu berjalan kekamarnya dan masuk tak lupa mengunci kamar itu.

"Li... "panggil Danu lembut pada Eli yang memunggunginya, Eli menoleh "mas aku yakin Arsyad atau enggak Bintang bertemu Dini." ucap Eli dengan mata memerah.

"aku gak habis pikir sama adek mu itu mas, aku gak bisa kalo dia gini terus." balas eli membuat Danu mengangguk mengerti, lelaki itu mengambil tempat di depan istrinya itu.

"aku tau... Oleh karna nya aku sebenarnya sudah punya rencana untuk membawa Arsyad keluar negri sejak Dini meminta Arsyad mendonorkan ginjalnya untuk anak nya itu." ucap Danu membuat Eli menatap suaminya itu penuh tanya.

"aku sudah bicara dengan dokter Riza dan ia menyarankan kalo kita membawa berobat Arsyad keluar negri itu jalan terbaik karna di sini alat-alat nya kurang mumpuni kalo dia berobat diluar negri dokter Riza bilang kemungkinan sembuh cukup besar." jelas Danu, Eli mengangguk.

"iya mas... Ayo kita bawa Arsyad berobat keluar negri." Danu mengangguk dan mengusap rambut istrinya sayang "kita bisa sembuhin Arsyad Li." lirih Danu.

*****

"hiks.. Mama perut Cio sakit hiks ma.. " rengek bocah kecil itu di pelukan mama nya, "sabar ya sayang kakak lagi panggil dokter." ucap Dini dengan terus mengelus lembut perut putra nya itu.

"hiks sakit... Ma hikss" Dini tak kuat mendengar rintihan Cio, ia merasa de ja vu dengan keadaan ini.

Tak lama seorang dokter bersama dua orang perawat masuk diikuti oleh Diki dan Kano dibelakangnya, Dini melepaskan pelukan Cio walau anak itu berontak ketika dokter mulai memeriksanya, Cio diberi suntikan dan tak lama anak itu tertidur walau masih dengan peluh dan air mata yang tersisa.

ARSYAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang