Part Two 🍃🌼

5.4K 416 6
                                    


7 tahun yang lalu.

"Din, kenapa melamun?" Dini tersentak ketika Fares menepuk pundaknya dengan tiba².

Dini menoleh ke suaminya dan menggeleng, kemudian tersenyum tipis "gak papa." balasnya singkat.

Fares mengangguk mengerti kemudian duduk disamping istrinya itu dan memeluknya dari samping.

"kamu kangen Arsyad ?" bukannya menjawab, setetes air mata lolos dari mata cantik Dini, Fares mengerti dan semakin mengerat kan pelukan nya pada sang istri memberi kekuatan.

Sudah hampir 7 tahun mereka tidak bisa menemui Anak mereka itu.

."kemana Arsyad sekarang mas? Aku rindu Arsyad kenapa mas Danu gak bilang kalo pindah rumah kita kehilangan Arsyad mas." ucap Dini di pelukan suami nya dengan tangisan tertahan nya.

"mas sudah mengusahakan sebisa mungkin untuk melacak keberadaan mas Danu Din, mas yakin Mas Danu gak mungkin gitu aja pisahin kita sama anak kita karna sejak awal dia yang sudah tidak setuju kita pisah dengan Arsyad" jelas Fares.

"tapi mas, kita sekarang gak tau dimana mereka mas Danu bawa Arsyad dan tidak bilang kemana dia." tentang Dini, Fares mengangguk "Reo sudah mengupayakan yang terbaik untuk mencari keberadaan mereka Din." Dini tak menjawab dan semakin menangis di pelukan suaminya. Sedangkan Fares hanya bisa menenangkan karena mau bagaimanapun ia sekarang harus lebih kuat dari sang istri karena dialah penyebab semua ini.





______•______•______•______•___

Mata teduh itu perlahan terbuka sesekali tertutup kembali ketika cahaya belum sesuai dengan retina nya.

Hal yang pertama dilihatnya adalah langit-langit atap yang berwarna biru langit, ia mengedarkan pandangannya dan melihat semua keluarga nya ada di kamarnya.

Ia melirik di samping nya ada Lintang yang tidur memeluknya dan Bintang di sebelah Lintang.

Sedangkan pak de dan bude nya di sofa tidur berpelukan untuk menjaganya, Arsyad melirik jam diatas kamarnya dan ternyata sudah pukul 2 malam pantas saja semua nya tertidur.

Arsyad berusaha bangun tanpa membangunkan kakak nya, ketika sudah berhasil duduk, ia baru tersadar tangannya tertusuk jarum infus.

Arsyad meringis baru menyadari jarum itu bertengger di tangan kirinya, ketika ia hendak mencabut jarum itu sebuah tangan menghentikan kegiatannya.

Arsyad mendongak dan ternyata itu adalah Bintang "gak usah bandel, mau kemana kamu hah?" Arsyad hanya menggeleng "yaudah tidur lagi mau ngapain dilepas." balas Bintang sedikit membentak, Arsyad menunduk "maaf" Bintang menghela nafas nya pelan.

"gak papa, mas minta maaf juga udah bentak kamu, kamu mau kemana malam-malam gini? Istirahat kamu belum sembuh bener Syad demam kammu juga belum turun." sahut Bintang lagi mengelus rambut Arsyad sayang.

"aku pengen keluar mas, aku pengen liat bintang." sahut Arsyad, "mas disini loh ngapain keluar." sahut Bintang pede "bukan mas Bintang!" Bintang mengangguk "mas ngerti! Yaudah yuk mas temenin, tapi pakai jaket nya ya." Bintang berjalan menuju lemari Arsyad dan mengambil sebuah Jaket yang cukup tebal dan dipakai kan nya pada Arsyad.

"nah, ayo!" Bintang menggiring Arsyad menuju balkon kamar nya dan membawakan infus Arsyad.

Keduanya duduk di bangku yang memang disediakan Danu di balkon kamar Arsyad karna anak itu sering Sekali duduk di balkon.

Keduanya hanya saling membisu tanpa bersuara dan menikmati bintang yang banyak sekali di langit malam itu.

"mas." Bintang menoleh kearah Arsyad ketika terpanggil.

Arsyad menoleh ke arah Bintang yang ada disebelah nya "mas tau ayah sama bunda Arsyad dimana?" Bintang terdiam kemudian menggeleng "maafin mas Bintang, mas juga gak tau gara-gara kita pindah kita lepas kontak dengan ayah bunda Arsyad." balas Bintang.

"tapi ayah bunda tau rumah ini kan?" Bintang memgangguk ragu "tentu, pak de sudah memberi tahu alamatnya pada ayah dan bundamu." sahut Bintang dengan sedikit kebohongan.

"Arsyad kangen ayah bunda?" Arsyad mengangguk "banget, Arsyad pengin ketemu mereka, Arsyad takut waktu Arsyad sedikit sampe bisa ketemu mereka." sahut Arsyad.

"kamu ngomong apa hah?jaga omongan mu mas gak suka kamu ngomong kayak gitu waktu kamu masih panjang dan kamu bakal hidup sampe kakek-kakek sampe punya anak dan lain lain." Arsyad tersenyum dan mengangguk kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Bintang.

"aku tau mas, aku hanya berbicara seandainya saja karena kehidupan tidak ada yang tau." balas Arsyad Bintang hanga terdiam dan memeluk Arsyad dari samping dan tak lama terdengar dengkuran halus yang menandakan Arsyad sudah tidur.

Bintang mencium pucuk kepala Arsyad "maafin mas, pakde dan bude yang misahin kalian, kami gak mau kamu semakin tersiksa kalau ketemu ayah dan bunda kamu." monolog Bintang dan menatap langit kembali.

"berilah kebahagiaan untuk adik ku Ya Allah berilah ia selalu kenikmatan dan karunia dari mu, sehatkan lah dia selalu"ucap Bintang tulus, tanpa ia sadari sedari tadi Danu mendengarkan percakapan keduanya dari balik pintu balkon.

"maafin pakde nak, ini semua demi kebaikan mu kami tidak mau kamu terluka dengan semua nya.


Tbc...

ARSYAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang