Part Fourty Eight🍃🌼

1.5K 152 43
                                    






Happy Reading

Arsyad berjalan dengan lambat melewati banyaknya manusia yang ada disana,  tatapan mata yang kosong membuat Arsyad seakan bahkan tak peduli pada sekitarnya, bahkan sesekali ia menabrak orang lain karena kurang fokus.

Hingga akhirnya Arsyad memilih berhenti di sebuah halte dan mendudukan dirinya disana tanpa memperdulikan orang-orang yang memperhatikannya.

Entah kenapa air matanya pun tiba-tiba mengalir dari sana dan semakin lama berubah menjadi isakan kecil yang sedikit menyakitkan dan memilukan.

Cukup lama Arsyad berada diposisi itu bahkan beberapa orang yang iba sudah menanyai keadaan anak itu namun Arsyad hanya bisa menangis tanpa bisa menjawab sama sekali.

Hatinya sedang tak baik-baik saja saat ini, pikiran nya kalut entah bagaimana ia akan melanjutkan hidupnya setelah ini bagaimana ia mempertanggungjawabkan tekad yang tafi pagi ia ucapkan pada apkde dan budenya karna bahkan sekarang rasanya menarik nafas pun sulit untuk dilakukan Arsyad.

Flashback...

"dok, tolong tes ginjal saya sekarang... "

Dokter Riza terkejut mendengar permintaan anak itu bahkan dengan tatapan matanya yang kosong itu.

"apa maksud kamu Arsyad... "

Arsyad tak menjawab namun air mata malah merembes dari kedua matanya,  ia langsung beralih dan menatap dokter Riza dengan pandangan terluka dan putus asa.

"tolong dok... Sekali aja buat saya berguna walau saya harus mati sekalipun setidaknya sekali saya sudah pernah berbuat baik dan berguna bagi irang lain hiks... Saya mohon dok."

Dokter Riza tertegun mendengar ucapan Arsyad yang sarat akan kesakitan dibaliknya,  perlahan dokter Riza berdiri dari duduk nya dan menghampiri Arsyad dan meraih tubuh anak itu dan memeluk nya dengan lembut.

" Dokter saya mohon hiks ambil ginjal saya... Kasih ke adik saya dok kasian dia kesakitan hiks dokter saya mohon hiks hiks." raung Arsyad dengan memeukul badan dokter Riza dengan pelan.

Dokter Riza tak mengatakan apapun namun semakin mengencangkan pelukan nya pada Arsyad dan sedikit memberi anak itu ketenangan.

Cukup lama mereka berada diposisi itu dan Arsyad pun dengan perlahan sudah tenang walau masih menyisakan sedikit isak dari anak itu.

Dokter Riza dengan perlahan melepaskan pelukan nya dan memgangjat wajah Arsyad menghapus jejak air mata yang masih berada disana lalu tersenyum.

"sudah?" tanya dokter Riza membuat Arsyad mengernyit lalu dokter Riza tersenyum.

"kamu tau,  dengan kamu hidup kamu sudah sangat membantu kamu tau... Lihatlah bagaimana pakde dan budemu mempertahankan mu kamu tau itu" Arsyad terdiam tak mengiyakan tak mengelak jua hanya diam yang dilakukan anak itu.

"kamu mau membuat semua yang mendukung,  dan mencintai kamu tanpa pamrih tersakiti begitu saja, kamu mau liat mereka hancur karna kamu melakukan ini? kamu mau?  tolong sebentar saja lihat mereka yang terus dan terus menyokong kamu, lihat dari persepektif mereka." lanjut dokter Riza.

ARSYAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang